Siapa bilang kalau mau kaya harus punya modal dulu? Siapa bilang yang bisa kaya cuma anak orang kaya? Orang-orang ini sudah membuktikan bahwa kekayaan bisa dicapai dari tidak memiliki apa-apa. Siapa saja mereka dan bagaimana mereka merubah nasib dari miskin menjadi super kaya?
ADVERTISEMENTS
1. Kenny Troutt, Pendiri Excel Communications : Kekayaan 1,7 Miliar US Dolar
Kenny Troutt yang hanya anak seorang bartender mengawali karirnya dengan menjadi sales asuransi jiwa. Penghasilan ayahnya tidak memadai untuk dia melanjutkan kuliah, sehingga ia memutuskan untuk berusaha sendiri. Hasil dari penjualan polis asuransi tersebut ia gunakan untuk membayar biaya kuliahnya di Universitas Southern Illinois.
Pada tahun 1988 Troutt mendirikan sebuah perusahaan telekomunikasi bernama Excel Communication. Pada saat itu baru saja terjadi perubahan dalam regulasi perusahaan telekomunikasi di Amerika Serikat. Pada tahun 1996 Troutt memutuskan untuk mengembangkan perusahaan ini lewat sistem Multi Level Marketing (MLM).
Tidak disangka, terjual lebih dari 200,000 franchise perusahaan. Dalam waktu 8 tahun Excell Communication menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar keempat di Amerika. Dan menjadi perusahaan telekomunikasi termuda dengan angka pendapatan yang tinggi. Microsoft dapat berkembang sebesar Excell dalam waktu 15 tahun, sementara perusahaan baru ini hanya butuh 8 tahun saja.
Di tahun 1998 Troutt memperluas perusahaannya dengan menggabungkan Excell dengan sebuah perusahaan telekomunikasi bernama Teleglobe. Kenny Trott juga berinvestasi dalam pacuan kuda serta membiayai klub basket anak-anak kurang mampu secara ekonomi. Karena kepedulian sosialnya yang tinggi ini Trott didapuk sebagai 25 pengusaha dengan kontribusi sosial terbaik versi Centre for Responsive Politics.
ADVERTISEMENTS
2. Howard Schultz, CEO Starbucks: Kekayaan 2 Miliar US Dolar
CEO waralaba kopi terbesar di dunia ini tumbuh dalam sebuah keluarga miskin di Brooklyn, Amerika Serikat. Ayahnya yang bernama Fred hanya seorang veteran lulusan SMA yang membiayai keluarganya dari menjadi supir truk. Pada tahun 1961 ayah Howard terkena kecelakaan yang mengakibatkan kakinya cacat. Sejak saat itu keluarga Howard yang sudah miskin jatuh menjadi lebih miskin.
Ia menghabiskan masa kecilnya di Canarsie in The Bayview Projects, sebuah perumahan subsidi yang khusus diperuntukkan untuk orang-orang miskin. Dalam sebuah wawancara, Howard menceritakan tentang bagaimana perasaannya tumbuh besar di perumahan kumuh.
“Tumbuh besar, aku selalu merasa seperti berada di jalur lain dari hidup. Aku tahu di sisi lain ada orang-orang yang memiliki sumber daya lebih, lebih banyak uang dan lebih bahagia. Dan tidak tahu kenapa aku selalu ingin memanjat pagar pembatas itu dan memiliki apa yang mereka punya. Aku ingin membuktikan kalau apa yang orang bilang tidak mungkin itu ternyata bisa diwujudkan.”
Walau keluarganya miskin, Ibu Howard selalu mendorong Howard dan kedua adiknya untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Howard akhirnya berhasil masuk ke Universitas Northern Michigan lewat beasiswa sepakbola. Selepas lulus, ia sempat bekerja di perusahaan peralatan rumah tangga, Hammarplast.
Howard mulai menyadari bahwa ada perusahaan kopi di Seattle yang membeli banyak alat pemroses kopi dari Hammarplast. Dia kemudian mendatangi kedai kopi tersebut dan memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan kecil yang baru dikenalnya. Keputusan ini sempat ditentang ibunya. Karena menurut beliau, usaha kopi tidak akan maju.
