Di era emansipasi seperti sekarang ini, sudah banyak profesi lintas gender yang digeluti para generasi muda. Banyak cowok-cowok yang jadi perancang mode maupun MUA handal, begitu pun cewek-cewek yang nggak lagi jadi pramugari saat bergabung dalam sebuah maskapai penerbangan, melainkan menempati posisi sebagai pilot atau penerbang pesawat itu sendiri.
Rupanya, jauh sebelum zaman now, sudah ada perintis pilot wanita yang tercatat dalam sejarah penerbangan Indonesia. Bukan, bukan pilot pesawat penumpang, tapi pilot TNI AU yang kala itu juga sempat terlibat dalam operasi militer. Iya, mereka wanita penerbang militer TNI AU pertama di Indonesia. Mereka adalah Lulu Lugiyati dan Herdini Suryanto.
ADVERTISEMENTS
Lulu dan Herdini rela meninggalkan studinya di kampus ternama demi mengikuti pendidikan militer sebagai Wanita Angkatan Udara (Wara)
Karier sebagai pilot militer TNI AU ini bermula ketika mereka melihat potongan iklan surat kabar tentang penerimaan Wara angkatan pertama pada tahun 1963. Lulu yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswi Fakultas Hukum di Universitas Padjajaran, Bandung, langsung mendaftar setelah melihat iklan penerimaan Wara di dinding kampusnya.
Begitu pun dengan Herdini, yang mendapat info tentang penerimaan Wara dari teman-teman kelompok terbang layang di lingkungan TNI AU tentang terbukanya kesempatan menjadi Wara angkatan pertama. Saat itu, Herdini masih kuliah di Fakultas Geografi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dari informasi tersebut, mereka pun meninggalkan studinya dan mengikuti seleksi penerimaan di Yogyakarta dan Bandung.
ADVERTISEMENTS
Bagi Lulu dan Herdini, mengikuti pendidikan militer adalah panggilan hati sekaligus kegembiraan karena kehidupannya bakal ditanggung negara di tengah perekonomian yang sedang susah
Selain karena antusias ingin menjadi Wara angkatan pertama kala itu, Lulu dan Herdini mengaku tertantang sekaligus menaruh harapan akan ditanggungnya kehidupan mereka oleh negara, mengingat saat itu perekonomian sedang susah. Terbukti dengan kebutuhan makan dan minum yang tercukupi serta tinggal di asrama yang dikelola pengurus berkebangsaan Jepang. Susu disediakan melimpah agar nutrisi terpenuhi. Kalau ingin camilan, mereka biasa membawa potongan kecil gula aren ke kelas agar nggak ngantuk dan kedinginan. Bahkan pakaian dalam pun bermerek ternama yang merupakan barang mewah kala itu.
Saat itu, ada 30 anggota Wara yang mengikuti pendidikan dasar selama lima bulan di Kaliurang, Yogyakarta. Kemudian dilantik sebagai Letnan Dua atau Letnan Satu tergantung tingkat sarjana muda atau sarjana penuh saat mereka mendaftar.
ADVERTISEMENTS
Dari 30 anggota Wara TNI AU, Lulu dan Herdini adalah dua orang yang dinobatkan sebagai penerbang militer pertama Indonesia sejak merdeka tahun 1945
Setahun kemudian, AURI (sekarang TNI) membuka seleksi Sekolah Penerbang bagi anggota Wara. Dari 30 anggota Wara, ada tiga orang yang mengikuti pendidikan pilot dengan dua di antaranya berhasil lulus sebagai penerbang dan menghadiri pelantikan (wing day), yakni Letnan Dua Pnb Lulu Lugiyati dan Letnan Dua Pnb Herdini. Mereka kemudian menerbangkan pesawat latih Piper Cub yang hanya terbang 10 jam bersama instruktur kemudian langsung dilepas terbang solo. Lulu dan Herdini menjadi perintis keberadaan pilot wanita TNI sejak merdeka tahun 1945.
ADVERTISEMENTS
Lulu pernah menjalankan sebuah misi rahasia di langit Malaysia yang saat itu menjadi wilayah koloni Inggris. Misi tersebut dinamakan sesuai dengan namanya yakni Operasi Lulu
Dari berbagai pengalaman selama menjadi pilot, ada sebuah misi yang nggak akan dilupakan oleh Lulu. Ia pernah menjadi kru tambahan untuk menjalankan suatu misi rahasia untuk menyebarkan selebaran yang berisi propaganda anti Inggris untuk menentang pembentukan Malasyia di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat hingga ke negara bagian Serawak dan Sabah. Misi ini dinamai sebagai Operasi Lulu atas arahan pilot seniornya, Leo Wattimena, setelah membuat laporan atas apa yang ia kerjakan dalam misi tersebut.
ADVERTISEMENTS
Herdini pun mengalami pengalaman yang nggak kalah serunya, ia kerap mengikuti alur jalan raya dan jalan kereta api untuk menuntun pesawatnya sampai tujuan
Herdini yang sering sekali membawa pesawat terbang secara solo dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma ke Bandung atau ke Bogor, juga punya kisah yang menegangkan saat mengemudikan pesawat. Pada saat itu, pesawat yang ia kemudikan masih minim teknologi, belum ada alat untuk berkomunikasi dengan tower pusat sehingga masih menggunakan cara manual dengan menggunakan kompas. Namun sebagai jalan pintas, Herdini sering mengikuti alur dari jalan raya, jalur kereta api, dan tanda-tanda alam sebagai penanda untuk menuntun pesawatnya agar selamat sampai tujuan.
Pada saat itu, Lulu dan Herdini menjadi angkatan percobaan untuk membuktikan apakah perempuan bisa menerbangkan pesawat atau nggak. Pengalaman mereka pun nggak semuanya yang manis-manis, banyak momen menegangkan ketika mereka ketakutan karena nggak mulus saat mendaratkan pesawat. Tapi nyatanya, mereka mampu menjadi dua srikandi pilot militer pertama di Indonesia. Karena wanita juga bisa.