Salah satu kemudahan yang kita dapatkan sebagai generasi produktif masa kini adalah kemudahan mendapatkan pekerjaan hanya dengan sebuah profil di media sosial. LinkedIn, platform untuk keprofesionalan dan karier memfasilitasi itu. Para penggunanya bisa menggunakan platform ini untuk menampilkan diri dalam rangka membangun citra yang baik atau branding diri. Tentu, tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang kita idam-idamkan yang sesuai dengan kepribadian kita.
Membangun citra atau branding diri menjadi hal yang penting saat kita sedang aktif melebarkan jaringan dan juga relasi. Dengan melakukan branding, kita dapat memiliki sejumlah manfaat, lo. Pertama, branding diri akan melebarkan kesempatan kita untuk bertemu dan berjejaring dengan orang-orang yang memiliki minat dan pekerjaan yang sama dengan kita, sesama profesional di sebuah industri. Kedua, branding diri juga akan mendatangkan kesempatan dalam pekerjaan tetap ataupun pekerjaan lepas.
Misalnya, kita ingin membangun branding sebagai seorang desainer grafis. Dengan membangun branding, kita bisa mendapatkan banyak relasi dengan para desainer, baik sesama pemula maupun yang lebih ahli sebagai desainer. Tak menutup kemungkinan pula, kita akan mendapatkan pekerjaan mendesain dari LinkedIn untuk membangun portofolio kita.
Lalu, apa saja langkah yang sebaiknya kita lakukan untuk membangun branding diri di LinkedIn? Bagaimana cara berkomunikasi dan membangun koneksi yang tepat di platform ini? Berikut beberapa tips dan trik yang patut kamu coba dalam rangka memanfaatkan LinkedIn untuk membangun branding diri.
ADVERTISEMENTS
1. Pastikan lengkapi kolom-kolom penting untuk mendukung branding kita
Melengkapi kolom-kolom di LinkedIn menjadi hal yang sangat dianjurkan untuk mendukung profil kita. Namun, jika ingin membangun branding diri, kamu perlu melengkapi kolom “Deskripsi” dan juga “Title” dengan citra dirimu.
Misalnya, kamu hendak mem-branding diri sebagai seorang project manager, maka kamu perlu menulis ‘project manager pada bagian title atau headline profil kamu. Itu juga berlaku pada kolom “Deskripsi” atau “Tentang”. Kamu bisa menuliskan apa pengalaman tentang project manager di kolom tersebut.
Source: LinkedIn
Source: LinkedIn
Seperti contoh profil LinkedIn di atas, Ryan Saputra yang merupakan salah satu pengguna LinkedIn berhasil mem-branding diri sebagai Content Marketing Specialist. Hal itu ditunjukkan oleh Ryan dalam title atau headline dalam profil Ryan. Selain itu, dia juga mengisi kolom “Tentang” dengan beberapa kata kunci yang terkait dengan Content Marketing Specialist, termasuk ‘digital marketing’, ‘social media’, dan juga ‘content strategy’. Cara ini akan membantu kamu untuk mendukungmu dalam membangun citra diri.
Satu kolom di LinkedIn yang juga penting untuk kamu isi untuk mendukung branding diri adalah kolom “Sertifikat dan Lisensi”. Untuk membangun branding kamu, kamu bisa mengikuti berbagai bootcamp atau pelatihan digital di sela-sela kesibukan pekerjaan utamamu. Misalnya, jika kamu ingin membangun branding kamu sebagai seorang digital marketer, kamu bisa mengikuti salah satu dari banyak bootcamp tentang digital marketing seperti BelajarLagiHQ. Tentunya dengan mengikuti bootcamp digital sampai selesai, kamu bisa mendapatkan lisensi dan sertifikat yang semakin membuat kamu terlihat profesional sebagai digital marketer jika disematkan di kolom “Sertifikat dan Lisensi.”
