Bicara soal startup memang nggak pernah ada habisnya. Apalagi 2 tahun terakhir ini, media-media mainstream penuh dengan berita tentang Gojek, Bukalapak, Tokopedia, dan perusahaan-perusahaan startup lainnya yang sukses menerima dana jutaan dolar dari investor.
Gila. Modalnya berapa juta, dibelinya berapa miliar dolar. Hmm…
Kisah sukses ini mungkin menginspirasi kamu untuk melakukan hal yang sama: membangun startup. Tapi jangan asal latah, banyak juga perusahaan di balik startup-startup itu yang ‘kurang beruntung’. Startup-startup itu gagal, tenggelam, dan akhirnya dilupakan.
Bahkan menurut Forbes, 90% startup akhirnya gagal.
Karena itulah, sebelum merintis startup ada hal-hal di bawah ini yang harus kamu perhatikan!
ADVERTISEMENTS
1. Pastikan ide startup-mu berguna. Jangan asal ada modal, lalu bangun perusahaan saja
Permasalahan awal dalam mendirikan startup tentu persoalan ide. Apa sih yang ingin kamu buat? Untuk apa? Kenapa ini berguna? Jangan sampai membuat startup hanya untuk memenuhi hobi atau karena “kayaknya seru ya”. Idemu haruslah sesuatu yang berguna bagi kehidupan nyata dan orang banyak. Kalau aspek ini tidak kamu perhatikan, siapa yang akan jadi pengguna?
Idemu nggak harus sesuatu yang besar dan rumit. Kalau kita pikir lagi, startup yang sukses seperti Gojek “hanya” berawal dari ide bagaimana orang bisa memanfaatkan ojek dengan lebih baik dan maksimal. Dan, boom, Gojek sukses karena memang memudahkan.
Jadi, sebelum kamu mendirikan sebuah startup, perhatikan kehidupan di sekelilingmu. Cobalah mengidentifikasi permasalahan apa yang ada di sana, lalu temukan solusinya. Jika kamu membuat startup dengan produk yang bisa membantu kehidupan masyarakat, dengan sendirinya kamu telah mengunci konsumen awal.
ADVERTISEMENTS
2. Pastikan tujuanmu membuat startup adalah untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk kaya
Apa sih tujuanmu mendirikan startup? Mungkin karena kamu enggan bekerja di kantor orang lain? Atau mungkin semua orang mendirikan startup lalu kamu mau ikut-ikutan? Hmmm. Atau kamu ingin kaya?
Well, kalau alasanmu yang terakhir, lebih baik kamu putar haluan. Bukannya startup nggak bisa memberimu keuntungan finansial, tapi di startup nggak ada yang instan. Butuh waktu bertahun-tahun, dan kondisi yang jatuh bangun, sampai akhirnya Google dan Microsoft menjadi sebuah perusahaan besar dengan keuntungan yang nggak pernah kamu bayangkan seperti saat ini.
Bahkan bisa juga terjadi drama dan kamu dipecat dari jabatanmu sebagai komisaris perusahaan.
Jangan mendirikan startup hanya untuk ikut-ikutan. Apalagi untuk kaya. Saat mendirikan startup, tanamkan di pikiranmu bahwa tujuanmu adalah untuk menyelesaikan sebuah masalah di masyarakat. Lagipula masih banyak cara lain yang lebih cepat dan pasti kalau kamu ingin well-off, misalnya: jadi konsultan.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Pilihlah tim yang tepat. Mungkin kalian semua kenal personal, tapi kontrak dan hak karyawan mesti tetap jalan
Memilih tim yang hebat jelas hal yang paling penting untuk startupmu. Pertama, karena startup harus memulai dari awal, kamu harus memilih orang yang benar-benar kompeten di bidangnya. Kamu harus bisa memaksimalkan sebuah tim yang kecil untuk hasil yang besar.
Yang nggak kalah penting, kamu juga harus memperhatikan detil-detil kecil tentang kantor, mulai dari relasi antar anggota tim sampai fasilitas-fasilitas di kantor. Bisa saja tim-mu terdiri dari teman-temanmu, atau anak-anak seumuranmu.
Kamu bisa menganggap mereka sebagai teman, tapi jangan lupakan hal-hal prinsipil seperti misalnya kontrak dan kode etik perusahaan. Perusahaan boleh rintisan, kalian pun masih kecil dan semuanya saling kenal secara profesional. Tapi kalau karyawan ada yang sakit hati, imbasnya bisa besar ke perusahaan.
ADVERTISEMENTS
4. Kenali dengan baik market konsumen yang kamu targetkan
Setelah kamu menentukan masalah dan solusi yang ingin kamu ciptakan, kenali lebih jauh market konsumen untuk menentukan solusi apa yang paling tepat untuk permasalahan itu. Selera masyarakat juga terus berkembang dan berubah. Misalnya jika konsumen yang kamu targetkan perempuan usia 20-35 tahun, kamu harus selalu update dengan tren mereka. Kamu juga harus berusaha memahami, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh perempuan seusia itu. Karena wanita ingin dimengerti~
ADVERTISEMENTS
5. Karena budget tipis, atur keuangan sebaik mungkin. Jangan membuang-buang uang untuk hal-hal yang kurang signifikan
Hal penting lainnya adalah soal duit. Bukan rahasia kalau ibarat lapisan masyarakat, startup itu mahasiswa. Dompetnya tipis, jadi harus pintar-pintar mengatur pengeluaran. Di awal pendiriannya, startup lebih fokus pada persoalan public awareness daripada keuntungan.
