Memulai bisnis bukan cuma soal seberapa besar modal yang kamu punya atau betapa sempurna rencana yang sudah kamu susun sebelumnya.
Ada modal lain yang lebih penting dari itu semua: keberanian, kenekatan — yang tetap terencana.
Max Gunawan, seorang pebisnis asal Indonesia telah membuktikan prinsip ini dalam bisnis uniknya. Keberaniannya memulai bisnis di pasar yang masih jarang dilirik orang justru membawanya mendapatkan suntikan dana dari pebisnis ulung di Amerika Serikat lewat reality show Shark Tank. Ingin tahu kisah kesuksesan Max dan pelajaran di baliknya? Hipwee menulis artikel ini khusus untuk menjawabnya.
ADVERTISEMENTS
Max Gunawan adalah seorang arsitek yang besar di Jakarta. Keterbatasan semasa kecil membuatnya “terpaksa” mengembangkan kreativitas demi mainan yang diinginkan
Dalam sebuah sesi TEDx Talks Max menceritakan masa kecilnya di Jakarta yang memotivasinya mengambil jalur arsitektur sebagai jalan hidupnya.
“Saya adalah anak tunggal. Kamu pikir dengan menjadi anak tunggal saya bisa dengan mudah mendapatkan perhatian orangtua? Nope. Ayah dan ibu saya harus bekerja 10 jam sehari, 7 hari seminggu untuk bisa menyekolahkan saya di sekolah swasta. They didn’t see me growing up.
Semasa kecil saya selalu iri pada hal yang tidak bisa kami miliki. Liburan ke luar negeri bersama keluarga, mainan Transformer milik teman yang terkesan wow, dan masih banyak hal lain yang tidak bisa kami punya. Suatu hari ayah saya datang dengan sebutir jeruk Bali. I got excited, bukan karena apa yang bisa saya makan. Melainkan apa yang bisa saya lakukan setelahnya.”
Max kecil kemudian menggunakan kulit jeruk Bali sebagai bahan untuk membuat mobil-mobilan sederhana.
“Saya menggunakan kulitnya sebagai badan mobil, 4 tutup botol sebagai roda, dan seutas tali sebagai penariknya.”
Penonton TEDx Talks yang kebanyakan orang Amerika sedikit tergelak mendengar cerita Max. Namun inilah awal mula ketertarikan Max pada desain produk. Yang kemudian mendorongnya mengambil jurusan arsitektur saat kuliah di Connecticut, AS.
ADVERTISEMENTS
Menetap cukup lama di Amerika Max sadar bahwa sekarang kita menggunakan lebih banyak hal dari yang sebenarnya kita butuhkan
“Suatu hari saya mengantre di sebuah gerai kopi ternama. Tiba-tiba orang di depan saya meminta stopper (sebuah alat untuk mencegah kopi tumpah) untuk gelasnya. Sebagai anak yang dibesarkan oleh orangtua yang bahkan akan menghukum saya jika membuang kemasan pasta gigi yang masih ada isinya, saya menahan tawa.
Berapa banyak items yang kita butuhkan untuk minum kopi? Kejadian ini menginspirasi saya untuk menciptakan desain produk yang lebih efisien. Bukankah menyenangkan jika kita bisa menikmati kenyamanan yang sama dengan lebih sedikit barang?”
Tapi ide Max tidak begitu saja bisa diwujudkan. Sebuah tawaran kerja dari korporasi datang, Max memutuskan mengambil kesempatan yang cukup menggiurkan itu dan melupakan ide yang sempat membuatnya bersemangat.
ADVERTISEMENTS
“Saya akhirnya menyadari bahwa saya bekerja demi tujuan yang salah. Saya tahu bahwa inilah saatnya saya membuat perubahan.”
Pekerjaan di korporasi besar memang membuat Max tercukupi secara finansial. Tapi jauh dari rasa tergenapi. Sebuah pertemuan budget planning membuatnya tersadar bahwa dia harus segera hengkang dari pekerjaannya dan menggeluti hal yang menarik hatinya selama ini.
“Saya suka menciptakan dan mendesain sesuatu. Tapi pekerjaan ini tidak memberikanku kesempatan untuk melakukan hal itu.
Gajinya besar, it looks good on paper, good title. Dalam pekerjaan ini satu-satunya yang harus saya lakukan adalah memastikan pekerjaan berjalan cepat, dengan biaya serendah mungkin. Akhirnya dalam sebuah pertemuan perencanaan anggaran saya merasa tidak bisa lagi melanjutkan semua ini. Inilah titik balik dalam hidup yang membuat saya menciptakan Lumio.”
