Jika kamu baru mengenal yoghurt hanya yang dibuat dari fermentasi susu sapi, kamu mesti berkenalan dengan yoghurt tradisional Minangkabau dari susu kerbau bernama ‘dadih’ atau masyarakat lokal menyebutnya ‘dadiah’. Proses fermentasi susu kerbau ini dilakukan tanpa menambahkan mikroba sebagai starter. Proses fermentasi terjadi cukup di dalam bambu atau buluh yang memungkinkan tidak diperlukannya lagi mikroba sebagai starter. Low-tech tapi efisien, ya!
ADVERTISEMENTS
Proses pembuatannya dilakukan pada subuh hari karena dadih membutuhkan susu kerbau yang segar
Karena proses yang dilakukan dengan cara yang sangat sederhana dan alami, pembuatan dadih tidak memakan waktu lama. Karena dadih yang nikmat adalah yang jika dibuat dari susu kerbau yang masih segar, maka biasanya proses pembuatan dadih dimulai seusai subuh, bersamaan dengan dimulainya aktivitas para peternak kerbau memerah susu kerbau.
Salah satu daerah di Sumatera Barat yang terkenal dalam memproduksi Dadih adalah “Green Canyon-nya Indonesia”, Ngarai Sianok. Bisa kamu bayangkan betapa asrinya pemandangan aktivitas para peternak memeras susu kerbau di saat mentari bersiap-siap untuk ‘mengintip’.
ADVERTISEMENTS
Proses pembuatan dadih dilakukan sangat sederhana dengan alat seadanya
Setelah susu kerbau diperah lalu disaring terlebih dahulu, untuk kemudian dimasukkan ke dalam buluh atau ruas bambu dengan panjang sekitar 20-30 sentimeter, sebagai kunci berhasilnya fermentasi dadih. Bambu ini kemudian ditutup dengan daun pisang atau daun waru. Bambu-bambu ini akan didiamkan selama 2-3 hari.
Pada masa ini, cukup untuk mengubah susu dari cair hingga membeku menjadi dadih. Di sinilah perbedaan dadih dengan yoghurt. Teksturnya beku tidak kental dan jika dibalik tidak akan tumpah karena sudah melekat pada bambu.
ADVERTISEMENTS
Disajikan sebagai pendamping nasi atau dihidangkan sebagai makanan pencuci mulut, dadih tetap nikmat
Dadih umumnya disajikan sebagai menu sarapan atau pencuci mulut dengan campuran emping beras dengan siraman gula aren, atau dikonsumsi langsung apa adanya dari wadah bambunya juga untuk cita rasa susu yang otentik.
Pada zaman dulu (di beberapa daerah bahkan hingga kini), dadih dimakan sebagai pengganti lauk untuk pendamping makan nasi di kalangan masyarakat Minangkabau. Biasanya sebagai pendamping nasi, disajikan bersama lauk pauk dan sambalado atau cabai, bawang, dan sirih. Rasanya asam, pedas, dan segar, sehingga sering dijadikan sebagai teman menyantap nasi.
ADVERTISEMENTS
Sekilas mirip seperti yoghurt namun berbeda
Adanya beberapa perbedaan yang menyebabkan dadih memiliki karakteristik istimewa ketimbang yoghurt adalah, yang pertama, bahan dasar dadih “yoghurt” tradisional Minangkabau ini harus susu kerbau segar, sedangkan yoghurt pada umumnya menggunakan susu sapi dan nggak mesti yang baru diperah. Kedua, penganan khas Minang ini mengalami fermentasi alami, tidak membutuhkan bantuan mikroba sebagai starter. Ketiga, dadih seperti krim padat bertekstur lembut, tidak seperti yoghurt yang cair dan sedikit kental.
Bagaimana, apakah kamu penasaran untuk mencoba penganan tradisional khas Minangkabau ini? Jika berkunjung ke Sumatera Barat boleh banget jadi agenda, nih, menyaksikan proses pembuatan dadih sambil menikmati asrinya Ngarai Sianok. Atau malah kamu sudah pernah mencobanya?