Kebayang nggak kalau pandemi ini terjadi pada tahun di mana teknologi belum secanggih sekarang? Kira-kira apa ya yang akan terjadi? Apakah semuanya harus tetap dilakukan secara tatap muka atau justru makin banyak orang yang kebingungan menjalani hidupnya karena kehilangan pekerjaan saking sulitnya berkomunikasi? Tak bisa dimungkiri, komunikasi jarak jauh menjadi salah satu hal yang paling krusial untuk dilakukan di masa sekarang ini. Tak heran kalau Zoom justru sedang panen keuntungan besar-besaran gara-gara pandemi.
Sekarang Zoom memang bisa digunakan oleh hampir semua kalangan tapi tahukah kamu kalau ternyata ide ini muncul gara-gara pendirinya, Eric Yuan pernah menjalani hubungan LDR dengan sang kekasih? Aplikasi ini bahkan dulu juga sempat ditolak beberapa kali. Simak yuk cerita selengkapnya!
ADVERTISEMENTS
Keinginan Eric untuk menjadi pengusaha rupanya sudah dimulai sejak ia masih kecil, bakatnya pun mulai terlihat
Eric lahir di Tai’an, Shandong pada tahun 1970-an dari orang tua yang mana ayahnya adalah seorang insinyur pertambangan. Sejak kecil, ia sudah ingin menjadi seorang pengusaha dan menunjukkan bakatnya dengan mengumpulkan memo kontruksi untuk mendaur ulang tembaga demi mendapat uang tunai saat di kelas 4. Setelah lulus dari sekolahnya Eric melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan Matematika Terapan dan Ilmu Komputer.
ADVERTISEMENTS
Eric mulai terpikirkan untuk membuat video konferensi karena kisah asmaranya yang terhalang oleh jarak yang membuatnya sulit melihat pacarnya
Saat kuliah, Eric menjalani hubungan jarak jauh di mana ia harus menempuh perjalanan 10 jam saat ingin menemui pacarnya yang membuat mereka hanya mampu bertemu dua kali dalam satu tahun. Dari situlah akhirnya Eric memikirkan supaya bisa membuat alat untuk melihat dan berbincang dengan pacarnya hanya dalam satu kali klik. Ide ini ia masukkan ke dalam pekerjaannya saat ia menjadi seorang karyawan.
Eric mengawali kariernya dengan bekerja di Jepang namun malah terinspirasi untuk pergi ke Amerika setelah melihat Bill Gates. Sayangnya pengajuan visanya terus-terusan ditolak hingga percobaan kesembilan atau membutuhkan waktu sekitar 2 tahun. Di Amerika ia bekerja di WebEx yang kemudian diakuisisi oleh Cisco Systems tahun 2007. Tahun 2011, ia memikirkan untuk memasukkan sistem video konferensinya ke dalam telepon pintar namun idenya ditolak. Hal ini yang membuatnya yakin untuk keluar dari sana dan mengawali perusahaannya sendiri, Zoom Video Communications.
Nikmati konten menarik seputar side job:Â Langkah Merintis Karier sebagai Freelance EO. Cara Seru Dapat Uang Tambahan
ADVERTISEMENTS
Perusahaan yang didirikannya bukan begitu saja berhasil, ia harus kembali mengalami penolakan demi penolakan
Proses awal mendirikan perusahaan ini terbilang cukup menantang. Eric kesulitan untuk meyakinkan para investor demi mendapatkan dana hingga ia harus meminjam ke teman dan keluarga. Sudah berhasil berdiri pun ternyata Zoom masih mengalami penolakan, kali ini oleh pelanggan. Oleh karena itu, Eric mencoba untuk mengirimi pesan pada setiap pelanggan yang membatalkan layanan.
Usaha tersebut malah dikira sebagai pesan otomatis dari bot padahal Eric yang mengirimnya sendiri. Setelah berbagai usaha untuk membuktikan bahwa dirinya yang mengirim pesan tersebut akhirnya pelanggan berhenti menuduh bahwa Zoom mengirim pesan hanya melalui bot.
ADVERTISEMENTS
Zoom mulai berkembang pesat sejak tahun 2019, setelahnya perusahaan ini juga malah makin sukses sejak pandemi
Tahun 2015, Zoom sukses digunakan selama 20 miliar menit dan terus menanjak hingga perusahaan ini menjadi IPO paling sukses di tahun 2019. Tahun 2018, Eric juga mendapatkan gelar sebagai CEO Big Company of The Year dengan mendapatkan approval rating 99% dari karyawannya. Selama pandemi, Zoom juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dilansir dari berbagai sumber, pada kuarter ketiga tahun 2020, revenue Zoom mencapai US$777 juta atau naik sebesar 367% dibanding tahun sebelumnya.
Tak bisa dimungkiri, salah satu yang membuat Zoom makin meroket mungkin karena adanya pandemi. Akan tetapi, fakta bahwa aplikasi ini memiliki banyak pesaing dan tetap menjadi yang paling laris tak bisa dipisahkan dari adanya inovasi-inovasi dan strategi bisnis yang baik dari perusahaannya.