Saat ini Schultz telah membuka lebih dari 1.300 gerai Starbucks di seluruh dunia. Dari tumbuh di perumahan kumuh, kini ia memiliki 172.000 pegawai yang tersebar di 16.000 outlet. Saat ditanya perusahaan macam apa yang ingin ia bangun Schultz hanya menjawab,
“Aku ingin membangun perusahaan yang membuat ayahku bangga. Sebuah perusahaan yang bisa membuat ayahku berkata, ‘Inilah perusahaan yang menghormatiku walau aku tidak punya pendidikan’. Aku ingin mendirikan perusahaan yang memiliki moral seperti itu”.
ADVERTISEMENTS
3. Oprah Winfrey : Kekayaan 2,9 Miliar US Dolar
Presenter terkenal yang keahliannya sudah tidak diragukan lagi ini lahir dari sepasang remaja yang belum menikah. Ia tinggal bersama neneknya hingga usia 6 tahun, sementara ayah dan ibunya berusaha bekerja demi kehidupan yang lebih baik.
Setelah kematian neneknya, Oprah pindah ke Milwaukee untuk hidup bersama ibunya yang hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Oprah sering ditinggal sendiri di rumah selama ibunya bekerja. Keadaan ini dimanfaatkan oleh saudara laki-laki Ibu Oprah. Ia melakukan kekerasan fisik dan seksual pada Oprah dari ia berumur 9 hingga 13 tahun. Tidak tahan terus menerima kekerasan dan pelecehan seksual, Oprah pun kabur dari rumah dan hamil pada usia 14 tahun.
Bayi yang dikandung Oprah meninggal karena prematur. Ibunya yang sudah tidak tahan pada kenakalan Oprah akhirnya mengirimnya untuk tinggal bersama ayahnya, Vernon Winfrey. Ayah Oprah adalah pendidik yang sangat kaku. Ia memaksa Oprah menghapal 5 kosa kata baru setiap hari, membaca buku dan kemudian menuliskan ulasannya. Pola pendidikan yang terkesan mengekang ini justru memunculkan kemampuan Oprah yang terpendam.
Mulai saat itu prestasi akademinya melonjak drastis. Oprah menyadari kemampuannya dalam public speaking, sehingga ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di jurusan komunikasi Universitas Negeri Tennesse. Oprah mengawali karirnya dari menjadi pembaca berita di sebuah stasiun TV lokal hingga kemudian memiliki talkshow sendiri yang kita kenal dengan nama Oprah Winfrey Show.
ADVERTISEMENTS
4. Shahid Kahn, Pemilik 2 Klub Bola dan 1 Perusahaan: Kekayaan 3,8 Miiar US Dolar
Kahn lahir di Lahore, Pakistan dari sebuah keluarga yang biasa-biasa saja. Ayahnya adalah seorang pekerja konstruksi sedang ibunya adalah guru matematika. Ia datang ke Amerika Serikat pada usia 16 tahun. Untuk membiayai kuliahnya di Universitas Illinois Kahn bekerja sebagai pencuci piring dengan honor Rp 13.000,00 setiap jam nya.
Selain bekerja sebagai pencuci piring, ia juga bekerja di perusahaan manufaktru Flex N Gate. Selepas lulus, ia diangkat sebagai teknisi di perusahaan tersebut. Pada tahun 1978 ia memulai perusahaan baru yang dinamai Bumper Work. Perusahaan ini mengkhususkan dirinya pada pembuatan bumper mobil dan menyuplai perusahaan besar seperti Toyota dan Big Three Automakers. Pada tahun 2011 perusahaan ini telah memiliki lebih dari 12 ribu pegawai dan menghasilkan 3 juta dolar per tahun.
Pada tahun 2010 Khan mulai mengembangkan sayap untuk membeli klub sepakbola. Ia klub Jacksonville Jaguars. Tiga tahun kemudian pada 2013 Khan membeli Premier League Fulham dengan harga 150-200 juta US Dolar. Dari petugas pencuci piring ia kini bertransformasi jadi pengusaha sukses.
