Apa kabar para pejuang skripsi? Sudahkah kamu merasakan momen-momen menyebalkan yang sering menghambat perjuanganmu? Sudah mulai emosi karena dosen pembimbingmu kurang kooperatif? Atau kamu sudah merasakan petaka akhir dunia bagi skripsi-ers, alias laptop rusak dan hasil kerjamu berjam-jam sampai berhari-hari lenyap? Mungkin saat ini kamu sedang merapal sumpah serapah, sekaligus merapal doa agar skripsi ini segera berlalu hingga kamu bisa memakai toga dan melenggang menuju panggung wisuda.
Kamu yang telah berhasil melalui skripsi merasa halangan terberat hidupmu telah terlampaui. Padahal belum juga. Setelah skripsi berlalu, dan setelah kamu melepas togamu, kamu akan memasuki dunia baru yang barangkali lebih berdarah-darah dibandingin perjuangan mengerjakan skripsi. Pada saat itu, bisa jadi kamu malah merindukan masa-masa saat permasalahanmu hanyalah revisi skripsi dan dosen pembimbing yang nggak balas SMSmu.
ADVERTISEMENTS
1. Euforia bahagia saat melihat skripsi dicetak itu hanya sementara, ujian yang sesungguhnya sudah di depan mata.
Membayangkan skripsi yang kamu kerjakan sudah dicetak dengan hard cover dan sampulnya ditulis dengan tinta emas pasti membuat perasaan haru biru. Apalagi saat kamu dengan balutan toga naik ke panggung, bersalaman dengan rektor, lalu berfoto bersama keluarga dan teman-teman. Saat itu kamu bisa merasa lega dan juga bangga karena perjuanganmu selama ini nggak sia-sia.
Tapi euforia bahagia itu nggak akan bertahan lama. Cepat atau lambat, kamu akan menyadari bahwa tanggung jawabmu tidak berkurang setelah skripsimu tamat, tapi justru bertambah besar.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Selanjutnya setelah toga dilepas, perihal mencari kerja adalah problematika utama.
Tantangan pertama setelah lulus kuliah, tentulah persoalan mencari kerja. Ini bisa menjadi tantangan pertama yang akan sangat menyiksa. Bagaimanapun juga, selain untuk mendapatkan ilmu, kuliahmu selama empat tahun atau lebih dipersiapkan untuk mencari kerja. Orang tuamu pasti juga mengharapkan kamu bisa segera punya penghasilan, makin bagus jika bisa membantu perekonomian keluarga.
Mencari kerja pun nggak sesederhana yang kamu pikirkan. Pertama, kamu akan bersaing dengan ratusan bahkan ribuan orang lainnya. Kedua, menentukan kerja yang kamu inginkan pun tidak mudah. Kadang kamu harus realistis, lowongan pekerjaan yang tersedia nggak sesuai dengan passion dan keinginanmu, sementara bidang yang kamu inginkan nggak ada lowongan. Di saat ini, kamu juga harus mempertimbangkan banyak hal saat menerima sebuah tawaran pekerjaan. Mulai dari akomodasi, gaji, sampai jenjang karir yang dimungkinkan.
ADVERTISEMENTS
3. Lalu, kamu akan dihadapkan pada dunia yang akan menguji ilmu-ilmu yang sudah kamu dapat di bangku kuliah.
Siapa bilang setelah lulus kuliah kamu kewajibanmu untuk belajar juga berhenti? Kamu mungkin senang karena setelah ini kamu nggak lagi harus mengulik-ulik teori yang bahkan selama kuliah nggak pernah kamu mengerti. Kamu juga nggak harus mengerjakan tugas-tugas yang menggunung dan presentasi yang menegangkan.
Salah. Justru setelah kuliah, ilmu-ilmu yang kamu dapatkan di bangku kuliah akan diuji. Baik ilmu di bidang akademik, maupun softskill yang kamu dapatkan dari rajin berorganisasi di kampus.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Bebanmu justru semakin berat, saat kamu sadar bahwa sudah saatnya kamu membahagiakan orangtua.
Dulu saat kamu masih kecil hingga kuliah, orangtuamu sudah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhanmu. Mereka memastikan bahwa fasilitasmu terpenuhi sehingga proses belajarmu juga maksimal. Saat akhirnya kamu menyelesaikan kuliah dan sudah bisa mencari penghasilan sendiri, tentu muncul keinginanmu untuk gantian membahagiakan orangtua. Meski kasih orangtua nggak mungkin bisa kamu balas, dan orang tuamu cukup bahagia hanya dengan melihat hidupmu baik-baik saja, kamu tetap ingin memberikan ini itu kepada orangtuamu.
