Biasanya anak kos identik dengan kebiasaan berhemat. Soalnya kebanyakan masih kuliah dan belum bekerja, sehingga sumber pemasukan hanya kiriman orangtua di kampung. Kudu pintar-pintar mengelola uang. Jangan sampai uang habis di akhir bulan ya, bisa-bisa nanti kelaparan.
Kali ini Hipwee mewawancarai sejumlah anak kos dari 10 kampus di Yogyakarta: UGM, UNY, UIN, ISI, UMY, UPN, Sanata Dharma, MMTC, YKPN, dan Janabadra. Masing-masing punya gaya hidup dan cara hematnya sendiri lo! Ini coba kita sarikan, yuk simak~
ADVERTISEMENTS
MAKAN: Nggak usah gengsi, pilih saja tempat makan yang murah. Banyak lo yang harga satu porsinya di bawah Rp10.000
Biaya makan Rian, mahasiswa YKPN, hanya Rp252.000 per bulan. Itu berarti sehari rata-rata hanya perlu mengeluarkan Rp8.400. Wow, gimana caranya? Ternyata ia memilih tempat makan yang murah meriah kayak burjo, warung soto, dan bubur. Harga satu porsinya bisa di bawah Rp10.000. Kalau mau lebih hemat lagi, beli aja lauknya. Nasi bisa dimasak sendiri di kos pakai rice cooker. Ia juga punya alat pemanas air untuk bikin minuman panas sendiri. Jadi nggak perlu ke kafe buat ngopi~
ADVERTISEMENTS
MINUM: Karena setiap hari harus minum, pilih merek air mineral yang murah. Ada lo yang harganya hanya Rp5.000 per galon!
Kebanyakan orang hanya tahu merek air mineral yang terkenal. Padahal harga isi ulang per galon sekitar Rp18.000. Lumayan juga ya kalau harus beli berkali-kali. Oca, mahasiswi UNY, punya cara buat mengakalinya. Ia pilih membeli merek air mineral yang kurang terkenal. Harganya Rp6.000 per galon kalau minta diantar ke kos. Kalau kita bawa sendiri ke tokonya, jadi hanya Rp5.000 lo! Jadi ia cukup mengeluarkan Rp20.000 per bulan buat empat kali isi ulang galon.
ADVERTISEMENTS
BAHAN MAKANAN: Kalau bisa pulang rutin ke kampung halaman, bawa deh stok sembako dan kebutuhan sehari-hari. Jadi nggak perlu beli di perantauan
Cara ini dilakukan oleh Astri, mahasiswi Sanata Dharma yang berasal dari Semarang. Karena rumahnya cukup dekat, ia bisa pulang sekali sebulan naik kereta. Nggak lupa selalu bawa stok sembako dan kebutuhan sehari-hari. Misalnya mi instan, sabun mandi, sabun cuci, odol, dan beras. Kalaupun berasnya habis waktu masih di perantauan, ia cukup mengeluarkan uang Rp15.000 per bulan. Hemat banget ya!
ADVERTISEMENTS
TRANSPORTASI: Manfaatkan sepeda kampus biar hemat. Bisa juga naik transportasi umum
Bensin dan parkir adalah kebutuhan yang harus selalu dibeli kalau kita naik motor. Dari 10 mahasiswa yang diwawancara, biaya rata-rata buat dua kebutuhan itu adalah Rp120.000 per bulan. Banyak juga ya! Untungnya seorang mahasiswi UIN, Siti, punya cara ampuh berhemat. Sehari-hari ia naik sepeda yang disediakan kampus. Kadang juga naik ojek online atau bus Trans Jogja. Jadi hanya butuh Rp50.000 per bulan.
ADVERTISEMENTS
NONGKRONG: Siapa bilang nongkrong harus mahal? Ajak teman-temanmu main di kos. Semuanya serbagratis!
Berhemat bukan berarti nggak bisa nongkrong. Rangga, mahasiswa ISI, suka mengundang teman-temannya main ke kos. Jadi ia nggak perlu keluar uang seperser pun. Soalnya udah ada hiburan gratis berupa laptop yang bisa dipakai main game. Kalau lapar, tinggal masak sendiri di dapur. Asyik kan? Tentunya nongkrong di kos jauh lebih murah daripada terus-terusan ke kafe atau mal.
ADVERTISEMENTS
PACARAN: Sesuaikan jam pacaranmu dengan jam makan. Jadi cukup siapin satu budget~
Pacaran itu nggak harus mahal kok. Halvin, mahasiswa UGM, punya cara pacaran yang hemat. Ia selalu menyesuaikan jam pacaran dengan jam makan. Jadi cukup siapin satu budget! Sehari-hari, ia memang selalu makan di luar karena kosnya nggak menyediakan dapur. Jadi budget makan per bulan adalah Rp900.000. Itu berarti setiap harinya cukup Rp30.000. Bisa makan sambil kencan. Perut kenyang, pacaran pun lancar~
LAUNDRY: Nggak perlu laundry setiap hari. Cukup sebulan sekali aja, buat cuci sprei
Banyak anak kos yang nggak bisa cuci baju sendiri setiap hari karena sibuk. Karena itulah banyak yang manfaatka jasa laundry. Tapi lama-lama boros juga ya. Biar hemat, cukup pakai laundry sebulan sekali. Itulah yang dilakukan Nad, mahasiswi MMTC. Setiap bulan ia cuma mencuci sprei dan beberapa potong pakaian yang berat. Lainnya dicuci sendiri di kos.
INTERNET: Nggak perlu keluar uang buat warnet. Cukup beli paket data buat HP dan manfaatkan wifi gratis~
Sekarang biaya internet di warnet makin mahal. Di Yogyakarta, per jamnya Rp5.000 – Rp6.000. Mahal juga ya kalau sampai berjam-jam di sana. Biar nggak boros, beli paket data aja kayak Aulia, mahasiswi Janabadra. Setiap bulan ia hanya beli paket data seharga Rp 70.000. Ia juga pintar manfaatin wifi gratis di berbagai tempat, contohnya di kampus. Jadi hemat deh!
BELANJA: Kalau belanja, pilih merek yang terkenal bagus dan tahan lama. Jadi nggak perlu sering-sering beli
Zaldi, mahasiswa UPN, nggak punya anggaran per bulan buat belanja baju, sepatu, atau barang-barang baru lainnya. Soalnya ia memang jarang belanja. Daripada sering beli barang murah dan akhirnya cepat rusak, ia memilih beli barang yang mereknya udah terkenal bagus dan tahan lama. Jadi nggak perlu sering-sering beli. Oke banget nih buat penghematan jangka panjang~
PULKAM: Kalau kampung halamanmu jauh, kadang pulang setahun sekali terpaksa dijalani. Biar hemat biaya tiket
Aldy, mahasiswa UMY, berasal dari Sumbawa Besar. Ia butuh uang berjuta-juta buat beli tiket pulang pergi ke sana. Biar hemat, ia pun memilih pulang setahun sekali aja. Memang sedih sih karena jarang ketemu keluarga. Tapi kadang memang harus ada yang dikorbanin demi meraih cita-cita. Sabar ya… setelah lulus kuliah dan bekerja, pasti punya anggaran yang lebih banyak buat pulang kampung.
Begitulah cara mahasiswa-mahasiswa di Yogyakarta mengatur keuangan mereka. Kuncinya adalah memilih gaya hidup yang hemat. Lebih baik sekarang bersabar demi masa depan yang mapan. Yuk semangat!