Suatu hari kamu mengalami rasa sakit di salah satu sisi perut bagian bawah, mirip PMS, tapi mens terakhir baru saja berlalu belum lama ini. Baiknya lacak siklus haidmu deh! Jika kram perutmu ini terjadi di pertengahan siklus menstruasi, yakni sekitar 14 hari setelah setelah periode mens terakhir, bisa jadi kamu mengalami kondisi yang disebut ‘mittelschmerz‘, istilah dalam bahasa Jerman yang berarti rasa sakit di pertengahan.
ADVERTISEMENTS
Mittelschmerz dalam bahasa Indonesia kerap disebut nyeri ovulasi, karena muncul ketika proses ovulasi atau pelepasan sel telur
Setiap cewek dalam kondisi normal pasti mengalami ovulasi setiap bulannya. Biasanya, ovulasi atau pelepasan sel telur dari ovarium ini terjadi sekitar 14 hari setelah mens terakhir, atau di tengah-tengah siklus menstruasi (pada cewek yang siklus menstruasinya 25-35 hari).
Nah, di masa ovulasi, beberapa cewek mengalami nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah, bergantung pada ovarium mana yang melepaskan sel telur selama siklus tersebut. Nyeri yang dirasakan umumnya bisa berlangsung dalam hitungan menit hingga jam. Kondisi semacam inilah yang disebut nyeri ovulasi atau mittelschmerz.
ADVERTISEMENTS
Nggak hanya kram perut, nyeri ovulasi ini juga ditandai dengan beberapa gejala yang hampir mirip dengan PMS
Gejala utama mittelschmerz sangat khas — sisi perut bagian bawah terasa nyeri atau nggak nyaman. Selain itu, beberapa gejala lain yang bisa dideteksi seperti:
- Demam
- Rasa sakit yang cukup menusuk dan tiba-tiba
- Keputihan atau perdarahan vagina ringan
- Nyeri yang terus-menerus
- Terkadang mual dan muntah
Untuk mengidentifikasi apakah yang kamu alami termasuk nyeri ovulasi atau nggak, cek lagi siklus menstruasimu dan catatlah tiap kali rasa nyeri itu datang. Kalau terjadinya di tengah siklus haid dan rasa nyerinya kerap hilang sendiri tanpa diobati, kemungkinan besar kamu mengalami nyeri ovulasi.
ADVERTISEMENTS
Penyebab nyeri ovulasi ini juga beragam, mulai dari penyebab umum sampai karena masalah kesehatan yang perlu diwaspadai
Ketika ovulasi, kista folikel yang dipicu oleh hormon luteinizing (LH) akan membengkak dan pecah untuk melepaskan sel telur. Nah, darah dan cairan lain dari folikel yang pecah ini bisa masuk ke rongga perut dan panggul selama proses berlangsung. Kondisi ini bisa membuat rongga perut dan panggul mengalami iritasi. Hal inilah yang kemudian menimbulkan nyeri ovulasi.
Selain itu, dikutip dari Healthline, ada masalah kesehatan lain yang juga bisa memicu nyeri ovulasi seperti kista ovarium, endometriosis, adhesi, penyakit kelamin, dan kehamilan ektopik (di luar kandungan).
ADVERTISEMENTS
Selama nggak disebabkan karena masalah kesehatan yang khusus, nyeri ovulasi ini tergolong aman dan bisa hilang dengan sendirinya kok …
Nyeri ovulasi ini nggak membutuhkan pengobatan khusus karena biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 24 jam. Cukup kompres perut dengan botol berisi air panas atau mandi air hangat untuk meredakan nyerinya. Tapi kalau rasa sakitnya berlebihan, kamu bisa mengonsumsi obat-obatan penghilang rasa sakit seperti naproxen, ibuprofen, atau acetaminophen.
Nyeri ovulasi ini normal terjadi dan nggak berbahaya. Tapi kalau nyeri yang dirasakan nggak tertahankan dan disertai dengan gejala seperti muntah, ruam pada bagian yang nyeri, sakit saat kencing, demam, atau nyerinya lebih dari sehari, maka segeralah konsultasikan ke dokter, ya. Takutnya ada masalah yang lebih serius dari sekadar nyeri ovulasi. Semoga artikel ini membantu!