Selama ini kamu mungkin akrab dengan istilah-istilah perusahaan start-up sejak adanya raksasa ojek online di Indonesia, mulai dari istilah start-up itu sendiri sampai adanya kata lain seperti unicorn hingga decacorn. Akan tetapi, tahunya mungkin baru dengar saja tanpa tahu pasti bagaimana penjelasannya. Pokoknya kalau perusahaannya sudah besar dan terkenal berarti unicorn! Padahal bukan begitu konsepnya. Unicorn dan decacorn merupakan tingkatan dalam start-up berdasarkan valuasi yang dimiliki.
Selain dua tingkatan yang berada di atas tersebut masih ada juga tingkatan lainnya yang mungkin masih terasa asing di telinga. Apa saja? Kita simak yuk dari tingkatan start-up pemula sampai yang sudah sukses dengan valuasi yang tinggi!
ADVERTISEMENTS
1. Tingkatan paling rendah dari start-up adalah Cockroach, biasanya perusahaan-perusahaan ini baru mulai berdiri
Ternyata cockroach atau kecoa adalah hewan yang dipilih sebagai tingkatan paling rendah dalam dunia start-up. Biasanya perusahaan di tingkatan ini adalah yang baru saja dirintis atau masih kecil sehingga nilai valuasinya pun tergolong masih sedikit. Biasanya pendiri baru giat-giatnya menarik angel investor atau pemodal yang baik hati supaya mau mendanai perusahaan yang baru brdiri sehingga model usahanya harus meyakinkan. Mereka akan menawarkan imbalan berupa obligasi konversi atau kepemilikan.
ADVERTISEMENTS
2. Satu tingkat di atasnya ada level Ponies yang sudah memiliki valuasi yang terlihat dan memungkinkan investor untuk mulai datang
Untuk berada di level ini, perusahaan start-up harus memiliki valuasi sebesar US$10 juta atau sekitar Rp140 miliar. Perusahaan ini dikatakan sudah berhasil mengembangkan perusahaanya namun tetap harus bertahan dan bahkan sebisa mungkin menaikkan nilai valuasinya jika ingin tetap para investor semakin tertarik untuk menyetorkan dananya pada perusahaan. Dengan demikian, perusahaan bisa terus naik tingkat.
ADVERTISEMENTS
3. Untuk mencapai ke tingkatan selanjutnya yaitu Centaurs ternyata perusahaan perlu memiliki valuasi berkali-kali lipat
Untuk mencapai level ini maka sebuah perusahaan start-up harus memiliki valuasi sebesar US$100 juta atau Rp1,40 triliun, 10 kali lipat dari valuasi perusahaan start-up level Ponies. Perusahaan ini terlihat mulai besar dan makin menarik para investor yang besar pula untuk berinvestasi. Mungkin karena hal itu pula, makhluk dari mitologi Yunani yang berupa badan kuda dan kepala manusia, Centaurs dipilih sebagai simbolnya.
ADVERTISEMENTS
4. Selanjutnya adalah tingkatan yang mungkin sudah tak asing di telinga, Unicorn. Berapa nilai valuasi perusahaan untuk mencapai tingkatan ini?
Perusahaan sudah berada di tingkat Unicorn ketika sudah memiliki valuasi sebesar US$1 miliar atau Rp14 triliun. Walau baru tingkatan yang masuk ke 3 besar namun level ini sudah cukup tinggi lo di kalangan perusahaan start-up. Dilansir dari Daily Social, di Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan yang masuk ke daftar start-up level Unicorn pada tahun 2020 seperti Tokopedia, Traveloka, dll.
ADVERTISEMENTS
5. Decacorn juga mungkin lumayan familier, perusahaan yang masuk ke tingkatan ini kebanyakan sudah mendunia
Perlu valuasi perusahaan sebesar US$10 miliar atau Rp140 triliun untuk berada di tingkatan start-up level Decacorn. Tahun 2019 lalu, ada satu perusahaan Indonesia yang menjadi start-up dengan level ini untuk pertama kali yaitu Gojek. Sedangkan yang lainnya kebanyakan perusahaan internasional seperti Uber, Airbnb, Dropbox, hingga SpaceX.
ADVERTISEMENTS
6. Kasta tertinggi dari perusahaan start-up adalah level Hectocorn yang diduduki oleh perusahaan papan atas dunia
Hectocorn merupakan level untuk perusahaan yang memiliki valuasi sebesar US$100 miliar atau Rp1.400 triliun. Kelihatannya seperti tak masuk akal ya, namun ada lo perusahaan-perusahaan teknologi yang masuk ke level ini seperti Google, Microsoft, hingga Facebook. Hmm, ternyata memang perusahaan-perusahaan yang sudah terkenal semua ya.
Nah, sekarang jangan tertukar lagi ya. Ternyata Unicorn maupun Decacorn hanya salah dua tingkatan dalam hierarki start-up saja. Masih ada level perusahaan yang di bawahnya dan ada pula yang berada di atasnya, diidentifikasi sesuai dengan valuasi yang dimiliki.