Tanggal 1Â Desember diperingati sebagai Hari HIV/AIDS sedunia, sementara Ebola, yang sebelumnya telah Hipwee bahas disini, baru-baru ini juga menyita perhatian dunia.
Namun, ancaman virus berbahaya nggak berhenti pada dua jenis virus di atas saja. Di artikel ini, Hipwee akan berbagi tentang 9 virus berbahaya lainnya yang menjadi ancaman bagi manusia. Apa aja sih? Penasaran gak?
ADVERTISEMENTS
1. Virus Marburg
Nama Marburg diambil dari nama sebuah kota kecil dan indah di dekat Sungai Lahn, Jerman. Tapi, pilihan nama tersebut sama sekali tidak menggambarkan betapa ganasnya virus ini. Marburg, ternyata adalah virus yang paling berbahaya di dunia.
Marburg Virus Disease (MVD) pertama kali terindentifikasi di Marburg setelah seorang petugas laboratorium diserang kera asal Uganda. Virus Marburg dan virus Ebola memiliki famili yang sama, yaitu Filoviridae. Gejalanya adalah kejang-kejang dan pendarahan pada selaput lendir, kulit, serta organ tubuh manusia. Angka kematian kasus ini sangat bervariasi, mulai dari 25% di tahun 1967 hingga lebih dari 80% di Kongo tahun 1998-2000 dan di Angola tahun 2005.
Penularan virus ini melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh dan jaringan orang yang terinfeksi. Bisa juga melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi virus ini, misalnya monyet atau kelelawar. Menurut WHO, belum ditemukan antivirus untuk Marburg. Sementara, penggunaan terapi siRNA yang sukses pada primata belum bisa diaplikasikan pada manusia. siRNA terbukti bisa menghambat produksi protein sehingga mencegah pertumbuhan virus di dalam sel.
ADVERTISEMENTS
2. Hantavirus
Nama ini diambil dari nama sungai dimana tentara Amerika pertama kali diduga terinfeksi selama Perang Korea tahun 1950. Gejalanya meliputi penyakit paru-paru, demam, dan gagal ginjal. Sementara, proses infeksi terjadi melalui kontak langsung dengan kotoran, air liur, atau air seni tikus yang terinfeksi hantavirus.
Tidak ada pengobatan atau vaksin khusus untuk melawan virus ini. Jika Hantavirus bisa didiagnosa dengan lebih cepat, maka perawatan intensif akan sangat berguna bagi pasien. Biasanya, pasien yang terjangkit virus ini akan diintubasi (penempatan tabung plastik di trakhea untuk membantu pernafasan) dan diberikan terapi oksigen. Hal ini dilakukan lantaran pasien dengan Hantavirus biasanya akan menderita stres karena kesulitan bernafas.
Nah, jika gejala-gejala awal penyakit ini diabaikan dan tidak segera mendapat penanganan, sesak napas yang diderita pasien bisa sangat parah sehingga nyawa tidak bisa diselamatkan lagi.
ADVERTISEMENTS
3. Flu Burung
Virus flu burung atau H5N1 adalah penyakit pernafasan yang menyerang unggas. Meskipun mudah menular pada unggas, penyakit ini sulit menular antara manusia ke manusia. Seseorang bisa tertular ketika dia melakukan kontak langsung dengan unggas. Hal inilah yang menjawab pertanyaan mengapa kasus flu burung banyak terjadi di Asia: banyak orang Asia yang terbiasa memelihara dan berinteraksi langsung dengan burung, ayam, atau unggas lainnya.
Flu burung (H5N1) bisa ditangani dengan Oseltamivir atau Tamiflu. Obat ini mencegah influenza virus menyebar ke seluruh tubuh pasien yang sudah terjangkit virus flu burung. Vaksin flu burung memang tengah dikembangkan, namun sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah pandemi di masa depan.
Sementara, tingkat kematian untuk kasus flu burung sendiri sudah mencapai angka 70%. Namun, perlu diketahui bahwa virus ini sangat sensitif terhadap panas. Ketika unggas sudah dimasak dan mencapai panas 70 derajat, berarti makanan itu aman untuk dikonsumsi.
ADVERTISEMENTS
4. Virus Lassa
Orang pertama yang terinfeksi virus Lassa adalah seorang perawat di Nigeria. Virus ini ditularkan oleh tikus dan sifatnya endemik – virus terjadi di satu wilayah tertentu dan dapat terulang kembali di tempat yang sama, dan dalam kasus ini, Afrika Barat. Para ilmuwan berpendapat bahwa 15% hewan pengerat di Afrika Barat membawa virus ini.
Ribavirin adalah obat yang paling baik bagi penderita demam Lassa. Jika Ribavirin diberikan pada 6 hari pertama, pasien punya kemungkinan hidup 10 kali lipat lebih besar. Selain itu, digunakan pula terapi oksigen dan opium untuk mendukung pengobatan dengan Ribavirin.
