Harapan kebanyakan orang ketika masuk sebuah jurusan adalah lulus dan meneruskan karir ke bidang yang sejalan dengan ilmu yang dipelajari. Begitulah setidaknya anggapan umum yang berlaku. Investasi yang sudah dikeluarkan untuk pendidikan diharapkan berangsur-angsur terbayar saat menjalankan profesi yang dicita-citakan.
Tapi yang namanya jalan hidup, kadang emang suka nggak bisa ditebak. Ketika sudah menjalani, barulah sadar bahwa rezeki bisa dicari dari mana saja walau tidak sejalan dengan latar belakang sebelumnya.
Tirta Mandira Hudhi sudah membuktikannya. Lulusan Fakultas Kedokteran UGM 2015 ini sekarang malah asyik berkecimpung di bisnis cuci dan rawat sepatu. Outlet yang diberi nama Shoes and Care besutannya ini awalnya hanyalah sebuah toko kecil di alun-alun kidul Jogja. Saat ini, ia sudah mengembangkan 20 outlet dengan ekspansi ke Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Medan, Tangerang, Palembang, sampai Singapura. Bagaimana ceritanya calon dokter ini malah sukses jadi tukang cuci sepatu? Yuk kita lihat sekilas perjalanannya.
ADVERTISEMENTS
Saat kuliah punya kebiasaan bersih-bersih sepatu di kosan, kemudian berlanjut jadi bisnis kecil-kecilan
Tirta tumbuh besar di Karanganyar, Solo, dan melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran UGM sejak tahun 2009. Semasa kuliah, ia ngekos di daerah Pogung Yogyakarta, dekat dengan kampus. Sebagai seorang sneaker enthusiast, Tirta sering bersih-bersih sepatu dan dipajang di depan kamar.
Kebiasaan ini menarik perhatian teman-temannya sesama anak kos yang nggak punya waktu banyak untuk bersih-bersih sepatu. Satu per satu temannya pun mulai nitip dibersihin sepatunya oleh Tirta. Saking banyaknya orderan, Tirta berpikir kreatif untuk menjadikannya bisnis sampingan. Setelah puliang kuliah jam tiga sore, Tirta memulai rutinitasnya membersihkan sepatu pesanan klien-kliennya, kemudian lanjut belajar di malam harinya.
Dari hasil bisnis kecil-kecilannya ini, Tirta bisa membeli buku-buku kedokteran untuk menunjang kuliahnya tanpa menyusahkan orang tua.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Anak muda kudu pandai menangkap peluang. Selama ada pasar dan kebutuhan, layanan jasa sederhana pun bisa jadi uang
Tirta memang sudah lama hobi mengoleksi sepatu. Kesukaannya itu membuatnya paham teknik dan metode seperti apa yang tepat untuk merawat sepatu yang butuh perlakuan khusus. Ia pernah membeli cairan pembersih sepatu premium dari luar negeri dengan harga yang cukup mahal, Rp 400 ribu per botol. Modal untuk perawatan sepatu yang bagus pun ternyata memang cukup mahal.
Kemudian ketika erupsi Gunung Kelud terjadi pada 14 Februari 2014, abu vulkanik yang tersebar ke seantero kota membuat Tirta kebanjiran pesanan untuk membersihkan sepatu. Dari situ ia terpikir untuk serius membuka layanan perawatan sepatu dengan harga terjangkau untuk segala jenis sepatu. Lahirlah Shoes and Care, yang menawarkan jasa perawatan premium sepatu pertama di Indonesia yang berbasis media sosial.
ADVERTISEMENTS
Maksimalkan media sosial untuk strategi marketing. Orderan bisa datang dari berbagai lokasi, baik dalam maupun luar negeri
Sebelum punya outlet sendiri, Tirta menawarkan jasa lewat media sosial Instagram dan Twitter. Tak disangka para pelanggan dari dunia maya merespon positif, dan sejak itu ia mulai ketambahan pesanan.
Setelah membangun Shoes and Care, Tirta memutuskan untuk mengunggah video proses pencucian dan perawatan sepatu pelanggannya ke media sosial. Ia tidak takut rahasia dapur terbongkar atau disalip oleh kompetitor, justru dengan langkah ini Tirta berusaha mengedukasi pelanggan tentang bisnis yang dijalankannya, proses perawatan sepatu, sampai bahan apa yang digunakan.
Usahanya ini tidak sia-sia. Popularitas bisnisnya yang bisa diakses lewat kanal digital ini membuat Tirta dikontak oleh pelanggan dari luar kota, bahkan dari luar negeri seperti Singapura dan Australia. Bahkan, bisnis yang dijalankan Tirta mendapatkan rekomendasi dari sebuah perusahaan di Italia untuk rujukan perawatan sepatu di Asia Tenggara.
Bayangkan, dari mencuci sepatu saja Tirta bisa goes international!
ADVERTISEMENTS
Ulet dan tekun jadi kunci utama. Lihatlah, bisnis yang awalnya cuma di emperan kos ini berhasil menarik banyak investor yang mau bekerjasama
Untuk mengakomodir pesanan yang tidak lagi muat dijajal di emperan kosnya, Tirta membuka toko perdananya di Alun-Alun Kidul Jogja. Dengan modal 25 juta dari investor kawan ayahnya, Tirta mulai serius mengembangkan bisnis cuci dan rawat sepatu ini. Dalam kurun waktu 3 bulan, ia sudah bisa balik modal dan membagi hasil 20% untuk investornya.
“Dari 20 outlet yang saya miliki 75% milik saya sendiri, 25% join dengan investor. Saya tidak pernah mengembangkan usaha dengan utang. Tiap dapat untung dari outlet-outlet saya putar terus untuk membuka cabang baru.” – Tirta dalam wawancara dengan @Saptuari di siaran Geronimo FM
ADVERTISEMENTS
Walau sudah jadi pengusaha muda, Tirta tetap setia pada panggilan hatinya sebagai seorang dokter
Muda dan sukses merintis bisnis sendiri, orang seperti Tirta tentu layak jadi panutan. Kamu pasti makin ngefans kalau tahu bahwa Tirta tetap setia terhadap profesinya sebagai dokter untuk membantu orang.
“Profesi dokter saya rasa kurang tepat kalau diniatkan untuk mencari uang. Dokter itu pekerjaan humanis, sedangkan bisnis benar-benar cari profit.” – Tirta, dalam wawancara SWA.
Tirta mengerti bahwa hidup ini memang harus seimbang. Karenanya ia mencari uang lewat bisnis perawatan sepatunya, dan memfokuskan profesi dokter untuk membantu sesama. Wah, berarti benar-benar harus pintar mengelola waktu dan sumberdaya ya kalau begini caranya.
Begitulah Tirta, sosok penuh inspirasi yang nggak cuma punya cita-cita besar, tapi juga tekun melakoni jalan hidupnya. Mau tahu apa target Tirta ke depannya? Beginilah katanya,
“MEA sudah terbuka, saya punya impian Outlet Shoes And Care akan ada di Thailand, Vietnam, Malaysia, Brunei dan negara-negara lainnya, tapi saya tetap jadi dokter bedah di Jogja saja.” – Tirta dalam wawancara dengan @Saptuari di siaran Geronimo FM