Bagi sebagian orang, punya gaji tinggi itu merupakan puncak kesuksesan dalam berkarier di dunia kerja. Mereka yang bergaji tinggi biasanya menempati posisi teratas di sebuah perusahaan atau institusi. Namun, ada sebagian kecil orang nggak menargetkan gaji tinggi dalam berkarier. Mereka rela mengesampingkan gaji tinggi karena ingin melakukan hal yang lebih mulia, berbakti untuk negara.
Jika pahlawan di zaman kemerdekaan berjuang dengan cara berperang demi kemerdekaan Indonesia, maka tokoh-tokoh berikut ini berjuang mengisi kemerdekaan dengan meninggalkan zona nyamannya demi membangun negeri kita tercinta Indonesia.
ADVERTISEMENTS
1. B.J. Habibie meninggalkan jabatan prestisius serta tawaran menjadi warga negara kehormatan di Jerman untuk pulang ke tanah air atas permintaan dari Soeharto
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie yang lebih dikenal dengan sebutan B.J. Habibie ini adalah lulusan RWTH Aachen di Jerman Barat untuk studi teknik penerbangan spesialisasi konstruksi pesawat terbang. Berbekal prestasi dan otak cemerlangnya, kariernya menanjak di Messerschmitt-Bolkow-Blohn atau MBB Hamburg hingga dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978.
Tahun 1978, Habibie diminta pulang ke tanah air oleh Soeharto untuk menjadi penasihat pemerintah di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi. Kemudian sejak diangkat sebagai Menristek pada tahun 1978, Habibie melepaskan jabatan dan posisi strategisnya di Jerman demi fokus membangun industri pesawat terbang di tanah air. Bahkan, Habibie menyebutkan bahwa Jerman pernah mengajukan tawaran warga negara kehormatan yang ia tolak secara tegas dan memilih setia sebagai WNI. Tahun 1998, Habibie menjadi Presiden Indonesia ketiga menggantikan Soeharto.
ADVERTISEMENTS
2. Kembalinya Sri Mulyani Indrawati disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Ia melepas jabatannya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia
Sri Mulyani Indrawati dinobatkan sebagai wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia sejak 2010. Namun dalam perombakan kabinet jilid II, Presiden Joko Widodo memintanya kembali ke Indonesia untuk menjadi menteri keuangan. Sri Mulyani siap hijrah dari Washington DC ke Jakarta dan meninggalkan gaji yang super tinggi yakni 250 juta rupiah per bulan, belum ditambah dengan tunjangan pensiun dan tunjangan lain-lain. Jumlah ini masih jauh dengan gaji yang akan diterima jika menjabat sebagai menteri keuangan yang kurang dari setengah gajinya di bank dunia.
ADVERTISEMENTS
3. Belajar kecantikan di luar negeri selama bertahun-tahun, Martha Tilaar kembali ke Indonesia untuk mendirikan usaha dan mengamalkan ilmu pengetahuan yang didapatkan
Sosok Martha Tilaar sudah tidak asing lagi di bidang kosmetik. Nama Martha Tilaar lekat merk dagang Sariayu, kosmetik asli Indonesia yang mengangkat kekayaan alami sebagai bahan baku. Ia hijrah ke Amerika mengikuti suaminya Dr. Henry A. Rudolf Tilaar. Di sanalah ia belajar kecantikan dan kemudian bekerja selama tiga tahun di Campes Beauty Salon, Universitas Indiana. Martha tak segan pergi ke Eropa seperti Prancis, Inggris, dan Jerman Barat untuk belajar ramuan kecantikan dari pabrik-pabrik merek terkenal. Kembalinya ke Indonesia, dia mendirikan Martha Griya Salon yang memperkenalkan perawatan tradisional. Usaha tersebut kemudian berkembang menjadi PT Sari Ayu yang kita kenal sekarang.
ADVERTISEMENTS
4. Bermukim di Amerika selama 20 tahun, Arcandra Tahar dipanggil pulang oleh Presiden Jokowi untuk menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Arcandra Tahar merupakan ahli kilang lepas pantai atau offshore, lantaran dirinya terakhir kali menjabat sebagai President Direktur Petroneering di Houston, sebuah perusahaan pengembangan teknologi dan enginering yang fokus dalam desain dan pengembangan kilang offshore yang lebih tahan lama, efektif dan aman. Ia memiliki pengalaman lebih dari 14 tahun di bidang hidrodinamika dan offshore. Gaji rata-rata seorang Presiden Direktur mencapai 1,77 miliar rupiah per tahun. Sedangkan gaji sebagai Menteri ESDM, jauh di bawahnya.
ADVERTISEMENTS
5. Berhasil meniti karier selama 10 tahun di New York, Iwan Setiawan memutuskan untuk kembali dan membangun kampung halamannya di Malang
Iwan Setiawan adalah penulis novel “9 Summers 10 Autumns”. Ia adalah lulusan terbaik sebagai mahasiswa Departemen Statistika. Iwan pernah bekerja selama tiga tahun di Jakarta sebagai data analis di Nielsen dan Danareksa Research Institute. Berkat kesungguhan tekad untuk mengeluarkan keluarganya dari kemiskinan, ia berhasil mendapatkan pekerjaan di Amerika sebagai Senior Manager Operations. Selanjutnya, ia meniti karier di New York City selama 10 tahun. Iwan meninggalkan New York pada Juni 2010 dengan posisi terakhir sebagai Director Internal Client Management di Nielsen Consumer Research. Iwan memutuskan untuk meninggalkan gemerlapnya Amerika dan kembali untuk membangun kampung halamannya di Malang Jawa Timur. Ia pun menuangkan kisah hidupnya dalam novel yang menjadi best seller, “9 Summers 10 Autumns”.
Jika mereka yang berprestasi dan layak untuk mendapatkan gaji tinggi saja mau mengorbankan duniawi demi membangun negeri, kamu bagaimana?