Dalam dunia media sosial memang tak ada aturan khusus yang mengatur tentang cara yang baik menggunakan media tersebut. Namun justru karena gak ada aturannya ini kadang-kadang kita jadi gak sadar kalau mungkin kelakukan kita sudah membuat orang jengah.
Mulai dari yang hobinya up date 24 jam, mengeluh tiada akhir, sampai yang paling ekstrem marah-marah padahal yang dimarahin gak akan baca juga. Tindakan-tindakan seperti sesekali memang wajar dilakukan, namun kalau dilakukan dengan sering bisa bikin orang yang baca ‘gerah’.
Nah sebagai anak muda yang intens menggunakan media sosial, kamu harus jadi pengguna yang cerdas. Jangan sampai orang-orang memusuhimu karena tabiatmu yang dianggap tak menyenangkan di dunia yang maya itu. Melalui artikel ini Hipwee akan mengulas 10 hal yang harus dilakukan agar orang lain menyukaimu di media sosial. Mau tahu gimana caranya? Cek di artikel yang satu ini.
ADVERTISEMENTS
1. Pasang nama asli, bukan nama alay
Kreativitas itu penting, namun jadi tak penting kalau kamu menempatkan kreativitas tidak pada tempatnya. Mengimprovisasi nama asli dan menggantinya dengan nama lain yang aneh bin ajaib gak bikin kamu jadi disukai. Bahkan, bukan tak mungkin nama tersebut malah jadi bahan olok-olokkan bagi orang yang melihatnya. Selain itu, penempatan nama yang tak lazim membuat orang lain kesulitan menemukan akunmu di media sosial karena ketika ditelusuri dengan nama asli, mereka tak menemukan akun yang sesuai.
ADVERTISEMENTS
2. Berbagi hal positif
Jika kamu menumpahkan rasa kesalmu lewat sosial media sekali waktu, tentu hal itu masih ada dalam tahap wajar. Namun jika dilakukan terus-terusan, orang lain yang melihatnya lama-lama bisa merasa tak nyaman juga. Apalagi jika setiap kali muncul, postingannya selalu berisi kalimat-kalimat negatif seperti:
I HATE MONDAY!!! (Pakai capslock)
Masih juga pagi, sudah dibikin emosi sama ini manusia satu #nomention #semogangerasa
Kenapa sih gak ada yang ngertiin aku?? :((
Kalimat-kalimat negatif seperti itu cenderung tidak akan disukai oleh orang lain. Sebagai pengguna media sosial yang cerdas ada baiknya kamu menghindari atau paling tidak mengurangi kebiasaan seperti itu agar orang lain tak anti berteman denganmu.
ADVERTISEMENTS
3. Pastikan informasi yang kamu bagikan itu valid
Sebelum membagikan sebuah berita atau informasi melalui media sosialmu, pastikan hal yang kamu bagikan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hindarilah kebiasaan membagikan begitu saja link berita yang tidak kamu investigasi sebelumnya.
Semisal, pada kasus Bob Sadino yang dikabarkan meninggal pada beberapa waktu lalu. Sebelum menyebarkan berita itu lewat jentikan jari dari retweet atau share mu, cek dulu benar-benar apakah berita yang disampaikan memang bisa dipertanggungjawabkan. Paling tidak usahakan selalu mengambil berita dari sumber yang paling terpercaya.
ADVERTISEMENTS
4. Hati-hati saat berpendapat
Masih ingat dong dengan kisah Florence yang harus berurusan dengan hukum karena dianggap menghina masyarakat Yogyakarta?
Ya menghina suku, agama, atau ras golongan tertentu memang jadi hal yang sensitif bagi banyak orang. Maka dari itu gunakan sosial mediamu untuk sesuatu yang berkontribusi positif kepada orang lain. Pikirkan secara matang tentang apapun yang kamu posting di laman akun media sosialmu. Jangan sampai karena emosi sesaat kamu jadi dimusuhi oleh banyak orang.
ADVERTISEMENTS
5. Jangan menghina orang lain
Niatmu bisa saja hanya bercanda, namun bukan berarti niatan itu lantas membenarkan tindakan menghina orang lain di sosial media. Misalnya saja karena punya teman yang bertubuh gemuk, kamu dengan enaknya menyambar postingan dalam twitternya seperti:
@tweetorangkeren: Buset baru tahu ada gorila doyan lele. Gak mau makan piranha aja? @NilaDanila: Jadi pengen makan lele bakar, pasti enak…
Nila bisa saja tak marah, namun mempermalukannya di media sosial tentu bukan hal yang pantas dilakukan.
ADVERTISEMENTS
6. Tahu batasan saat berbagi momen
Bukannya bermaksud iri atau mau ikut campur, namun kalau terlalu sering berbagi momen mesramu di media sosial yang lama-lama bikin orang malas juga. Berbagi moment mesra dalam tahap wajar akan membuat hubunganmu bersama pacar terlihat manis di mata orang lain.
7. Sampaikan rasa kecewa dalam bahasa yang pantas
Etika berbahasa di media sosial dan kehidupan sehari-hari pada dasarnya sama saja. Kamu tetap harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan norma kesopanan. Hindari menggunakan bahasa-bahasa kasar seperti fuc*, bangs*t, kampr*t, dan bahasa-bahasa kasar lainnya. Bukankah kamu juga tak suka jika membaca kalimat seperti itu muncul di timeline media sosialmu?
8. Jangan hobi menyindir orang lain di media sosial
Pernah gak sih kamu lihat akun yang hobinya menyindir orang lain atau bahkan bikin postingan yang isinya sumpah serapah? Kira-kira kalau Hipwee bisa kasih contoh, kalimatnya gini:
Duh mbak kalau bikin alis gak usah melengkung banget kali, udah kaya kapak naga bonar aja! #nyinyir #abisaneh
Katanya anak orang kaya, kok kemana-mana masih naik ojeg?
Seenaknya komentar gitu ke gue, gue doain lo susah seumur hidup!!!!
Mungkin kalau intensitasnya jarang masih okelah ya, namanya juga manusia. Tapi kalau kamu hobi banget post ginian bukan gak mungkin orang lain yang nilai kamu aneh.
9. Berbagi konten yang informatif dan edukatif
Daripada share artikel yang bikin orang jengah, lebih baik kamu berbagi sesuatu berkualitas dan berguna bagi orang lain. Di media internet sekarang sudah banyak sekali sumber berita yang terpercaya dan bisa kamu bagikan, kok!
10. Jangan mengekspos hidupmu terlalu berlebihan
Tanpa sadar kita bisa saja jadi banci medsos yang over exposed tentang kehidupan pribadi kita. Mau makan difoto masukin medsos, dengerin musik update, ada yang bikin kesal posting, mau tidur bikin pengumuman. Meskipun menurut kita itu tak ada masalah namun sebenarnya tindakan seperti ini bukan tak mungkin bikin kamu di unshare, unfollow sama pengguna lainnya karena dianggap nyampah.
Menjadi sosok yang disukai oleh semua orang memang sulit dilakukan. Namun setidaknya untuk menghindari kamu dijadikan ‘musuh’ karena media sosialmu, lakukanlah 10 hal di atas sebagai pedoman dasar