Karier introver vs ekstrover | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Kebanyakan pembahasan soal perbedaan karakteristik introver dan ekstrover, biasanya hanya sebatas pergaulan atau lingkup pertemanan. Si introver yang pendiam dan tertutup memang berbeda jauh dari si ekstrover biasanya banyak bicara dan mudah bergaul. Meski sebenarnya banyak juga orang yang tidak mengategorikan dirinya sepenuhnya introver atau sepenuhnya ekstrover, tapi diantaranya tidak ada yang lebih baik atau buruk kok, cuma berbeda aja.
Nah, bagaimana jika perbedaan karakteristik intover dan ekstrover itu dibawa ke ranah pekerjaan alias karier?
Apakah orang yang introver memang perlu memilih karier yang sesuai dengan karakteristiknya dan mungkin bekerja dengan tim kecil atau sedikit orang?
Begitu pula dengan para ekstrover, apakah harus memilih pekerjaan-pekerjaan seperti bidang marketing atau customer service yang meng-highlight kemampuan komunikasi?
Simak penjelasan lengkapnya berikut ini yuk!
ADVERTISEMENTS
Cek yuk mana sifat yang lebih dominan dengan beberapa indikator ini!
Indikator introver dan ekstrover | illustration by Hipwee
Melansir dari Mindler, indikator kepribadian introver dan ekstrover di atas bisa menjadi pembeda yang cukup jelas antara 2 kepribadian tersebut dari sisi sosial, kepemimpinan, cara mengatasi masalah, dan hal lainnya yang kerap ditemui dalam keseharian.
Secara umum kepribadian introver dan ekstrover memang digambarkan dengan pendiam dan banyak bicara. Seperti namanya, “in” memiliki energi penuh di dalam dirinya sendiri, sehingga seorang introver cenderung memiliki energi lebih ketika sendirian. Apalagi, introver adalah seorang pemikir dan sedikit bicara untuk mengetahui sesuatu. Lain halnya ekstrover, “eks” berarti ia butuh energi dari luar dengan menjalin interaksi dengan orang lain, maka ia dikenal dengan pribadi yang mudah bergaul.
Dalam kehidupan sosial, seorang introver biasanya memilih pertemanan yang cenderung privat. Sementara ekstrover cenderung bergaul pada pertemanan yang lebih terbuka. Hal tersebut dipengaruhi oleh kenyamanan masing-masing dalam menjalin hubungan sosial. Pada intinya, dalam hal apapun introver lebih suka dan nyaman ketika menjadi pendengar, pengikut, dan bukan menjadi pusat berhatian. Namun, justru sebaliknya dengan ekstrover yang mudah kesepian dan nggak nyaman bahkan merasa cemas tanpa kehadiran orang lain, ia nggak keberatan jadi sorotan banyak orang asal berada di lingkungan yang ramai.
Nah, dari perbedaan perilaku, kenyamanan, kesenangan hingga pola pikir tersebut, bagaimana jika introver dan ekstrover ditempatkan dalam satu tempat kerja?
ADVERTISEMENTS
Di tempat kerja yang sama, introver dan ekstrover memang sering diberi atau mengisi peran yang berbeda
Cara berbeda introver dan ekstrover bekerjasama dalam sebuah tim | Credit by Yan Krukov
Pernahkah kamu berada dalam satu tim dengan orang yang berbeda tipe kepribadian denganmu? (introver atau ekstrover)
Dalam suatu tim terutama di tempat kerja, kita memang nggak bisa menyeleksi orang-orang dengan tipe kepribadian. Misalnya untuk proyek A harus orang ekstrover semua, sementara proyek B harus introver semua. Pada akhirnya, mau nggak mau introver dan ekstrover harus menjadi tim yang solid.
Biasanya kalau dalam tim atau kegiatan si introver diberi tugas bagian pencatat, administrasi atau keuangan. Intinya yang nggak perlu interaksi dengan banyak orang. Sementara si ekstrover biasanya suka rame dan jadi penggerak teman-temannya, komunikasi dan pergaulannya yang bagus membuatnya mudah kerja sama dengan siapa pun. Ekstrover juga biasanya ditunjuk jadi pemimpin, ia bisa berteman dengan banyak orang lintas divisi bahkan akrab dengan klien.
Gambaran umum di tempat kerja memang seperti itu, tapi entah siapa yang menggolongkan sejak awal bahwa introver punya tugas yang anteng alias nggak perlu banyak ketemu orang dan sebaliknya untuk ekstrover. Bahkan banyak penasihat karier yang menyarankan pekerjaan paling sesuai berdasarkan dua kepribadian tersebut. Melansir dari Personality Junkie, seorang ekstrover memandang karier yang diinginkan dari banyaknya kenalan, peluang, ketenaran dan interaksi yang banyak dengan dunia luar. Sementara introver cenderung berkarier dengan nyaman di pekerjaan yang bisa diselesaikan sendiri, butuh perenungan atau pemikiran yang dalam dan cukup di dalam lingkup yang kecil.
ADVERTISEMENTS
Dari perbedaan perilaku dan penggolongan di lingkungan sosial, banyak yang berpikir introver dan ekstrover harus berkarier di jalur berbeda. Emang iya?
