Kiat Jadi Freelance Roleplayer. Nggak Perlu Skill Khusus, Uang Ngalir Terus

Tinggal datang, lalu bermain peran, kita udah dapat uang~

“Enaknya, pekerjaan ini tergolong ini easy money…. Kedua, ini juga termasuk easy job,” terang Armando Yuniar Radityawan, 31 tahun.

Siapa yang nggak excited setelah mendengar pernyataan Armando tersebut? Hayo, ngaku….. Selama ini, membayangkan pekerjaan yang mudah sekaligus mendatangkan cuan kadang cuma mentok di angan aja. Soalnya, hampir nggak ada pekerjaan idaman seperti itu. Apalagi, kalau kita bicara soal pekerjaan sampingan, ya. Kebanyakan orang justru berpaling dari pekerjaan ini gara-gara pemasukan yang didapatkan nggak cukup membuat kantong tebal.

Namun, pengalaman Armando yang sudah menekuni pekerjaan sebagai freelance roleplayer hampir 10 tahun ini menunjukkan fenomena sebaliknya, SoHip. Pekerjaan yang belum terlalu populer di Indonesia ini nyatanya cukup menjanjikan, lo. Selain terbilang mudah karena nggak membutuhkan skill khusus, pekerjaan ini cukup layak dijalani untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

“Sebenarnya, apa sih kerjaan roleplayer?”

“Berapa penghasilan yang didapatkan?”

“Apakah yang bisa kita lakukan untuk memulai pekerjaan ini?

Eits, sabar, SoHip. Tenang, ya. Armando membagikan fakta seputar pekerjaan sampingannya sekaligus cara menjalaninya dengan detail melalui artikel ini. Simak penuturan Armando di bawah ini, yuk! Ada yang perlu kamu perhatikan baik-baik bila ingin menjalani pekerjaan ini dengan serius.

ADVERTISEMENTS

Yuk, mengenal pekerjaan roleplayer ini lebih jauh lagi! Seperti apakah detail tanggung jawabnya?

Sesuai dengan arti kata roleplayer, pekerjaan ini mengharuskanmu untuk memainkan peran tertentu. Inilah yang dilakukan oleh Armando. Ia memiliki dua side job sekaligus di dua tempat berbeda. Pertama, ia menjadi roleplayer di sebuah universitas swasta kedokteran di Yogyakarta. Selain itu, ia melakoni pekerjaan sebagai roleplayer di sebuah assessment center. 

Sebenarnya, kedua pekerjaan ini cukup berbeda, tapi masih mencakup bidang yang sama, yakni roleplaying. Di universitas kedokteran, Armando berperan sebagai pasien dengan karakteristik penyakit tertentu. Biasanya, mahasiswa kedokteran membutuhkan latihan atau ujian sebelum menjadi dokter muda sampai akhirnya mendapatkan sumpah sertifikasi dokter. Nah, dalam latihan atau ujian itu, Armando akan menjalankan perannya sebagai pasien.

“Saya diberikan satu lembar kertas yang berisi detail pasien yang memiliki penyakit tertentu. Saya harus berperan sesuai dengan karakteristik pasien tersebut supaya calon-calon dokter bisa berlatih memeriksa pasien,” ungkapnya.

Dulu, bermain peran dilakukan secara tatap muka dengan 9-12 mahasiswa yang dibagi menjadi 4 kelompok. Namun, setelah pandemi melanda, roleplaying dilakukan secara daring melalui laptop, tapi masih di satu ruangan yang sama.

Sistem yang berbeda diterapkan di asesssment center nih. Menurut Armando, sebetulnya ini bukan roleplaying, tapi dalam simulasinya memang disebut demikian. Alih-alih menjadi orang lain, Armando justru berperan menjadi diri sendiri dengan tujuan membantu proses orang-orang yang akan sertifikasi.

“Jadi, saya mengumpulkan CV saya sendiri kemudian diwawancarai oleh seseorang untuk posisi fiktif di sebuah perusahaan.  Biasanya sih, perusahaan yang menjadi tempat bekerja orang yang akan mengajukan sertifikasi tersebut. Intinya, roleplaying ini bertujuan untuk melatih orang yang akan disertifikasi,” lanjut Armando.

Side job roleplayer

Fakta freelance roleplayer | Illustration by Hipwee

ADVERTISEMENTS

Freelance roleplayer disebut pekerjaan impian nih. Easy job, easy money~

Kalau melihat pengalamannya, Armando sangat lama menekuni side job ini, ya. Salah satu alasannya, menjadi roleplayer termasuk easy job sekaligus easy money. Ya, menurut Armando, pekerjaan ini mudah dijalani sekaligus mudah mendatangkan cuan. Ibaratnya, kamu tinggal datang dan bermain peran 2 jam, uang ratusan ribu sudah dikantongi.

Apalagi nih, saat ujian kedokteran, penghasilan yang didapat bisa lebih banyak karena durasi roleplaying lebih panjang dan tentu prosedurnya lebih rumit. “Jika dihitung-hitung, hasilnya tergolong easy money,” kata Armando. Ia bisa menyebut pekerjaan ini juga easy job. Pasalnya, ia bisa berperan menjadi diri sendiri ketika bekerja di assessment center.

Uniknya, Armando sempat bingung ketika ditanya tentang sisi nggak enak dari pekerjaannya. Sepertinya sih, lebih banyak sisi enaknya nih, SoHip. Kendati demikian, Armando mengungkapkan, kesempatannya untuk memberikan ide cukup terbatas. Lantaran statusnya sebagai freelancer, usulan idenya kadang kurang diperhatikan oleh perusahaan, kecuali perusahaan tersebut sudah cukup stabil dan mapan.

Bila menemui tantangan ini, ia akan mengonfirmasi dulu kesulitannya 2-3 kali pada koordinator. Dari respons koordinator, Armando akan mengambil sikap dan tinggal mengikuti cara ‘mainnya’ aja.

ADVERTISEMENTS

Rata-rata penghasilan yang bisa didapatkan oleh seorang freelance roleplayer

Ngomongin gaji freelance roleplayer, menurut Armando, sebenarnya relatif. Apalagi, penghasilan ini juga tergantung sistem yang dianut oleh perusahaan atau instansi. Univeritas kedokteran menganut sistem per blok atau per semester, misalnya. Sistem blok memungkinkan roleplaying dilakukan setiap bulan. Jika sistemnya per semester, roleplaying dilakukan per 3 bulan umumnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini