Siapapun pasti sepakat kalau Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tanah di Bumi Pertiwi ini begitu subur hingga mendapatkan perumpamaan, biji yang tak sengaja jatuh pun akan segera tumbuh dengan alaminya. Nah, dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, nggak heran kalau negara kita ini jadi salah satu negara yang punya peran penting sebagai produsen bahan pangan di mata dunia.
Senada dengan hal tersebut, bukankah berarti Indonesia hampir memiliki segala jenis bentuk pangan? Kamu tahu nggak, Indonesia, tanah yang kita pijak ini menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan di dunia. Tapi mirisnya, setiap tahun negara kita masih saja mengimpor bahan pangan dari negara lain, beras utamanya. Padahal kalau dipikir-pikir, petani merupakan mata pencaharian tertua di negara ini. Dan lagi, masyarakat kita sebenernya bisa kok bertahan tanpa nasi.
Nggak percaya? 7 sumber karbohidrat pengganti nasi ini sebenarnya berlimpah ruah di Indonesia. Kita saja yang kurang bisa menghargai keberagaman bahan pangan yang tersedia di negeri ini.
ADVERTISEMENTS
1. Bubur sagu atau papeda khas Papua dan Maluku. Yang ada di Indonesia bagian timur sana rajin memakannnya tiap hari
Papua dan Maluku, adalah dua daerah di Indonesia yang menggunakan bahan sagu sebagai makanan pokoknya. Rasa dari sagu sendiri itu tawar. Jadi harus dicampur dengan berbagai macam makanan lainnya supaya makanan khas Papua ini terasa gurih. Salah satu olahan sagu yang rutin mereka konsumsi ialah papeda. Inilah yang mereka makan tiap harinya sebagai sumber karbohidrat, alias makanan pokok.
Biasanya, papeda dimakan menggunakan lauk-pauk berkuah, seperti kuah ikan kuning misalnya. Tujuannya sebenernya tak semata memberi rasa asam dan gurih pada rasa tawarnya, melainkan juga agar papeda yang lengket ini bisa dimakan dengan mudah. Mereka mungkin makan nasi hanya setahun sekali, lho.
ADVERTISEMENTS
2. Ubi jalar bukan cuma untuk yang diet. Mayarakat Suku Dani di Lembah Baliem, Jayawijaya mengonsumsinya sebagai makanan pokok
Penduduk Suku Dani menyebut ubi jalar dengan hipere. Mereka mengonsumsi ubi jalar hanya dengan cara dikukus dan dibakar. Ubi jalar asal Baliem berbeda dengan yang ada di daerah lainnya. Dengan ukuran yang besar, ubi jalar Baliem termasuk jenis raksasa. Panjangnya bisa mencapai 2 meter dengan diameter 30 cm dan berat mencapai 15 kg. Ubi jalar jenis ini bisa ditanam sampai ketinggian 2700 meter, jadi banyak pula penduduk suku Dani yang menghuni lembah-lembah tinggi.
Atau kalau mau agak ribet, ubi jalar bisa diparut, kemudian diperas dan diambil patinya, yang dipakai sebagai bahan makanan pokok. Ubi jalar pun merupakan sumber karbohidrat kompleks dengan nilai indeks glikemik yang rendah, yaitu 54. Bahan makanan yang masuk golongan umbi-umbian ini juga mengandung vitamin A dan C serta serat yang tinggi. Mereka nggak pernah tuh yang namanya kelaparan selama ini.
ADVERTISEMENTS
3. Serumpun dengan ubi jalar, singkong bisa jadi pilihan karbohidrat yang baik. Seperti masyarakat di Desa Cireundeu, Cimahi, Jawa Barat yang biasa mengolah singkong dengan kreatif
Singkong tumbuh subur di Desa Cireundeu, Cimahi, Jawa Barat. Jadilah penduduk sekitar memanfaatkannya sebagai bahan makanan pokok mereka. Singkong diolah menjadi tepung beras atau beras singkong. Caranya, singkong yang telah diparut kemudian diperas untuk diambil patinya. Lalu, ampasnya dijemur hingga kering dan digiling menjadi tepung. Untuk menyantapnya, tepung singkong diberi air dan dikukus. Nasi singkong sama saja dengan nasi beras, disantap bersama lauk-pauknya.
Sama halnya dengan sagu dan ubi jalar, singkong juga merupakan salah satu sumber karbohidrat yang bernilai glikemik cukup rendak, yaitu di bawah 55. Serat yang dikandungnya juga lumayan tinggi, dan dapat menurunkan kadar kolesterol jahat. Sebanyak 1,5 potong singkong seberat 120 gram bisa menggantikan 100 gram nasi. Gimana menurutmu?
ADVERTISEMENTS
4. Jagung juga bukan cuma bisa dikonsumsi sebagai snack, tapi juga makanan pokok. Misalnya, seperti nasi jagung yang biasa dikonsumsi penduduk Desa Sigedong, Temanggung, Jawa Timur
Masyarakat di Desa Sigedong sudah sejak lama menjadikan nasi jagung atau yang biasa disebut sakelan sebagai makanan pokok mereka, seperti halnya nasi beras pada masyarakat lainnya. Jika ada istilah belum makan jika belum makan nasi, sama halnya warga Sigedong yang merasa belum makan jika belum menyantap nasi jagung. Bahkan mereka sepakat, nasi jagung lebih memberi tenaga dibanding nasi beras, selain itu juga lebih tahan lama.