ADVERTISEMENTS
5. Kirk Kerkorian, Pemilik Hotel dan Kasino di Las Vegas : Kekayaan 3,9 Miliar US Dolar
Dilahirkan pada tahun 1917 di California, dari sepasang imigran asal Armenia. Kemiskinan keluarganya membuat Kirk Kerkorian keluar dari sekolah pada kelas 2 SMP untuk menjadi petinju lepas. Ia bertarung dengan nama ring “Rifle Right Kerkorian” dan kemudian memenangkan pertandingan tinju amatir tingkat Pasifik.
Perang Dunia dua mulai melanda Amerika, Kirk yang enggan bergabung di angkatan darat memutuskan menjalani pelatihan pilot komersial Happy Bottom Riding Club, Gurun Mojave. Karena tidak punya biaya untuk membayar pelatihan pilotnya, ia sepakat untuk membayarnya dengan merawat dan memerah sapi.
Selepas perang usai, dia membelanjakan seluruh uangnya untuk membeli pesawat Cessna. Kirk Kerkorian kemudian melakukan penerbangan pertamanya ke Las Vegas. Pada tahun 1962 ia mulai membeli lahan di Las Vegas kemudian menyulapnya menjadi hotel dan kasino.
ADVERTISEMENTS
6. John Paul DeJoria, Co-Founder John Paul Mitchell Hai Product: Kekayaan 4 Miliar US Dolar
John mengawali hidupnya dengan berat. Ia dipindahkan dari Italia, Yunani kemudian ke Amerika untuk mewujudkan mimpi Amerika yang diimpikan banyak orang. Dalam sebuah wawancara Paul DeJoria menjelaskan bagaimana masa kecilnya.
“Masa kecilku cukup berat. Orang tuaku bercerai saat aku masih berumur 2 tahun. Di usia 9 tahun aku dan kakakku mulai menjual kartu natal dan koran. Kami bangun setiap pagi untuk melipat koran, demi bisa mendapatkan tambahan penghasilan. Waktu kecil impianku sederhana saja. Aku cuma ingin tumbuh besar dan punya pekerjaan yang bisa memberiku 150 US Dolar tiap minggunya. Cukup untuk membayar sewa rumah dan membeli sebuah mobil bekas”.
Selepas SMA ia memilih untuk bergabung dengan militer Amerika Serikat. Sepulang dari penugasan John justru jatuh miskin dan kehilangan rumah serta pernikahannya. Ia bercerai dengan istrinya, anak laki-laki satu-satunya tinggal bersama John. Mereka tinggal di mobil dan makan dari hasil menjual botol bekas minuma ringan.
John melakukan apapun agar bisa tetap bertahan hidup. Ia menawarkan jasa perbaikan sepeda, menjual ensiklopedia dari rumah ke rumah, menjual mesin fotokopi hingga menjual polis asuransi. Beruntung, ia kemudian mendapatkan posisi di majalah Time.
Peruntungan John berubah setelah ia bergabung dengan Paul Mitchell seorang rekan lamanya yang sudah lebih dulu terkenal sebagai penata rambut. Hari ini ia mengepalai penjualan produk rambut Paul Mitchell yang setiap tahunnya mampu menghasilkan keuntungan hingga 800 juta US Dolar.
7. Do Won Chang, Founder Forever 21: Kekayaan 5,6 Miliar US Dolar
Do Won Chang berimigrasi ke Amerika saat usianya menginjak 18 tahun. Selama berada di Korea Selatan ia bekerja di kedai kopi. Sesampainya di Amerika, ia mengamati orang-orang yang nampak sukses adalah orang yang bekerja di bisnis garmen. Mulai saat itu ia memutuskan untuk memulai bisnis pakaian.
Won Chang mengawali perjalanan karirnya di Amerika dengan melakukan apapun supaya ia dapat bertahan hidup. Mulai dari mencuci piring, bekerja di kedai kopi hingga bekerja di pom bensin. Pada tahun 1984 ia akhirnya membuka toko pertamanya di Los Angeles.
