“Bentar ya, aku lagi otw.”
“Pak, saya izin nggak ke kantor ya hari ini. Saya sakit…”
Berbohong bukanlah tindakan terpuji. Tapi, riset mengungkapkan bahwa kita bisa berbohong 10-200 kali dalam sehari. Dan menurut riset yang sama, dari 10-200 kebohongan itu, hanya 5-10% yang terdeteksi. Wah!
Mungkin kamu penasaran bagaimana caranya mendeteksi kebohongan. Tenang saja, sebenarnya ada caranya, kok. Nggak usah repot-repot pakai alat pendeteksi kebohongan ala polisi untuk mendeteksi tanda orang suka bohong. Pamela Meyer, penulis buku Liespotting: Proven Techniques to Detect Deception, akan menjabarkan 7 cara mudahnya di bawah ini!
ADVERTISEMENTS
1. Ketika berbohong, kalimat orang akan cenderung lebih formal. Gaya bahasanya tak sesantai biasa dan ada kesan ia terlalu memikirkan kata-katanya
Ada alasan kenapa orang yang berbohong cenderung berbicara dengan lebih formal. Struktur kalimat yang baku akan memudahkan mereka untuk lebih mengatur kata-katanya sebelum berbicara. Bayangkan deh, kita cenderung tak berhati-hati dalam bicara ketika kalimat kita santai dan lugas, bukan? Nah, inilah kenapa, banyak orang yang gaya bahasa aslinya santai dan biasa saja, jadi lebih formal ketika berusaha berbohong.
ADVERTISEMENTS
2. Kata mitos, orang yang berbohong akan menghindari kontak mata dengan orang yang dibohonginya. Tapi, yang lebih sering terjadi justru mereka berusaha mempertahankan kontak mata
“Liars won’t look at you in the face”, kata orang. Tapi sebenarnya, pembohong ulung justru akan berusaha menjaga kontak mata. Ini karena mereka berusaha agar tetap terlihat meyakinkan di depan orang yang sedang dibohonginya. Kadang tatapannya akan terasa tidak wajar, misalnya saja terlalu lama atau terlalu dibuat-buat.
ADVERTISEMENTS
3. Ketika bicara, pembohong punya kecenderungan untuk tak memakai kata “aku”
Ketika berbohong, kita akan cenderung “menjauhkan diri” dari kebohongan yang kita utarakan. Maksudnya, kita akan berusaha menceritakan kebohongan itu tanpa memasukkan unsur “aku” ke dalam cerita. Alasannya, berbohong sebenarnya membuat diri kita tidak nyaman.
“Kemarin aku nggak ikut anak-anak ke mal, kok. Aku di rumah, belajar.” (jujur)
“Kemarin anak-anak nggak ada yang pergi ke mal, kok. Soalnya banyak PR, harus di rumah.” (bohong)