Eh, berarti kamu bisa baca pikiran dong?
Begitulah kira-kira yang akan diucapkan seseorang ketika mengaku bahwa kamu adalah seorang yang kuliah di bidang ilmu yang mempelajari psikologi, mereka kira kamu punya kemampuan mirip dengan Uya Kuya. Selain itu, ada saja stigma-stigma lain yang mungkin juga menempel di jurusan yang satu ini, salah satunya mereka para orang awam juga biasanya kesulitan membedakan antara kariermu ke depan menjadi seorang psikolog atau psikiater.
Bisa jadi juga nih justru sekarang kamu yang sedang kebingungan karena tertarik berkarier di bidang kejiwaan tapi nggak tahu harus jadi yang mana; psikolog atau psikiater. Ternyata sejak masuk kuliah saja dua profesi ini sudah memiliki jalur tempuh yang berbeda lo. Nah, supaya bisa menentukan mana yang paling cocok untukmu, simak yuk beberapa perbedaannya berikut ini!
ADVERTISEMENTS
1. Hal pertama untuk menentukan kariermu di bidang ini ialah memilih jurusan yang tepat, psikolog dan psikiater memiliki latar belakang pendidikan berbeda lo
Jika ingin menjadi seorang psikolog maka kamu bisa mengambil pendidikan di Fakultas Psikologi. Lalu, jenjang berikutnya adalah program praktik dan belajar langsung dengan mengambil program profesi. Sedangkan jika kamu ingin berkarier sebagai seorang psikiater maka jurusan yang diambil pun berbeda, kamu perlu menyelesaikan pendidikan kedokteran dengan spesialisasi kesehatan kejiwaan. Jika sudah mendapatkan gelar sarjana, layaknya dokter biasanya maka akan dibutuhkan waktu 4 tahun untuk residensi bidang psikiatri. Gelar yang dimiliki seorang psikiater adalah dokter dan Spesialis Kesehatan Jiwa (Sp.KJ).
ADVERTISEMENTS
2. Dua profesi ini juga memiliki perbedaan dari sisi pendekatan ketika menyelesaikan sebuah masalah psikologi seseorang
Biasanya psikolog akan melihat lebih dekat perilaku seseorang yang memiliki gangguan, mereka akan melakukan pelacakan pola tidur, pola makan, dan pikiran negatif yang bisa jadi pemicu terjadinya masalah psikologis pada seseorang tersebut. Biasanya psikolog akan mendengarkan cerita, mendiagnosis, dan membuat perencanaan sehari-hari terhadap apa yang harus dilakukan.
Sedangkan seorang psikiater biasanya akan memiliki insting biologi dan neurokimia yang lebih kuat. Seorang direktur di American Psychiatric Association, Rana Parekh mengatakan bahwa pendekatan yang digunakan oleh psikiater adalah diagnosis eksklusi di mana sebelum pasien dinyatakan mengidap depresi maka akan dipastikan bahwa mereka tak kekurangan vitamin atau memiliki masalah tiroid. Nah, psikiater biasanya bisa memberikan resep obat untuk pasiennya, hal ini berbeda dengan psikolog yang tidak bisa meresepkan obat-obatan.
ADVERTISEMENTS
3. Sama-sama menangani seseorang dengan masalah psikologi, psikolog dan psikiater akan menangani orang yang memiliki kondisi yang berbeda
Biasanya seorang psikiater akan menangani pasien dengan masalah kejiwaan yang lebih kompleks seperti depresi berat, skizofrenia, bipolar, OCD, PTSD, dan orang yang memiliki kecenderungan untuk mengakhiri hidupnya. Mereka akan lebih banyak melakukan pertimbangan secara medis, psikologis, dan sosial. Psikolog biasanya akan menangani masalah seperti adanya kecemasan, depresi, kesulitan belajar, dan masalah perilaku. Mereka akan melakukan perawatan seperti dengan terapi. Biasanya jika psikolog merawat orang dengan gejala yang parah, mereka akan menyarankan untuk konsultasi kepada psikiater untuk didiagnosis lebih lanjut dan diberikan obat.
Walaupun kelihatannya sama ternyata dua profesi ini memiliki beberapa perbedaan ya. Nah, sebelum kamu asal mengambil jurusan kuliah, pikirkan dulu kira-kira mana yang paling cocok untukmu di antara dua pekerjaan yang berhubungan dengan masalah kejiwaan tersebut.