ADVERTISEMENTS
Berangkat dari ide yang muncul di rumah, laman crowd funding Kickstarter memberi Max modal 10 kali lipat lebih banyak dari yang sebenarnya ia butuhkan
Lumio, produk andalan Max adalah sebuah lampu portable yang diciptakan dalam bentuk menyerupai buku. Lampu ini bisa digunakan di manapun, ditempelkan di manapun — selama diletakkan di atas permukaan berbahan dasar metal.
“Pada tahun 2013 akhirnya saya memutuskan mengambil resiko dengan menekuni Lumio dan meninggalkan pekerjaan di korporasi.
Karena tidak memiliki modal yang cukup saya berusaha mengumpulkan modal lewat laman Kickstarter. Pada awalnya saya hanya ingin mengumpulkan 6o ribu dolar saja, tapi berakhir dengan 580 ribu dolar, 10 kali lipat lebih besar dari yang saya butuhkan.”
Max kemudian hijrah sesaat ke Cina, demi proses produksi Lumio. Ia menunggui proses produksi langsung di pabriknya, agar tidak ada standar yang lepas dari pengamatannya.
ADVERTISEMENTS
Shark Tank, reality show yang digawangi pebisnis sukses Amerika Serikat memperebutkan ide brilian Max untuk mereka danai
Shark Tank adalah sebuah reality show yang bertujuan menemukan investor bagi ide para pendiri startup. Pada 21 Januari lalu Max muncul dengan Lumio-nya untuk mendapatkan modal sebesar 250 ribu dolar dengan share 8% untuk perusahaannya.
The Sharks, sebutan bagi para investor yang akan menggelontorkan dana, tampak tertarik dengan prototype produk yang ditunjukkan oleh Max. Ketertarikan tersebut makin terlihat ketika Max mengeluarkan prototype terbarunya, Lumio dalam ukuran handy yang bisa dibawa dalam tas dan dapat digunakan sebagai pengisi daya bagi gawai.
“Aku bisa melihat visinya. Dia bahkan pergi ke Cina demi melihat proses produksi. Anak ini detil.”
Lori Grenier, billionaire pemilik QVC TV
Ketertarikan The Sharks semakin terlihat pasca Max menjelaskan bagaimana bisnis ini bisa berkembang. Dalam setahun Max bisa mendapatkan 1 juta dolar tanpa advertising dan strategi marketing.
“Produk ini jelas bisa membawa senyum pada dirimu. Dan kerjasamamu dengan museum adalah strategi yang sudah sangat baik.”
Robert Herjavec, CEO The Herjavec Group
Robert adalah orang pertama yang menawarkan investasi sebesar 250 ribu dolar dengan 10% bagian untuk Lumio. Tapi persaingan terus berlangsung, keempat Sharks menawarkan investasinya dalam nominal yang beragam. Di akhir proses tawar menawar Robert akhirnya merevisi tawarannya dengan meningkatkan investasinya sebesar 100 ribu dolar menjadi 350 ribu dolar dengan share bagi Lumio tetap 10%.
Max memilih Robert sebagai investornya setelah tawaran terakhir tersebut dikeluarkan. Datangya tawaran dari 5 Sharks merupakan momen yang langka dalam reality show ini.
ADVERTISEMENTS
Max menunjukkan bahwa bisnis bukan sekadar soal ide brilian saja. Kegigihan, keuletan, dan visi yang jelas lah yang membuat Lumio tak bisa dianggap remeh
Max adalah contoh nyata bahwa bisnis tidak bisa hadir dan sukses dalam semalam. Max pernah masuk ke pekerjaan yang akhirnya ia sadari sebagai arah yang salah dalam hidup. Ia pernah merasa bimbang dan mempertanyakan idenya sendiri: apakah ide ini cukup layak membuatnya meninggalkan pekerjaan, atau hanya harus dikerjakannya secara paruh waktu.
Bahkan ketika ia sudah yakin menekuninya Max harus pergi ke Cina agar bisa secara langsung mengamati proses produksinya. Lumio adalah bukti nyata bahwa tak peduli sebrilian apapun ide yang kamu miliki, semua tak akan berarti tanpa adanya visi.
Keberhasilan Max menarik mata investor tak bisa dilepaskan dari kerja keras dan visi yang ia miliki selama ini. Jika kamu adalah pemilik bisnis yang juga ingin mengikuti kesuksesan serupa langkah Max yang teguh bekerja keras dan fokus pada visinya layak kamu terapkan dalam praktek sehari-hari.
Max Gunawan hanyalah salah satu contoh pebisnis Indonesia yang berhasil menarik perhatian dunia. Dulu dia juga hanya bocah Jakarta biasa, menjalani harinya seperti aktivitas sehari-hari kita.
Maka bukan tak mungkin kamu juga bisa mengikuti jejaknya ‘kan setelah membaca kisah Max?