Datang ke Amerika hanya dengan mimpi dan semangat, Do Won Chang mampu membuktikan bahwa sukses bisa datang kepada siapa saja tanpa peduli latar belakang. Kini Do Won Chang telah memiliki outlet Forever 21 di berbagai negara. Dengan pendapatan per-outlet mencapai 1,7 juta US Dolar AS.
8. Eka Tjipta Widjadja, Pemilik Sinar Mas Grup: Kekayaan 77 Triliun Rupiah
Lahir pada tahun 1923 di Coana Ciu, Fajian, Cina — Eka dan keluarga pindah ke Indonesia saat Eka masih berumur 9 tahun. Untuk dapat pindah ke Indonesia keluarga Eka perlu meminjam uang dengan bunga yang tidak sedikit. Di Indonesia, kondisi keluarganya yang serba kekurangan hanya mampu mengantarkan Eka hingga tamat Sekolah Dasar saja.
Berbekal ijasah SD, dia memulai bisnis pada usia 15 tahun. Eka membeli gula dan biskuit dari toko grosir kemudian menjualnya secara eceran ke tetangga disekitar rumahnya. Pendudukan Jepang membuat bisnis Eka berhenti. Pajak yang tinggi dari Jepang memaksanya gulung tikar. Tidak kurang akal, ia kemudian banting setir membeli 10 hektar lahan kelapa sawit.
Bisnis yang dia bangun berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun 1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh. Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai merintis bisnis bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13 milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun rupiah.
Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas. Hal ini dibuktikan dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga membangun ITC Mangga Dua dan Green View Apartment yang berada di Roxy, dan tak ketinggalan pula ia bangun Ambassador di Kuningan.
9. Sukanto Tanoto, CEO PT Garuda Mas International sekaligus CEO PT Inti Indorayon Utama: Kekayaan 2,3 Milyar US Dolar
Sama seperti Eka Tjipta, Sukanto tidak pernah mengenyam pendidikan sarjana. Ia hanya bersekolah hingga usia 17 tahun. Dilahirkan dari keluarga pedagang sederhana, ia bersama enam saudaranya tidak pernah dibesarkan dalam kemewahan. Setiap pulang sekolah ia memiliki kewajiban membantu ayahnya berdagang bensin, minyak dan peralatan mobil.
Sembari membantu ayahnya ia sering membaca buku-buku tentang Perang Dunia dan Revolusi Industri. Dari buku-buku itulah semangat berjuang dan berdagangnya muncul. Pada awalnya Tanoto hanya pemasok barang dari Pertamina. Setelah bisnis pasokan barang dengan Pertamina cukup memberinya keuntungan, ia mulai melirik usaha bidang kayu lapis. Ia pun kemudian memutuskan untuk mengembangkan sayap ke bisnis kelapa sawit yang saat itu masih dikuasai pihak asing.
Sukses dengan bisnis sawit Tanoto mengembangkan usahanya lagi ke bisnis pulp. Bisnis pulp, rayon, dan kertas inilah yang kemudian diberi nama PT Insti Indorayon Utama (IIU). Sayangnya, bisnis pulp-nya ini dituding sebagai penyebab utama rusaknya ekosistem dan lingkungan di Danau Toba dan sekitarnya. Danau Toba yang tadinya berair bersih dan jernih kini terbukti tercemar oleh limbah industry pulp. Dengan berat dan terpaksa Sukanto pun menutup bisnis pulp-nya ini.
Sukanto tak berhenti begitu saja. Ia pun kemudian mendirikan bisnis pulp di tempat lain. Riau yang menjadi pilihannya. Pabrik pulp di Riau ini bernama PT Riau Pulp. Di Riau, ia memanfaatkan Hutan Tanaman Indiustri yang berpotensi menghasilkan pulp banyak. Kini industry ini bisa menjadi insutri pulp terbesar di dunia. Belajar dari pengalaman sebelumnya di Medan, Sukanto Tanoto kemudian mendirikan sebuah organisasi khusus untuk warga lokal Riau yang dinamakan Community Development khusus untuk warga agar tahu bagaimana caranya untuk melakukan pembinaan di bidang bisnis kecil-kecilan untuk UKM, cara menanam tanaman holtikultura dan pertanian. Wujud peduli Sukanto terhadap warga setempat juga terlihat saat ia membantu warga setempat membangun jalan. Proyek pembangunan jalan ini tentu didanai oleh Sukanto agar mobilitas warga lancar.