Virus Lassa sampai saat ini juga belum bisa ditanggulangi dengan vaksin. Pencegahan masih dilakukan dengan pemberantasan tikus Multimammate dari jenis Mastomys yang menyebarkan virus ini.
ADVERTISEMENTS
5. Virus Junin
Virus Junin, yang menyebabkan penyakit Argentine Hemorrhagic Fever (AHF), ditemukan pada tahun 1958. Pada kasus ini, penderita akan menderita peradangan di seluruh tubuh dan pendarahan di kulit. Pada tahap awal infeksi, akan sangat sulit mengidentifikasi bahwa seseorang terserang virus Junin. Angka kematian penderita yang disebabkan virus ini mencapai 30%.
Vaksin virus Junin dikenal dengan nama Candid #1, dan terbukti aman untuk primata. Kemudian, setelah dilakukan tes pada manusia dan berhasil, vaksin ini juga disuntikkan pada lebih dari 6500 petani di Argentina ketika terjadi endemik virus Junin. Hasilnya, vaksin ini punya tingkat keberhasilan hingga 84%.
ADVERTISEMENTS
6. Virus Crimea
Virus Crimea terindentifikasi pertama kali pada 1944 di Crimea, wilayah Ukraina yang baru-baru ini memilih bergabung dengan Rusia. Namun, pada tahun 1969 virus ini kembali ditemukan di Kongo sehingga diperoleh nama Crimean-Congo Hemorrhagic Fever (CCHF).
Virus yang satu ini ditularkan oleh kutu dan peradangannya mirip dengan Marburg dan Ebola. Pada hari-hari pertama infeksi, penderita akan memiliki tanda berdarah di bagian wajah, mulut dan faring. Baik bagi hewan maupun manusia, belum ada vaksin untuk virus ini. Pasien penderita virus Crimea akan diberikan penanganan intensif yang meliputi transfusi darah, pemberian antibiotik, hingga suntikan pada pembuluh darah atau intravena.
7. Virus Machupo
Termasuk dalam Arenaviridae family, virus ini menyebabkan Bolivian Hemorrhagic Fever (BHF) atau Tipus Hitam. Pertama kali diidentifikasi pada 1959 oleh National Institutes of Health yang dipimpin Karl Johnson. Infeksi virus ini menyebabkan demam tinggi dan pendarahan berat. Hampir mirip dengan virus Junin, virus Machupo juga dibawa hewan pengerat dan bisa ditularkan dari manusia ke manusia.
Sebenarnya, Ribavirin juga digunakan untuk penanganan virus Machupo. Namun, Ribavirin tidak cukup efektif bagi manusia yang menderita virus Machupo. Virus Machupo hanya bisa dicegah; dan cara pencegahan virus yang dianggap paling efektif adalah menghindari kontak dengan hewan pengerat.
8. Kyasanur Forest Virus (KVF)
Virus ini menyebar di hutan di pantai barat daya India tahun 1955. Virus ini ditularkan oleh kutu dan ilmuwan mengatakan sulit untuk mengidentifikasi perantara virus lainnya. Diasumsikan bahwa tikus, burung, dan babi bisa menjadi ‘rumah’ bagi virus untuk berkembang biak. Orang yang menderita virus ini akan menderita demam tinggi, sakit kepala,dan nyeri otot yang mengakibatkan pendarahan.
Pasien yang terjangkit virus ini akan mendapat penanganan berupa terapi suportif, pemberian analgesik dan antipiretik. Sementara, cairan infus diberikan pada pasien yang mengalami hipotensi atau tekanan darah rendah. Menurut data Public Health Agency of Canada, vaksin formalin KFDV yang dibuat dari embrio ayam telah dilisensi dan terbukti efektif digunakan di Katarnaka, India.
9. Virus Dengue
Virus Dengue adalah yang menyebabkan penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Setiap tahunnya, ada lebih dari 400 juta orang di daerah tropis dan subtropis terinfeksi virus ini, termasuk Indonesia salah satunya.
Tidak ada cara pengobatan khusus untuk penyakit ini. Yang pasti, pasien harus segera mendapat penanganan medis yang intensif termasuk kontrol jumlah cairan tubuh yang jadi sangat penting. Belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi virus ini. Cara yang paling efektif untuk pencegahan adalah menghindari gigitan nyamuk.
Fakta keberadaan virus-virus di atas jelas mengancam umat manusia. Namun, nggak perlu merasa takut atau panik secara berlebihan. Pasalnya, ilmu dan teknologi kedokteran akan terus berkembang dari masa ke masa. Bukan tidak mungkin, akan ditemukan vaksin-vaksin baru yang efektif menangkis bahaya virus-virus di atas. Atau apakah kamu bercita-cita mengembangkannya?