Segala kata baik dengan imbuhan kata toxic di depannya akan menjadi sebuah frasa yang merugikan misalnya toxic productivity atau toxic positivity, bahkan kini ada juga istilah toxic success. Mungkin kamu masih asing dengan istilah tersebut, namun mungkin kamu akan merasa familiar dengan beberapa orang yang rela bekerja keras siang dan malam, lembur, sampai lupa istirahat dan berakhir tipes demi kesuksesan yang jika sudah diraih maka standarnya akan terus menanjak lagi. Sudah sakit pun, ia masih saja tetap mengulangi siklus yang sama.
Tak ada yang salah dengan meraih mimpi dan kesuksesan, namun ambisi yang berlebihan sampai tidak sehat itulah yang akhirnya membawamu ke sesuatu yang malah jauh dari kata bahagia. Jika kamu penasaran dengan fenomena ini atau justru merasa bahwa sekarang kamu sedang mengalaminya, simak yuk penjelasan selengkapnya!
ADVERTISEMENTS
Toxic success membuat seseorang nggak pernah merasa puas terhadap apa yang ia raih, ia akan terus mengejarnya kadang sampai lupa diri
Seorang psikolog bernama Paul Pearsall melalui bukunya yang berjudul Toxic Success: How to Stop Striving and Start Thriving menyatakan bahwa toxic success adalah kondisi di mana seseorang merasa tidak pernah puas padahal sudah meraih banyak pencapaian dalam hidupnya. Kesuksesan ini dianggap sebagai sesuatu yang toxic karena seringkali harus dibayar mahal dengan adanya masalah kesehatan, terganggunya hidup yang baik, dan hubungan dengan orang lain. Dilihat dari materi yang berhasil dimiliki mungkin mereka sangat sukses namun jauh di dalam hatinya mereka nggak merasa bahagia.
Untuk mengetahui apakah kamu juga menjadi seseorang yang terjebak di toxic success ada beberapa ciri yang bisa mulai kamu amati, yaitu:
- Berambisi secara berlebihan dan nggak pernah merasa puas akan apa yang sudah kamu capai. Baru saja promosi jabatan dan bisa bersantai? No, kamu akan berusaha lebih keras lagi untuk kembali promosi.
- Kamu mengira bahwa kebahagianmu hanya tergantung pada kesuksesan yang kamu raih tersebut.
- Kamu jadi jarang punya waktu untuk quality time dengan teman atau keluarga, bukan karena nggak ada tapi karena kamu punya prioritas berupa ambisi.
- Kamu jadi merasa bahwa kesuksesan adalah ajang perlombaan dan harus kamu yang memenangkannya. Menyaksikan orang lain meraih kesuksesannya sendiri akan membuatmu sakit hati. Bukannya ikut berbahagia, kamu malah jadi merasa selalu iri.
ADVERTISEMENTS
Layaknya keluar dari lingkaran berbau toxic lainnya, melepaskan diri dari toxic success mungkin sulit tapi tetap bisa kok untuk dilakukan
Dilansir dari Forbes, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk keluar dari lingkarang setan ini.
- Apa yang kamu lewati dengan orang lain sesungguhnya berbeda, maka tujuannya pun juga tak sama. Kamu harus membuat tujuanmu sendiri dan fokus terhadapnya alih-alih harus mengikuti milik orang lain.
- Kamu juga perlu meredefinisikan apa itu kebahagiaan dan sukses itu sendiri sehingga tidak berambisi terhadap sesuatu yang seringkali membuatmu mengorbankan segalanya.
- Kamu mungkin akan kehilangan banyak teman dan partner selama meraih ‘suksesmu’ padahal hubungan dengan mereka sebaiknya dijaga karena pada akhirnya apa arti kesuksesan jika kamu tak pernah bisa membaginya.
Mungkin akan sulit untuk mulai keluar dari kondisi ini karena kamu merasa masih ada banyak sekali hal yang bisa dicapai, namun sesekali menengok terhadap apa saja yang sudah diraih dan mensyukurinya juga perlu dilakukan. Sukses dalam bentuk nominal dan pengakuan tak seberapa dibanding hati yang lega dan bahagia.