Cara mengolahnya ternyata juga tidak susah. Dimulai dengan menjemur jagung lebih dulu di bawah sinar matahari. Jagung yang sudah kering, diambil bijinya lalu ditumbuk. Biji jagung direndam selama tiga hari, kemudian ditumbuk ulang hingga halu dan lembut menjadi tepung jagung yang disebut sakelan ini. Untuk mengonsumsinya, sakelan diseduh dengan air hangat lalu dikukus. Jagung juga bahan makanan pokok rakyat Meksiko lho. Untuk menggantikan nasi seberat 100 gram, kamu perlu mengonsumsi jagung seberat 125 gram atau 4 buah.
ADVERTISEMENTS
5. Gembili sudah turun menurun jadi makanan pokok oleh Suku Kanum jauh di dalam pedesaan Merauke. Saking istimewanya, gembili bahkan selalu dijadikan mas kawin dalam setiap pernikahan
Gembili merupakan tanaman umbi-umbian yang penanamannya masih cukup luas di pedesaan. Mungkin masyarakat kota jarang mengenal umbi yang dapat dimakan ini. Jauh dari gemerlap metropolitan, Suku Kanum di Merauke yang mendiami Taman Nasional Wasur sudah membudidayakan gembili secara turun temurun, bahkan bisa dibilang sudah menyatu dengan kehidupan mereka. Saking tingginya nilai budaya gembili, panganan satu ini kerap dijadikan mas kawin serta pelengkap upacara adat. Bahkan tanpa gembili, suku Kanum tak bisa melangsungkan pernikahan. Kebayang kan betapa berharganya si gembili ini?
Cara mengolahnya juga sederhana, hanya sekadar direbus atau dibakar saja. Hasil panen akan disimpan dalam sebuah rumah kecil terbuat dari bambu dan beratap kulit kayu. Tujuannya agar terhindar dari sinar matahari secara langsung. Per 100 gram gembili mengandung karbohidrat 22,4 gram, protein 1,5 gram, energi 95 kalori, kalsium 14 miligram, dan lemak 0,1 gram. Cocok nih yang lagi nggak mau temenan sama banyak lemak.
ADVERTISEMENTS
6. Kentang juga pastinya bisa jadi pengganti nasi. Meski sering dikonsumsi, popularitasnya sebagai makanan pokok di Indonesia masih kalah sama nasi
Kandungan gizi kentang bisa menjadi kolesterol jahat kalau pengolahannya keliru. Paling sehat kalau mengolah kentang dengan cara direbus. Asal kamu tahu, dibanding nasi, kentang ternyata lebih banyak memiliki variasi nutrisi dan serat. Seberat 210 gram atau 2 buah sedang kentang bisa menggantikan 100 gram nasi. Dibanding jagung, kebanyakan orang lebih menyukai kentang sebagai pengganti nasi. Padahal kentang masih memiliki nilai indeks glikemik yang cukup tinggi.
Metode sehat untuk memasak kentang ialah dengan merebus, mengukus, memanggang, menggunakan oven microwave, atau rice cooker. Kalau mau lebih sehat lagi, kamu bisa mengganti sumber lemak (krim, mentega, margarin) dengan susu skim atau susu rendah lemak. Cara ini akan membuat tekstur kentang yang lembuh dan menambah banyak kalsium. Percaya deh kentang adalah sumber karbohidrat kompleks yang disukai tubuh.
7. Terakhir di Biak Numfor sana, masyarakatnya memilih jewawut sebagai makanan pokok. Tanaman semacam rumput ini diambil bijinya, lalu diolah jadi bubur untuk bertahan hidup
Jewawut ini merupakan sejenis serealia berbiji kecil. Tanamannya berbentuk seperti rumput, yang bijinya bisa diolah menjadi bubur jewawut yang bisa disantap dengan berbagai tambahan lauk-pauk lainnya. Bahan makanan ini dikonsumsi sesering nasi oleh masyarakat di Biak, Numfor. Beberapa daerah di Indonesia lainnya yang juga menggunakan jewawut sebagai makanan pokok ialah Sulawesi Barat, Pulau Buru, dan NTT.
Cara mengolah jewawut sama saja dengan pengolahan beras. Jewawut yang telah ditebang kemudian dijemur dan dikuliti, hingga didapatkan dagingnya. Bulir dari jewawut ini terlihat amat mirip dengan beras ketan. Kemudian diolah dengan campuran santan, gula merah, serta beragam rempah seperti kunyit. Bagaimana rasanya? Silahkan dibayangkan sendiri ya
Dari pemaparan di atas, bisa kita simpulkan kalau krisis pangan tak akan pernah selesai kalau masyarakatnya masih terus diajak mengonsumsi hanya satu bahan pangan saja, seperti beras misalnya. Padahal Indonesia merupakan negara tropis, yang mestinya tak terjadi penyeragaman bahan pangan. Bukan begitu?