Tips branding di LinkedIn/ Illustration by Hipwee
ADVERTISEMENTS
2. Jangan lupa untuk sebutkan hal-hal yang relevan dengan pekerjaanmu
Hal ini sangat penting bagimu yang akan membangun citra diri baru, terutama bagi kamu yang ingin berpindah karier atau switching career. Biasanya, mereka yang hendak berpindah karir tidak menyebut beberapa hal-hal yang relevan dengan kariernya yang akan disinggahinya di masa mendatang. Mereka sering berfokus kepada hal-hal yang dahulu pernah mereka kerjakan di karier sebelumnya.
Dalam membangun citra diri yang baru dari yang lama, kamu perlu meninggalkan beberapa hal dari pekerjaan sebelumnya dan mulai berfokus untuk mencitrakan diri sebagai pekerja yang baru di bidang yang ingin digeluti selanjutnya. Meski demikian, itu bukan berarti kamu dapat menghapus isi kolom yang berkaitan dengan pekerjaan sebelumnya. Kamu hanya perlu menuliskan tentang hal-hal di bidang yang baru itu untuk memperkuat citramu yang baru.
Source: LinkedIn
Seperti halnya salah satu pengguna LinkedIn, Dinar Syarita Bakti. Dalam profil LinkedInnya, disebutkan dalam pengalaman pekerjaan sebelumnya, dia tidak berada pada karier di bidang human resource seperti bidang yang ia geluti saat ini. Artinya, dia merupakan salah satu pengguna yang memang telah berpindah karier. Oleh sebab itu, Dinar pun tak menuliskan perihal pekerjaan sebelumnya di masa saat ini dan berfokus kepada hal-hal yang saat ini sangat relevan dengan pekerjaannya sekarang.
ADVERTISEMENTS
3. Bedakan antara branding diri dan pencitraan
Meski kita ingin membuat citra yang baik dalam membangun brand diri di Linkedin, bukan berarti kita bisa menghalalkan segala cara untuk pencitraan, ya. Kamu perlu membedakan antara branding diri dan pencitraan.
Saat membangun citra diri atau branding diri, kamu harus mengemas dengan baik mengenai apa saja yang telah kita lakukan selama ini dalam profil LinkedInmu. Dengan demikian, orang-orang yang tertarik kepadamu tidak akan merasa tertipu dengan profilmu karena benar-benar relevan dengan kondisimu saat itu. Sementara, pencitraan menunjukkan apa yang sesungguhnya tidak kita miliki. Pencitraan biasanya melebih-lebihkan apapun yang sebenarnya tidak dilakukan. Selain pencitraan, ini juga bisa dianggap informasi bohong, lo. Jadi, jangan sampai kita melakukan ini, ya!
ADVERTISEMENTS
4. Manfaatkan fitur tulis konten dengan artikel untuk bangun branding diri
Fitur LinkedIn yang bisa kita manfaatkan untuk membangun branding diri adalah membuat konten artikel. Namun, apa yang kira-kira harus kita tulis dalam artikel, ya? Sebab, kita tidak bisa asal menulis artikel dalam LinkedIn mengingat platform tersebut digunakan oleh banyak para pemangku jabatan Human Resource dan CEO. Jika kita sampai salah mengunggah konten, bisa-bisa bukan tawaran pekerjaan yang kita dapatkan, malah mendapatkan branding yang jelek, nih.
Kamu bisa memulai mencari masalah-masalah yang muncul di sekitarmu atau yang beredar di tengah-tengah target audiens kamu yang relevan dengan pekerjaan yang akan digeluti. Misalnya, audiens kamu adalah Generasi Z. Maka, kamu harus pintar memilih masalah yang muncul di tengah-tengah Generasi Z dan menganalisisnya serta menyelesaikannya. Tentunya, penyelesaian masalah tersebut harus sesuai dengan branding kamu, ya.
Setelah mendapatkan masalah, menganalisis, dan menyelesaikannya, kamu bisa menuliskan konsep tulisan yang akan kamu tulis sebagai konten di LinkedIn. Setelah menjadi konsep, kamu bisa mulai menuliskannya dengan baik di halaman profil LinkedIn-mu. Jadi, deh, konten branding kamu!
