*Disclaimer: Ini adalah hasil wawancara penulis dengan narasumber, ditulis dengan sudut pandang orang pertama. Semua datanya riil, tapi demi kenyamanan beberapa data yang bersifat privat tidak akan kami publikasikan.*
Hai! Perkenalkan namaku adalah Tiana Kaleluni, Amd. Keb. Aku lahir 31 tahun yang lalu di kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pekerjaanku kini adalah sebagai bidan desa, seseorang yang seringkali dilihat pertama kali oleh bayi yang baru lahir ke dunia ini, mendengarkan tangisnya, dan menyaksikan suasana haru menyambut keluarga yang baru. Untuk melakukannya, tak jarang aku melakukan perjuangan yang tak mudah, meskipun tak seberat perjuangan ibu ketika mengejan demi berjumpa sang buah hati.
Menjadi seorang bidan di desa artinya harus berdamai dengan medannya yang nggak mudah. walau panas atau hujan dan melalui perjalanan yang panjang, aku harus tetap semangat maju ke depan. Walau kadang terasa sulit, panggilan hati tak bisa aku abaikan. Begini kisahku selengkapnya…
ADVERTISEMENTS
Setelah lulus kuliah, aku mantap untuk menentukan karierku menjadi seorang bidan, sesuai dengan panggilan hati yang terdalam
Aku memulai pekerjaan pertamaku setelah lulus kuliah D-III pada tahun 2011 sebagai Bidan PTT Pusat di Puskesmas Konut, Kecamatan Tanah Siang, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Ketika ingin terjun ke bidang ini, ada syarat khusus yang harus dipenuhi yakni harus selalu memiliki jiwa sosial yang tinggi, kedisiplinan, memiliki kasih sebagai pelayanan masyarakat dan terutama skill yang kita dapat sebagai seorang bidan dari pendidikan resmi serta pengalaman yang kita dapat sehari-hari saat kita terjun langsung di masyarakat. Setelah melewati itu semua, sekarang aku bertugas sebagai ASN di Puskesmas pembantu Juju Baru UPT Puskesmas Lahei 2 Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
ADVERTISEMENTS
Walau titelnya adalah seorang bidan, namun di desa ini banyak hal yang juga harus dikerjakan juga selain membantu persalinan. Untuk saat ini, aku rasa yang aku peroleh cukup sepadan
Mungkin aku mengatakannya terlalu sering, namun memilih karier sebagai bidan desa merupakan panggilan jiwa dimana aku bisa mendapatkan kebahagiaan tersendiri bila menolong persalinan dan ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan keluarga pasien. Tapi menjadi bidan desa tidak melulu menolong persalinan lo. Bidan desa dituntut harus mampu mengerjakan pekerjaan lain seperti pelayanan KB, konseling ibu hamil, pemeriksaan ANC, bahkan terlibat ketika ada keadaan darurat yang mengharuskan bidan untuk mendampingi merujuk pasien ke rumah sakit. Dengan pekerjaan tersebut, untuk masalah pendapatan, gajiku sebagai ASN rasanya sudah cukup layak, namun untuk adik-adik bidan yang bekerja sebagai TKS (Tenaga Kerja Sukarela) mungkin harus lebih diperhatikan.
ADVERTISEMENTS
Layaknya bidang pekerjaan yang lain, menjadi bidan apalagi di desa memiliki suka, duka, dan tantangannya sendiri. Bisa lihat sendiri kan, ‘sedapnya’ medan yang harus aku tempuh?
Sukanya jadi bidan desa adalah banyak pengalaman dalam pekerjaan yang didapat dari kejadian sehari-hari dan jadi banyak teman. Kalau dukanya ya dalam hal medan kerja yang menantang terutama kalau musim hujan, selain banjir juga akses jalan yang rusak parah. Ada juga pilihan untuk lewat jalan perusahaan, tapi kalau lewat di sana maka harus ekstra hati-hati karena adanya lalu lalang kendaraan holling kayu, plus harus hapal jalur panjang pendek karena kalau nggak hati-hati bisa membahayakan nyawa. Harus tangguh deh, kalau mau survive terus!
ADVERTISEMENTS
Terus belajar adalah hal wajib kalau sungguh-sungguh ingin menekuni bidang ini. Juga harus pandai berbaur dengan warga desa adalah kunci supaya enjoy menjalani semunya
Nah, begitulah kurang lebih ceritak. Kalau kamu juga ingin menjadi seorang bidan maka kamu harus semangat menuntut ilmu karena kalau kita mau menjadi petugas kesehatan di desa maka kita dituntut berpengetahuan luas dengan terus belajar serta rajin meng-update ilmu baru, tak hanya ilmu tentang kesehatan tapi juga ilmu sosial tentang bagaimana cara kita bisa berbaur dan menyatu dengan warga desa. Punya panggilan dari dalam hati juga penting, biar bisa lebih menikmati suka dukanya.
Harapanku sebagai bidan desa, semoga ke depannya bisa ada lebih banyak lagi lulusan adik-adik bidan yang mau melayani di tempat-tempat terpencil. Juga lebih diperhatikan lagi sarana serta fasilitas untuk kesejahteraan para bidan desa yang sudah siap mau melayani.