5. Tidak selamanya mudah, karena dunia setelah kuliah jauh lebih susah daripada teori-teori yang menyiksamu di kelas.
Jangan berpikir bahwa dunia ini hanya selebar daun kelor. Dan permasalahan bidang yang kamu geluti akan persis sama dengan teori-teori yang kamu pelajari di kelas. Sehingga kamu merasa bahwa cukup menguasai buku-buku itu, lantas semuanya akan baik-baik saja. Ada kalanya yang terjadi di dunia nyata menyimpang dari segala teori yang kamu pelajari. Hingga akhirnya kamu harus tetap belajar untuk menghadapi hal-hal baru.
Begitu juga dengan orang-orang yang kamu temui. Jika di kampus, kamu mungkin bisa memilih untuk berinteraksi dengan orang-orang yang sealiran denganmu saja. Kamu bahkan jika beruntung, kamu bahkan bisa memilih dosen pembimbingmu sendiri yang jelas akan memperngaruhi keberlangsungan skripsimu. Tapi saat kamu memasuki dunia kerja, kamu mungkin bisa memilih bidang apa yang kamu inginkan, tapi orang-orang yang kamu temui di dalam sana jelas beragam. Meski kamu tak suka, kamu harus tetap bisa bekerja sama dengan mereka.
6. Ketakutan akan mengecewakan harapan orangtua bisa membuatmu semakin lelah. Bagaimanapun kamu tetap ingin membuat mereka bangga.
Kamu ingat bahwa orangtuamu mungkin menitipkan mimpi-mimpinya padamu. Mereka ingin yang terbaik untukmu, dan kamu menjadi yang terbaik. Kekhawatiran tidak bisa memenuhi keinginan orangtua dan mengecewakan mereka akan membuat bebanmu semakin berat. Memang sih, mereka tidak menuntut apa-apa. Meski kamu mengalami kegagalan dan nasib buruk, mereka juga akan tetap menyayangimu. Tapi bagaimanapun juga, mengecewakan mereka adalah hal yang kamu hindari di dunia.
7. Pekerjaan juga nggak semudah saat kamu menulis skripsi. Atasanmu bisa lebih galak daripada dosen pembimbing paling kejam sekalipun.
Kamu yang sering mengeluh selama mengerjakan skripsi dan ngomel-ngomel saat harus revisi di sana-sini, mulai sekarang berhentilah mengeluh. Persoalan revisi nggak hanya hadir di skripsi. Nanti kalau kamu sudah kerja, atasan dan klienmu bisa memaksamu revisi berkali-kali. Atasanmu juga bisa lebih galak dari penguji di ruang sidang dan lebih menyebalkan dari dosen pembimbing yang membatalkan jadwal. Skripsi adalah tanggung jawabmu, yang jika kamu gagal atau malas-malasan, efeknya hanya terjadi padamu. Yang akan marah paling orang tuamu karena kamu nggak lulus-lulus. Berbeda dengan dunia kerja. Apa yang menjadi tanggung jawabmu akan mempengaruhi semua bidang jika kamu malas-malasan. Yang akan marah bisa mulai rekan sedivisi, atasa, sampai klein. Banyak.
8. Tak berhenti di sana, tuntutan keluarga agar kamu segera berumah tangga juga mendera.
Tuntutan juga nggak akan berhenti sampai di pekerjaan dan penghasilan yang mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Tuntutan yang lebih menyeramkan akan muncul setelah itu dan akan terus menghantuimu sampai kamu memenuhinya. Yap. Pertanyaan ‘kapan nikah?’ ini bisa jadi tuntutan yang paling mengerikan.
9. Kini yang diminta bukan lagi nilai yang sempurna, tapi keseimbangan antara kerja dan urusan cinta. Dulu kamu pikir hanya jadi urusan orang dewasa.
Saat kamu kuliah, kamu hanya diminta belajar dan pulang membawa nilai IPK yang bagus. Syukur-syukur bisa lulus cum laude. Tapi saat kamu sudah melewati semua itu, dan menjadi orang dewasa sepenuhnya, kamu tuntutan akan menjadi semakin banyak. Keseimbangan antara kerja dan rumah tangga, yang dulu kamu pikir hanya menjadi urusan orang dewasa, kini sudah hadir di depan mata. Selamat datang.
10. Hingga akhirnya kamu sadar bahwa perjuanganmu mengejar dosen, revisi berkali-kali, sampai dibantai di ruang sidang, hanya seujung kuku dari tantangan yang kamu hadapi sekarang.
Setelah kamu mengalami itu semua, kini kamu pun sadar. Bahwa halangan dan berbagai momen menyebalkan saat menyusun skripsi masih tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang kamu temui saat ini. Revisi skripsi nggak sebanding dengan revisi kerjaan dari atasan. Dosen pembimbing yang menyebalkan juga ternyata jauh lebih baik hati dari atasanmus sekarang. Tapi setidaknya kamu bersyukur mengalami momen-momen itu, karena bagaimanapun perjuangan mengerjakan skripsi bisa menjadi tahap latihanmu untuk menjalani hidup yang lebih keras lagi.
Karena itu, untuk kamu yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi, pastikan kamu lebih kuat dari semua cobaan yang kamu alami. Karena kehidupan setelah itu, akan jauh lebih menggigit.