Ketika introver berada di lingkungan ekstrover | Credit by Yan Krukov on Pexels
Jika kamu pernah mengisi tes kepribadian introver dan ekstrover, mungkin kamu akan menjumpai pernyataan atau soal yang menurutmu sangat kondisional. Misalnya, tergantung apa alasan dan gimana kondisinya.
Ternyata hal tersebut merupakan bukti kalau kita nggak bisa 100% introver maupun ekstrover. Ada pengaruh-pengaruh dari luar seperti alasan, kondisi, dan orang-orang di sekitar yang membuat kita berperilaku layaknya introver dan ekstrover. Seperti yang dinukil dari Psychologist World, suatu kepribadian memiliki fleksibilitas yang bersifat kecenderungan. Misalnya, orang yang tingkat ekstrovernya rendah, ia akan cenderung lebih introver begitu pun sebaliknya.
Masih dilansir dari Psychologist World, menurut Eyesenck, seorang psikolog klinis German, kepribadian introver dan ekstrover dipengaruhi oleh faktor bawaan dan pembentukan oleh lingkungan. Banyak penelitian yang mengungkap bahwa kondisi biologis pada lapisan kortikal memengaruhi tipe kepribadian. Pada lapisan kortikal otak yang rendah membuat seseorang membutuhkan rangsangan dari luar (ekstrover), sementara kortikal yang tinggi membuat seseorang cukup memiliki rangsangan pada dirinya sendiri (introver).
Namun, lingkungan juga bisa membentuk kepribadian tersebut, misalnya dari pola asuh orang tua dan pergaulan atau hubungan sosial, tergantung rangsangan yang didapat. Sehingga, meski secara fisiologis introver, dalam menjalani kehidupan seseorang bisa menjadi seorang ekstrover karena dibentuk oleh lingkungan. Makanya, selain kedua kepribadian tersebut ada juga yang namanya ambiver yakni jika seseorang memiliki kecenderungan keduanya atau memiliki tingkat yang sama antara introver dan ekstrover.
Kepribadian tersebut sebenarnya nggak bisa dijadikan patokan kesuksesan atau penggolongan apa pun, termasuk karier. Apalagi, setiap orang memiliki kemampuan adaptasi dalam menghadapi kondisi di lingkungan. Ketika menemukan hal yang membuatnya nggak nyaman atau merasa terlalu banyak menghabiskan energi, maka ia bisa mencari cara untuk beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, saja dengan cara me time di luar pekerjaan. Selain itu, kemampuan kerja sebenarnya bisa diasah melalui kebiasaan dan pelatihan.
Jadi, kepribadian introver dan ekstrover tidak membatasi seseorang untuk bekerja di jalur atau bidang apa pun selama bisa beradaptasi dan memiliki kemampuan yang terus diasah.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Begini gambaran kalau seorang introver kerja di bidang yang ektrover banget, atau sebaliknya
Ekstrover di lingkungan introver | Credit by Yan Krukov on Pexels
Sebelum melamar pekerjaan atau menjalankan suatu bisnis, seorang introver pasti telah memahami bahwa tempatnya berkarier bukanlah dunianya sendiri. Ia menyadari bahwa komunikasi adalah kunci dalam setiap hubungan dalam kehidupan. Sebenarnya baik introver maupun ekstrover memiliki kemampuan komunikasi yang sama sesuai tuntutan di lingkungan.
Melansir dari Harvard Business Review, sangat memungkinkan seorang introver bekerja di bidang ekstrover misalnya menjadi seorang CEO, konsultan, mengurus pemasaran, berhubungan dengan lintas komunitas dan sebagainya. Seorang introver akan mengetahui apa yang harus dia lakukan untuk membangun komunikasi dan merespons rangsangan dari orang-orang di sekitarnya. Hanya saja soal mengisi energi, introver membutuhkan waktu sendiri karena otaknya hanya bisa merespons energi yang berasal dari diri sendiri.
Nah, kalau ekstrover bekerja di bidang introver misalnya peneliti, administrasi, penulis dan keuangan juga sangat mungkin. Setiap orang tentu menyadari bahwa kehidupannya tidak hanya terdiri dari dunia pekejaan saja, ada lingkungan masyarakat, pertemanan dan keluarga. Ketika ekstrover dituntut untuk bekerja dengan menghabiskan energi dari dirinya sendiri, maka secara alami dia butuh kelompok atau suasana ramai untuk mengisi energinya. Sebab, otaknya membutuhkan rangsangan dari luar seperti hubungan pertemanan dan keluarga.
Baik introver maupun ekstrover memang memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing dalam kondisi tertentu. Namun, sifat alami manusia yang sangat adaptif terhadap lingkungan tentu tidak membatasi siapa pun dalam meraih kesuksesan. Bahkan, introver yang menyukai tantangan berkarier di bidang yang ekstrover banget, bisa jadi tantangan seru yang jika dihadapi akan menghasilkan kepuasan tersendiri. Begitu pun bagi seorang ekstrover.
Nah, jika semua kepribadian baik introver dan ekstrover bisa berkarier dan sukses di jalur yang sama, berarti sebenarnya nggak ada alasan orang nolak kerjaan dengan alasan “nggak cocok, aku kan orangnya introver/ ektrover”~
Namun, bagaimana pun setiap orang berhak memilih jalur kariernya masing-masing. Intinya kepribadian apa pun nggak membatasi seseorang untuk berkembang dan sukses dalam berkarier!
Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.