ADVERTISEMENTS
5. Mencoba saling terhubung dengan orang lain
Melalui LinkedIn, kita bisa memanfaatkan platform itu untuk memperluas jaringan karier kita dengan saling terhubung dengan beberapa orang lain yang terkait dengan bidang yang kita minati. Namun, tak seperti media sosial lainnya yang mudah untuk berjejaring dan berteman dengan siapa saja, LinkedIn yang merupakan platform bagi para professional, kita tidak bisa sebebas itu. Ada beberapa cara bagi kamu yang ingin berjejaring dengan orang lain secara profesional.
Kamu bisa mulai dari menuliskan kata kunci apa pun di kolom “Search“ di halaman Linkedin. Misalnya, kamu ingin berjejaring dengan rekan sesama project management, maka kamu bisa menuliskan kata itu di sana. Setelah itu, halaman LinkedIn akan menampilkan siapa saja yang bergerak di pekerjaan itu. Kamu bisa mencari siapa saja yang mungkin bisa terhubung dengan kamu.
Untuk terhubung, sebaiknya kamu tak hanya sekadar mengklik tombol “Connect” saja. Kamu bisa memberikan pesan pengantar saat akan terhubung dengan orang tersebut, terlebih orang baru yang sebelumnya belum kamu kenal.
Berikut satu contoh format pesan pengantar saat kamu akan terhubung dengan orang lain.
Halo, X.
Perkenalkan, aku adalah A, bekerja sebagai B, di Perusahaan C. Salam kenal.
Aku mengetahuimu dari dari sebuah event Y atau seminar Y. Di sana, aku mengikuti penjelasan materi yang sangat baik darimu. Aku tertarik untuk belajar darimu lagi lebih lanjut dengan terhubung di LinkedIn. Aku akan sangat senang jika kamu mengizinkannya.
Terima kasih, X.
Penting bagi kita untuk menjelaskan tentang siapa dirimu dan identitasmu dengan jelas. Yang tak kalah penting, kamu perlu menjelaskan tentang dari mana kamu mengetahui sosok orang yang ingin kamu hubungi. Misalnya, dari sebuah seminar, pelatihan, Youtube, podcast dan lain-lain. Orang yang sedang kamu ajukan untuk terhubung akan merasa lebih diperhatikan dan merasa dihargai karena pekerjaan dan prestasinya. Tak menutup kemungkinan dia akan membalas pesanmu dan bersedia untuk terhubung denganmu.
6. Mulai berinteraksi dengan orang-orang yang se-vibes denganmu
Setelah terhubung dengan orang-orang yang memang memiliki pekerjaan yang sama dengan minatmu, cobalah untuk mulai berinteraksi dengan mereka. Hal itu bisa diwujudkan dengan memberikan reaksi pada postingan yang diunggah oleh mereka. Tak hanya itu, kamu juga bisa bereaksi kepada postingan yang relevan dengan minat kamu juga.
Seperti pada halaman pengguna LinkedIn, Farah Noersativa. Dia yang ingin berkonsentrasi untuk membangun branding diri sebagai copywriter pun bereaksi atas posting tentang copywriting yang diunggah oleh BelajarlagiHQ, dengan ‘menyukai’ postingan itu. Bentuk-bentuk reaksi sebenarnya sangat beragam, ada ‘suka’, ‘rayakan’, ‘dukungan’, ‘cinta’, ‘berguna’, dan ‘ingin tahu’. Masing-masing dari reaksi ini ditunjukan dengan berbagai ikon yang sangat ekspresif.
Source: LinkedIn
Uniknya, ketika kamu memberikan reaksi ini, informasi mengenai hal ini akan muncul di beranda orang-orang yang telah terhubung denganmu. Hal itu akan memudahkan orang-orang untuk menemukanmu dan bahkan mendapatkan kesan bahwa kamu adalah sosok yang aktif di bidang yang kamu minati itu.
Oleh sebab itu, penting bagi kamu juga ya untuk memilih-milih postingan untuk kamu berikan reaksi. Sebab, jika terlalu banyak memberikan reaksi, kamu bisa dianggap mengganggu karena reaksimu tak relevan dengan orang-orang yang terhubung denganmu. Yuk, pilih-pilih dengan bijak!
Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.
Founder of Belajarlagi who has already trained more than 10.000 people in Critical thinking, Project Management, Startup Building, Personal Development related topics, and technical skill such as Digital Marketing and Web Development.