Cara-cara Mengurangi Dengki di Bulan Puasa, Biar Ibadahmu Makin Berpahala

Kata orang, punya sifat iri dan dengki itu wajar dan hampir semua orang merasakannya. Ketika satu teman telah mencapai kesuksesannya, tak jarang kamu pun sangat kesal dibuatnya. Ya, karena kamu iri padanya. Atau saat yang lain memiliki kisah cinta bahagia, sedangkan hubunganmu masih begini-begini saja. Ya, lagi-lagi kamu iri pada mereka.

Apalagi momen Ramadan seperti sekarang ini, di mana semua orang berlomba untuk terus menjaga hati. Sifat semacam iri dan dengki juga seharusnya kamu hilangkan, supaya hidupmu makin tenang. Tapi, bagaimana ya caranya?

ADVERTISEMENTS

Bersedia menerima kenyataan, meski hidupmu belum sepenuhnya diliputi kebahagiaan

terima kenyataan

terima kenyataan via alteenstalk.com

“Sialan, kemarin Budi diterima jadi ketua pemuda masjid. Padahal gue yang selama ini rutin ke sana! Pokoknya gue nggak terima. Cuma gue yang layak jadi ketua.”

Terima kenyataan itu berarti sadar diri, bukan merendahkan diri sendiri. Tidak semua kejadian itu kita atur sendiri, karena ada Dia sang pemilik hati. Misalkan kesempatanmu untuk menjadi yang pertama belum terwujud, paling tidak kamu masih diberi nafas dan kesempatan untuk tetap menjalani hidup. Kuncinya, ya terima saja.

ADVERTISEMENTS

Kalau kamu nggak kuat hati, jatah bertemu dengan mereka yang lebih unggul lebih baik dikurangi

jatahnya lebih baik dikurangi

jatahnya lebih baik dikurangi via myprettypennies.com

“Tir, besok buka bersama, yuk. Fira dan kawan-kawan ngajakin nih. Katanya sih mau ngadain arisan emas juga.”

“Hmmm… Gue udah ada janji sama Sony nih besok. Salam aja ya buat mereka.”

Walau bagaimana pun, sifat iri dan dengkimu itu pasti bersumber dari lingkungan sekitarmu. Kamu yang tak terbiasa melihat orang lain gembira sedikit saja, pasti akan mudah merasa tersiksa. Di sini kamu sangat sensitif, bahkan menjadi orang yang mendadak primitif.

ADVERTISEMENTS

Tidak hanya mengurangi jatah bertemu, tidak kepo terhadap kegiatan mereka juga jadi pekerjaan rumah buatmu

kalau nggak punya jadi nggak pengen kepo, kan?

kalau nggak punya jadi nggak pengen kepo, kan? via i.telegraph.co.uk

Lagi-lagi kamu marah, hanya gara-gara dia habis beli baju lebaran bagus di mall. Tapi kamu nggak diajak.

Daripada terus-menerus seperti ini, alangkah lebih baiknya kamu membentengi diri untuk tidak selalu ingin tahu tentang apapun kegiatan mereka. Secara bertahap, kamu akan merasa nyaman ketika hari-harimu tidak ‘dihantui’ rasa dengki karena melihat orang lain bahagia.

ADVERTISEMENTS

Sibukkan diri supaya pemikiranmu berkembang. Dengan ini, takkan ada waktu untuk iri dengan kehidupan orang

nggak ada yang salah sih sama orang sibuk

nggak ada yang salah sih sama orang sibuk via wholisticfitliving.com

Tidak harus menjadi orang lain atau memaksakan diri hanya demi meraih kebahagiaan. Tuhan tak pernah tidur dan meninggalkanmu. Dia yang paling tahu kebutuhanmu, bahkan semua hal yang bisa meningkatkan kualitas hidupmu.

Kamu bisa lebih giat beribadah atau aktif di kegiatan sosial, mumpung masih di bulan puasa. Ladang pahala pun akan terbuka lebar, bahkan kamu akan menjadi pribadi yang lebih sabar.

ADVERTISEMENTS

Iri juga bisa membuat hidupmu lebih terpacu. Mengembangkan diri pun berpotensi jadi candu

masih bisa jalan tanpa kena 'wajib lapor' kan?

masih bisa jalan tanpa kena ‘wajib lapor’ kan? via media.fromthegrapevine.com

Kalau dia aja bisa, kenapa gue nggak! Gue harus lebih giat belajar, biar nggak ketinggalan. Gue harus lebih baik dari kemarin, biar orang lain tahu kalau sebenarnya gue mampu!

Berkembang, adalah satu kata yang patut kamu ambil dari sifat iri nan terlanjur mendarah daging. Meski negatif, hikmah dari iri dan dengki juga bisa memicumu untuk hidup di jalan yang lebih baik, bahkan meningkat pesat dari sebelumnya. Jadilah pribadi cerdas yang pandai memanfaatkan kesempatan, supaya jiwa-ragamu jauh dari godaan setan.

ADVERTISEMENTS

Jagan nodai puasamu dengan sifat iri dan dengki, eman-eman banget!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.