Seiring makin banyaknya media sosial dan marketplace tempat berjualan secara online, kini makin banyak pula muncul online shop yang macam-macam jualannya. Banyak yang sukses namun tak sedikit pula yang gagal karena berbagai faktor. Salah satu olshop yang kian ke sini semakin besar adalah Bilik Ayu yang menjual produk skincare dan make-up yang kebanyakan diimpor dari luar negeri. Nah, Hipwee Sukses berhasil mewawancarai pemiliknya yang bernama Eva Margawaty untuk menceritakan perjalanan meniti usaha hingga mencapai sukses dalam bisnis yang ia kembangkan.
Katanya, awal mula Eva Margawaty memulai bisnis ini ternyata cuma karena iseng saja lo. Akan tetapi, kini olshop ini sudah memiliki pelanggan setianya sendiri dan tetap laris manis meski di tengah pandemi. Simak yuk cerita selengkapnya berikut ini!
ADVERTISEMENTS
Olshop ini berdiri sejak tahun 2014 yang awalnya karena mencari produk untuk salonnya, Eva malah jadi belajar cara berjualan juga
Eva mengawali kariernya sebagai seorang make-up artist dan memiliki sebuah salon. Untuk memenuhi kebutuhan salonnya ini, ia mencari produk-produk yang bagus namun tidak ada di Indonesia dan harus ke Singapura. Sehingga ia mencari sebuah olshop terpercaya yang menjual produk original.
Awalnya, ia diberitahu oleh seorang teman namun pada akhirnya ia mulai bisa mencari olshop sendiri melalui tagar. Dari tagar tesebut, ia jadi tahu kalau ternyata make-up yang sudah terpakai bisa dijual kembali. Dari situlah ia memiliki ide untuk menjual make-up-nya yang tidak terpakai melalui Instagram @bilikayu, nama yang sama dengan salonnya. Tak disangka ternyata produk yang ia jual ludes dalam hitungan menit.
ADVERTISEMENTS
Dari berjualan preloved make-up tersebut, Eva jadi sering ngobrol dengan konsumen dan mendapatkan insight untuk mengembangkan bisnisnya
Ketika produk habis, pelanggannya malah menanyakan produk yang lain. Karena masih cukup luang, akhirnya ia ngobrol dan pelanggannya yang menyarankan untuk PO dari luar negeri dengan sistem memberikan uang setengah dari jumlah total lalu memberikan sisanya saat Eva sudah di Indonesia. Karena merasa menarik, ia melakukannya dengan berangkat subuh ke Singapura dan pulang malam harinya untuk mengurangi biaya menginap. Ia juga memberikan margin yang kecil sebanyak Rp50.000,00 per produk.
Justru, ia merasa bahagia karena bisa sekalian jalan-jalan. Setelah melalui fase ini, konsumen bertambah dan Eva mulai memberanikan diri untuk mengira-ngira produk yang disukai pelanggan dan melakukan sistem stock. Ia mengawalinya dengan modal Rp15juta. Yang mesti dicatat supaya tidak mandeg di tengah jalan adalah sikap inovatif dan mengikuti update tentang produk yang digeluti. Product knowledge juga menjadi salah satu hal yang harus dipelajari sehingga bisa menjawab saat ada yang konsultasi.
ADVERTISEMENTS
Uniknya, tanpa perlu endorse atau diskon, Eva mampu menarik konsumennya sendiri. Kuncinya satu, servis!
Eva jarang memberikan diskon karena ia memiliki standar harganya sendiri. Ia justru memilih untuk memberikan giveaway dengan hadiah yang fantastis terutama saat anniversary seperti jalan-jalan ke Singapura, Bali, atau iPhone. Alih-alih melakukan endorse, Eva juga lebih percaya terhadap ampuhnya promosi dari mulut ke mulut karena kebanyakan orang sudah tahu kalau endorse ya artisnya dibayar. Sedangkan jika keluar dari mulut orang yang sudah memakai produk maka akan terbangun kepercayaan. Sehingga yang paling penting menurut Eva adalah memberikan produk, harga, serta servis yang bagus.
Servis ini juga menjadi salah satu senjata untuk bertahan di tengah banyaknya olshop baru yang bermunculan. Pemilik olshop harus tahu apa yang diinginkan pelanggan, salah satunya adalah diperlakukan seperti ratu. Walaupun mereka salah hingga marah-marah, admin tetap harus sopan dan baik. Hal ini akan membuat mereka kembali lagi lo dalam satu atau dua bulan karena merasa pelayanan olshop-mu yang terbaik.
ADVERTISEMENTS
Ketika sedang membuka olshop baru, maka ada dos and dont’s yang wajib diingat. Eva juga ngasih bocorannya lo!
Yang pertama harus dicatat adalah tentang menanam kepercayaan. Eva melakukannya dengan mengobrol, bahkan beberapa di antara pelanggan malah jadi teman hingga sahabat. Caranya, biarkan mereka bercerita tanpa perlu memancing dan tanggapi saja, kadang mereka akan curcol. Berikan saja servis untuk mendengarkan demi membagun trust.
Sedangkan hal yang harus dihindari adalah, sebisa mungkin jangan menyontek, mulai dari gambar hingga review sebaiknya dibuat sendiri. Terakhir, yang paling krusial adalah jangan sekalipun membalas chat yang masuk dengan cara yang kasar, bahkan ketika orang tersebut adalah penipu. Usahakan untuk tetap profesional karena jika ada chat yang kasar di-capture dan disebarkan maka akan berbahaya untuk olshop itu sendiri.
Pada dasarnya, yang dijual oleh sebuah olshop bukan hanya produknya namun juga servis untuk meningkatkan kepercayaan. Nantinya, konsumen akan makin bertambah karenanya. Apalagi ketika masa pandemi di mana semua orang lebih memilih berbelanja online daripada harus keluar rumah seperti saat-saat ini. Adakah di sini ada pembaca Hipwee yang jadi pelangga setia Eva juga? 🙂