10. Peter Sondakh, Pendiri Rajawali Grup: Kekayaan 2,7 Miliar US Dolar
Peter Sondakh lahir pada tahun 1953. Ayahnya memulai bisnis memproduksi minyak kelapa dan mengekspor kayu pada tahun 1954. Karena kematian mendadak ayahnya, Sondakh yang baru berumur dua puluh dua kemudian, menjadi pencari nafkah untuk keluarganya dari seorang ibu dan empat saudara perempuan. Dia mengambil alih bisnis ayahnya di mana sebagian besar karyawan telah seusia ayahnya. Dia bahkan mengingat impian ayahnya untuk membuka sebuah hotel.
Dia memperluas bisnis ayahnya dan pada tahun 1984, perusahaan Rajawali Corporation mengggandeng Bambang Trihatmodjo, putra presiden Indonesia dan diktator, Soeharto, adalah mitra bisnis pertamanya. Bersama-sama, mereka membangun Grand Hyatt di Jakarta dan kemudian, jaringan televisi swasta pertama di Indonesia Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI).
Kerjasama Peter Sondakh dengan keluarga Cendana terus berlanjut. Setelah sukses membangun Grand Hyatt, mereka kemudian memperluas jangkauan bisnis dengan mendirikan jaringan televisi swasta pertama di Indonesia Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Hebatnya, mulai periode 1976-1996 Grup Rajawali telah memiliki lima sektor usaha, yaitu: pariwisata, transportasi, keuangan, perdagangan, dan jasa telekomunikasi.
Pada saat Peter Sondakh menjalankan bisnis hotel dan televisinya, tahun 1991 pemerintah Indonesia menawarinya bisnis baru, yaitu menangani perusahaan yang hampir bangkrut, PT Bentoel Group. Peter Sondakh pun menerima tawaran tersebut dan perlahan namun pasti mampu menaikkan citra PT Bentoel kembali. Akhirnya Pada tahun 1999, PT Bentoel Group sudah mulai menunjukkan adanya keuntungan.
Krisis moneter 1998 sempat menenggelamkan nama Peter Sondakh. Setelah restrukturisasi grup usahanya, aksi menonjol yang pertama kali dilakukan adalah mendirikan NetToCyber Indonesia bergerak di bidang jasa Broadband Internet, Virtual Private Network, Internet Data Centre, dan Network Integration pada 2001. Sayangnya, kiprah perusahaan ini tak begitu terdengar. Setelah itu, kabar mengenai kiprah bisnis Peter mendadak sepi.
Apakah Peter meninggalkan arena bisnis tanah air? Ternyata tidak. Selama menyepi, rupanya Sang Rajawali tengah mempersiapkan langkah kebangkitannya. Memasuki tahun 2005, Peter membuat kejutan. Aksi korporat yang atraktif adalah ketika ia menjual 27,3% sahamnya di Excelcomindo yang sebenarnya termasuk salah satu bintang industri telekomunikasi nasional kepada Telekom Malaysia Group pada 2005. Nilai saham tadi setara dengan US$ 314 juta.
Langkah divestasi ini berlanjut pada 2007 ketika Rajawali melepaskan 15,97% sahamnya di Excelcomindo senilai US$ 438 juta kepada Etisalat (perusahaan telekomunikasi Uni Emirat Arab). Dana dari penjualan saham ini kemudian digunakan untuk membeli 24,9% saham PT Semen Gresik senilai US$ 337 juta dari Cemex (Cementos Mexicanos) pada 2006.
Kepakan sayap Rajawali terus berlanjut, dengan mengangkasa menembus industri perkebunan dan pertambangan. Pada 2006, Rajawali terjun ke bisnis perkebunan sawit yang beroperasi di Kalimantan Timur dan Sumatera yang dalam sub-holding PT Jaya Mandiri Sukses Group. Sementara itu, industri pertambangan di Kalimantan dirambah grup usaha ini tahun 2007 melalui PT International Prima Coal.