Jogja kota pelajar, harusnya di sanalah arena yang tepat untukmu belajar.
Sesuai dengan kepopuleran Jogja sebagai kota pelajar, kamu yang merantau dan bersekolah di sana pasti sudah akrab dengan berbagai keadaan yang. Dari mulai persaingan antar kampusnya yang nggak tanggung-tanggung, sampai usahamu untuk terus bertahan hidup di kala isi dompet sedang tipis-tipisnya.
Hal yang membuat dilema lagi adalah saat kelulusanmu dari kuliah, namun setelahnya masih harus bersusah payah. Bukannya bersedih, justru fase inilah yang wajib membuatmu bangkit. Hipwee Tips pun percaya bahwa Jogja masih bisa ‘menampungmu’ meski statusmu belum sepenuhnya mapan, atau masih ragu untuk menatap masa depan. Jangan kuatir, anak muda. Karena di sisimu masih ada aku, Kota Jogja…
ADVERTISEMENTS
Hidup hemat di Jogja itu ibarat membalikkan telapak tangan. Di sana masih banyak angkringan dan warung makan dengan seporsi makanan berharga wajar
Setelah lulus, pasti ada rasa canggung untuk merepotkan orang tua, meski sebatas meminta jatah bulanan. Ini normal. Kamu juga merasa bahwa gelar sarjana adalah ajang untuk menunjukkan jati diri, bahwa pribadi ini telah berhasil menjadi sosok mandiri. Ah, pokoknya malu deh buat minta lagi sama orang tua!
Tapi, tanpa kamu harus melebih-lebihkan sikap canggung tadi, Jogja punya jawaban tersendiri. Harga makanan dan jajanan di sana bisa menyelamatkanmu. Dari harga gorengan yang rata-rata 500-750 rupiah, kamu masih bisa mengisi perut tanpa kuatir atau melirik dompet. Nasi? Ya, harga nasinya pun sama.
Di Jogja, paket nasi, ayam dan es teh itu rata-rata 10.000, lho. Itu pun bebas mengambil nasi. Hihi, senangnya…
ADVERTISEMENTS
Sebutan kota pelajar membuat Jogja menawarkan banyak kesempatan. Dari banyaknya Job Fair, kamu bisa langsung dapat pekerjaan
Daripada nganggur atau buang-buang waktu, pergi ke job fair sama saja menjemput bola. Ngapain nunggu, kalau sudah ada kesempatan di depan mata?
Terlepas dari jurusanmu apa atau minatmu di bidang apa, pergi ke bursa pencari kerja itu salah satu langkah mulia. Selain membuktikan bahwa kamu ogah berpangku tangan, menyempatkan diri bertandang ke sana adalah cara bertahan hidup paling ‘berkelas’ yang bisa kamu lakukan selama belum dapat kerja di Jogja.
Job fair juga akan mengajarkanmu banyak hal. Dari mulai menambah wawasanmu seputar perusahaan-perusahaan ternama, teman baru, hingga cara-cara ampuh untuk secepat kilat bisa dapat kerja. Jangan malu! Tunjukkan bahwa kamu memang pantas menyandang gelar baru, yakni sarjana.
ADVERTISEMENTS
Manfaatkan 4.000 rupiahmu untuk pergi ke warnet. Yes, cari kerja lewat internet!
Warnet di Jogja mah murah-murah, Bro…
Nggak perlu setiap hari, menyisihkan sisa-sisa uang yang kamu punya untuk pergi ke warnet itu sama saja bertahan hidup. Bukan cuma update status galau atau browsing konten-konten nyeleneh, di warnet kamu bisa nyambi melamar kerja ke perusahaan yang kamu mau, atau sekiranya memang kamu mampu. Setelahnya, kamu cuma tinggal nunggu panggilan, atau setidaknya kamu telah melampaui satu tahapan di atas teman-temanmu 🙂
ADVERTISEMENTS
Kalau masih sayang keluar uang, cari saja spot-spot tertentu untuk pakai Wi-Fi gratisan!
