“Hmmm…ngapain nih? Kok tumben? Pasti ada maunya deh!”
Pernahkah kamu mendapatkan komentar semacam ini ketika melakukan sesuatu? Niatnya baik, malah dikatain ada maunya. Inginnya cuma membantu eh malah digodain. Kan KZL ya?
Memang, selalu ada garis pembatas tipis antara kebaikan yang tulus dan sesuatu yang dilakukan demi hasil yang diinginkan. Pertanyaannya, bagaimana membedakannya? Apakah kamu selama ini memang orang yang tulus atau malah tanpa sadar ada maunya? Bagaimana jadi orang yang genuine (tulus) dan membuat orang lain merasa kamu memang melakukan sesuatu atas dasar kebaikan dalam hatimu? Yuk, kita cari tahu sama-sama!
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. “Waaaah…great job! Bagus!” Waktu kamu merasa ada orang yang mengesalkan, ingat setiap orang pantas mendapatkan ini
Jangan pernah takut menurunkan standar untuk menghargai hasil pekerjaan orang lain. Sebut saja ketika kamu kerja kelompok dan semua orang harus mengerjakan bagiannya. Akan ada teman yang mengerjakannya dengan sempurna, ada juga dia yang ‘cuma’ menyelesaikkan tanggung jawabnya.
Orang yang tulus akan selalu sadar bahwa setiap orang berhak atas pengakuan dan pujian. Tidak peduli seberapa kecil tugas yang sudah mereka selesaikan.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Setiap jadi tempat curhat teman, “Hmmm” jangan jadi jawaban. Ganti kalimat standar itu dengan, “Terus maumu gimana?”
“Bi, aku mau cerita nih. Jadi tuh pacarku ngeselin banget. Udah dibilangin jangan pulang malem-malem. Lah sekarang dia sakit dan nyalahin aku karena nggak ngingetin. Kalau nggak sayang udah gw bejek-bejek…”
Suatu sore, yang seharusnya jadi waktumu leha-leha selepas mengerjakan tugas kampus yang bejibun, kamu malah dihadapkan pada curhatan teman yang sebenarnya kurang signifikan buat hidupmu. Tentu kamu punya pilihan untuk menjawab curhatannya dengan kalimat standar seperti “Hmmm…yeah.”
Tapi lawan bicaramu akan jauh lebih merasa dihargai ketika kamu menjawab curhatannya dengan pertanyaan yng memancing. Walau malas, pancing saja dia dengan, “Terus maumu gimana?” Kemudian pandang matanya sembari dia bercerita.
ADVERTISEMENTS
3. “Nggak ada apa-apa kok. Pengen aja!” Jadikan ini prinsipmu ketika datang membawa sesuatu
Ujian mata kuliah yang sulit level dewa akhirnya membuahkan hasil manis. Nilaimu A bulat. Perjuangan belajar berdarah-darah selama ini tidak sia-sia.
Kamu merasa harus merayakannya. Dalam perjalanan ke kampus kamu mampir ke tukang donat kentang langganan dan membeli selusin donat untuk teman-teman kost. Waktu mereka bertanya, “Widiiih. Dalam rangka apa nih?”
Jawab saja dengan selow, “Pengen aja. Emang nggak boleh?”
Biarkan pencapaian jadi hal yang kamu rayakan sendiri. Hal yang kamu bagikan untuk orang lain tidak perlu diembel-embeli perayaan prestasi.
ADVERTISEMENTS
4. Tawarkan bantuan waktu kamu memang mampu. Saat merasa tidak capable tawarkan jalan untuk menghubungkan ke jejaringmu
Kadang kita merasa kebaikan selalu berbanding lurus dengan kemurahan hati untuk menawarkan bantuan. Kita sering lupa bahwa bantuan tidak harus datang pun dilakukan dengan tangan sendiri. Menghubungkan teman yang meminta bantuan ke jejaring yang lebih mumpuni kadang akan jauh lebih membawa dampak.
Kali lain saat ada teman yang bertanya, “Gue mau ada acara pensi nih. Butuh lighting. Bisa bantu nggak?” jangan langsung heboh mencarikan pinjaman sound system. Kebaikan hatimu bisa lebih bermanfaat saat kamu menghubungkannya ke teman yang bekerja di EO. Dia yang bisa memberikan saran dan channel peminjaman sound system yang jauh lebih murah.
5. Agendakan waktu 1 kali sebulan untuk ngobrol sama teman lama. Kamu benar-benar catch up, bukan datang saat ada maunya
Makin dewasa kita sering merasa kehabisan waktu untuk terus mempertahankan teman. Selain jumlah teman yang makin menyusut, kita pun makin jarang menghubungi mereka untuk sekadar ngobrol ata bercanda-bercanda bego.
Yeah, hal yang cukup menyebalkan dari menjadi dewasa adalah tanggung jawab yang makin banyak saja. Mulai cicilan sampai kewajiban untuk membahagiakan orangtua. Karena itu, biasakan disiplin ke diri sendiri untuk menyisihkan waktu sebulan sekali demi mengubungi teman-teman lama. Dengan begini kamu nggak akan tiba-tiba datang ke mereka saat ada maunya saja.
6. Ada sedikit orang yang membantu orang lain bukan karena kepentingannya. Tapi demi kebaikan mereka. Jadilah salah satunya
Sebut saja namanya Edi. Dia adalah mantan bos saya yang pernah bilang,
“Ngapain kamu kerja di lembaga riset? Tulisanmu romantis begini! Go work in media or write your own novel!“
Selepas perkataannya itu, Edi (dengan sengaja atau pun tidak) selalu meminta saya menulis press release untuk keperluan lembaga. Pelan-pelan saya mengerti bagaimana flow dan ambience bekerja di media. Hingga akhirnya kini sudah hampir 3 tahun saya bergabung dan membangun Hipwee.
Edi melihat apa yang saya miliki, meyadari jika itu tidak bisa dia tawarkan di lembaga yang dia pimpin. Edi kemudian mmebantu saya menemukan jalan menuju hal yang ingin saya lakukan. Seumur hidup saya akan berterima kasih pada Edi. Kini saya sedang berusaha menjadi Edi.
7. Sediakan 1 slot di sosial mediamu untuk membuat orang lain bahagia. Ini tidak selalu soal kamu saja
Seberapa sering kamu menggunakan sosial media untuk mengungkapkan perasaan dan kode-kodemu ke udara? Seberapa sering kamu menggunakan sosial media untuk curhat terselubung tentang hal-hal yang membuatmu baper?
Sekali waktu bersedekahlah dengan sosial mediamu. Berikan 1 slot tiap minggu atau bulan untuk menyebarkan kebaikan. Entah itu re-tweet berita sedekah, bagi-bagi hadiah dan traktiran gratis seperti yang dilakukan oleh Anariana dan Stevanie Sepan di mig, sampai sharing soal hal yang baru kamu pelajari. Ini semua bukan selalu soal kamu. Sebab itu gunakan sosial mediamu untuk mengabarkan hal yang tidak melulu tentang dirimu.
Dari 7 cara ini mana yang menurutmu paling pas digunakan? Atau kamu punya jalan lain yang oke kalau dibagi lalu diaplikasikan oleh orang banyak? Bagikan pendapat dan pengalamanmu ke Hipwee di kolom komentar ya!