Belum ada pemasukan, sementara gaji pegawai, biaya operasional, dan lain-lain harus tetap dikeluarkan. Jadi jangan buang uang untuk sewa kantor mewah atau memanjakan karyawan dengan trip 3 bulan sekali. Mereka juga udah senang kok asal hak-hak dasar mereka terpenuhi.
6. Kalau kamu akhirnya dapat funding, anggap itu sebagai hutang, bukan pendapatan
Kalau akhirnya kamu dapat funding, jangan senang dulu. Salah satu kesalahan fatal dari startup adalah menganggap funding sebagai pendapatan perusahaan. Padahal, investor memberikan dana juga bukan tanpa maksud. Mereka pasti juga menginginkan keuntungan di masa mendatang. Jadi anggaplah funding sebagai hutang yang harus segera kamu lunasi. Investor bukan Sinterklas!
7. Semua orang membuat kesalahan. Jangan malu untuk belajar dari kesalahanmu dan pendahulumu
Beruntung kalau kamu termasuk orang yang sekalinya berbisnis langsung sukses. Tapi banyak juga pembisnis yang jatuh berkali-kali dan bangkit berkali-kali. Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Baik kamu ataupun orang lain. Jangan mengabaikan pengalaman orang lain di bidang startup. Jangan malu untuk mengambil pelajaran dari keberhasilan ataupun kegagalan startup lain. Keberhasilan bisa kamu tiru, sementara penyebab kegagalan bisa kamu hindari.
8. Perhatikan kompetitormu sebagaimana kamu perhatian pada gebetanmu
Kamu merasa idemu benar-benar brilian dan rancangan startupmu sudah paling oke? Kamu salah. Hal-hal semacam ini yang bisa menghancurkan sebuah startup, karena nggak peduli pada kejamnya persaingan. Bukan hanya pada kompetitor yang sudah ada saat kamu mendirikan startup. Bahkan ketika kamu meluncurkan sebuah ide, orang lain akan memperhatikan dan bisa jadi membuat ide baru yang mirip-mirip dari situ.
Tetap perhatikan kompetitormu, jika ada celah, kamu bisa memanfaatkannya dan merebut konsumen. Kalau kamu bisa memperhatikan gebetanmu 12 jam sehari, maka kamu harus memperhatikan kompetitormu 24 jam sehari.
9. Buatlah proyeksi ke depan. Pikirkan kapan kamu harus meraih keuntungan
Buat proyeksi ke depan, termasuk soal kapan perusahaanmu akan meraih keuntungan. Dengan begitu kamu bisa menyusun program-program pendukung untuk mewujudkan itu semua.
10. Pastikan bisnismu berkembang. Jika sekian lama masih gini-gini aja, pasti ada yang salah
Setelah kamu membuat rencana, perhatikan juga setiap perkembangannya. Jangan hanya puas sampai tahap ‘yang penting perusahaan masih ada dan nggak tumbang’. Pikiran semacam itu nggak membawa kamu ke mana-mana, dan bukan mustahil tinggal menunggu giliran perusahaanmu untuk gulung tikar.
Jika sampai periode yang kamu perkiraan perusahaan akan meraih keuntungan tapi startupmu masih begini-begini aja, coba cek lagi. Pasti ada yang salah dengan manajemen atau produk yang kamu kelola.
11. Karena dunia bisnis adalah dunia networking, jangan malas main ke inkubator dan berinteraksi dengan orang lain
Apalah artinya bisnis tanpa networking. Semakin lebar link yang kamu buka, semakin banyak kemungkinan yang bisa kamu jelajahi. Ngopi-ngopi dengan teman yang kamu kenal dari inkubator startup bisa menginspirasi kalian untuk bekerja sama membuat produk baru. Siapa tahu juga, ada teman dari temanmu itu yang bergabung. Jangan malas berinteraksi ya~
12. Kamu memang harus kerja keras, tapi kenali juga tanda-tanda kamu harus menyerah
Ini serius, kamu memang harus bekerja keras mengejar mimpi. Kamu harus melakukan banyak hal dan mungkin mengorbankan banyak hal agar startupmu terus bertahan dan berkembang. Kamu harus jeli melihat semua kemungkinan dan menjadikannya kesempatan.
Tapi jangan juga jadi keras kepala. Ada kalanya kamu sudah mengusahakan segalanya, tapi belum ada juga hasil yang kamu terima. Kalau sudah begini, coba pikir lagi apakah memang produkmu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Coba timbang-timbang apakah kesenangan yang kamu rasakan serta manfaat dari startupmu memang sebanding dengan usaha yang kamu keluarkan. Jika tidak, mungkin sudah saatnya kamu menyerah.
Tapi jangan kecil hati. Menyerah bukan berarti selesai semua karier usahamu. Kamu masih bisa mengeksplor lagi ide-idemu, dan dari kegagalanmu sebelumnya, kamu merancang sesuatu yang baru.
Kalau kamu, mau buat startup di bidang apa?