Seperti kota besar lainnya, Jogja pun memiliki banyak tempat yang bisa dibilang mumpuni untuk sekadar nongkrong atau bercengkrama dengan kerabat dan sahabat. Dengan fakta ini, tak sedikit dari tempat tadi yang menyediakan Wi-Fi gratis bagi setiap pengunjungnya. Ya, meski kamu datang ke sana hanya sekadar minum es teh atau membeli snack seharga 1.000 rupiah, Wi-Fi-nya tetap gratis, kok.
Atau, kamu juga bisa duduk-duduk santai di depan mini market 24 jam penyedia Wi-Fi yang hampir ada di setiap sudut jalan kota Jogja. Udah gratis, adem pula!
ADVERTISEMENTS
Bersyukurlah karena Jogja juga kota budaya. Kamu bisa survive sementara dengan melamar menjadi volunteer atau relawan budaya di sana
Sekali lagi, daripada nganggur. Rajin-rajinlah mencari informasi tentang lamaran volunteer atau sukarelawan budaya di sekitar Keraton, Taman Budaya atau Malioboro. Di sana banyak sekali seniman lokal atau asing yang sering mengadakan pameran atau pertunjukkan budaya, tapi butuh bantuan banyak massa. Nah, kamu sebagai fresh graduate, apa nggak ngiler buat ikut mencoba?
Bukan cuma pengalaman luar biasa yang akan kamu dapat, tapi (jika beruntung) pundi-pundi rupiahmu juga akan bertambah. Wiiih… hidup di Jogja nyenengin, ya 🙂
ADVERTISEMENTS
Sudah saatnya kamu biasakan hidup sederhana. Caranya? Carilah kost atau kontrakan yang super murah di pinggiran kota Jogja
Waktu masih jadi anak Mama-Papa sih boleh saja hidup serba berkecukupan atau bahkan bermewah-mewahan. Tapi, kalau sudah lulus gini, apa nggak malu sama kucing kalau masih manja dan todong sana-sini? Hmmm… ini berarti kamu sudah harus putar otak untuk mulai hidup sederhana. Bukan berarti kesusahan, hidup sederhana ala fresh graduate itu akan membantumu berpikir, bagaimana hidup prihatin demi menata masa depan.
Cari kost atau kontrakan sederhana, misalnya. Faktanya, masih banyak kok kost atau kontrakan di Jogja yang harganya murah meriah, bahkan di bawah 300.000. Nah, di sanalah kamu seharusnya tinggal, dan mulai hidup baru dengan pribadi yang baru pula. Nggak apa-apalah hidup prihatin buat sementara.
Malas cari kerja dengan segala keribetannya? Yaudah, ajak salah satu temanmu untuk buka usaha kecil-kecilan. Jualan cilok atau jus di depan kampus, misalnya
Gengsi? Ke laut ajeee…
Memang nggak semua orang yang mau bekerja di bawah pimpinan orang lain. Dengan maksud, dia mau mengatur semuanya sendiri, berikut ide-ide yang telah dia miliki. Apalagi kalau kamu fresh graduate dari salah satu kampus di Jogja, jiwa entrepeneur-mu pasti ada, meski hanya sedikit. Kamu melihat sekelilingmu yang bisa sukses hanya dengan berjualan donat keliling kampus, atau salah satu temanmu yang dengan gigih membuka lapak jus di sekitar kost-kost’an.
Dan setelah ini, apa yang seharusnya kamu lakukan? Ya ajak temanmu untuk membuka usaha, dong! Nggak harus ngoyo buat cari modal kalau kamu belum punya cukup tabungan. Kamu bisa ngutang dulu sama orang tua. Jangan juga muluk-muluk mau usaha gede, kalau yang kecil saja belum pernah kamu jalani.
Jogja bukan kota ‘jahat’ yang membiarkanmu terlantar. Dengan segala keterbatasannya, kamu tetap bisa hidup dan mengadu nasib di sana. Jangan kuatir kalau hanya sekedar sesuap nasi, kota pelajar ini akan selalu ada di sisi.