Penemuan beragam jenis vaksin yang efektif mencegah dan mengurangi pengaruh infeksi Covid-19 telah membawa harapan positif terkait penanganan pandemi. Meski begitu, masih banyak di antara masyarakat yang memiliki keraguan terhadap vaksin (vaccine hesitancy) akibat informasi keliru yang beredar.
Oleh banyak pengamat dan ahli, vaccine hesitancy yang sayangya disebabkan oleh informasi keliru, disebut dapat menghambat upaya melindungi masyarakat dari penyakit yang bisa dicegah seperti Covid-19. Oleh karena itu, edukasi dan literasi perlu digalakkan agar masyarakat dapat menerima informasi berimbang mengenai vaksin.
ADVERTISEMENTS
Pemberitaan media dan key opinion leader adalah kunci meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi
Dalam literasi digital bertajuk “Komunikasi Interpersonal Pentingnya Vaksin dan Perubahan Prilaku” yang digelar Siberkreasi bersama Kominfo, dan Komisi Penangananan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) pada Kamis (28/1/2021), disampaikan bahwa informasi keliru terkait keamanan efektivitas vaksin, kejadian ikutan pasca imunisasi, dan teori konspirasi merupakan penyebab terbesar vaccine hesitancy di Indonesia.
Mengutip survei persepsi masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Indonesia Advisory Group on Immunization (ITAGI) dengan dukungan WHO dan UNICEF pada September 2020, angka penerimaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 mencapai 65 persen. Namun, pada Desember 2020 angka penerimaan masyarakat tersebut turun menjadi 35 persen.
“Hal ini disebabkan adanya kesalahan informasi yang diterima masyarakat terkait keamanan efektivitas vaksin, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), sampai dengan teori konspirasi yang saat ini banyak beredar,” kata C4D UNICEF, Risang Rimbatmaja dalam keterangan rilis yang Hipwee terima, Senin (1/2/2021)
Menurut Risang, pemberitaan media yang berimbang dapat jadi salah satu kunci meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi. Di samping itu, key opinion leader di tengah masyarakat juga mesti berperan dalam literasi digital dan komunikasi interpersonal yang efektif.
“Literasi digital dan komunikasi interpersonal yang efektif, terutama pada key opinion leader dalam masyarakat pun juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat tersebut, sekaligus menggiring perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih disiplin protokol kesehatan,” imbuhnya.
Peneliti dan Pengajar Tetap Vokasi UI, Devie Rahmawati manyampaikan hal senada. Menurutnya, pengetahuan masyarakat terhadap vaksin yang masih rendah merupakan penyebab utama vaccine hesitancy, ditambah penyerapan informasi yang minim dan banyaknya disinformasi yang beredar.
Sepakat dengan Risang, ia mengatakan perlu adanya sarana yang dapat memberikan informasi mendalam mengenai vaksin.
“Kondisi yang terjadi pada masyarakat saat ini akibat masih minimnya pengetahuan masyarakat, penyerapan informasi yang masih rendah serta masih banyaknya disinformasi berita mengenai Covid-19. Maka dari itu, sangat dibutuhkan wadah dan sarana dalam memberikan informasi mendalam mengenai Covid-19, salah satunya dengan literasi digital,” jelas Devie.
Nah, buat kamu yang masih ragu terhadap vaksin Covid-19, yuk cari tahu lebih banyak lagi dengan menggali informasi dari sumber terpercaya. Kalau ada webinar-webinar yang bahas vaksin dan digelar pihak terpercaya, nggak ada salahnya untuk ikutan. Dengan vaksinasi, artinya kita tengah mempercepat penanganan Covid-19.