Selamat pagi, HRD perusahaan impianku!
Kuharap kalian tidak bosan atau terganggu dengan diriku. Sudah berulang kali kita bertemu, ketika aku harus menjalani rangkaian tes perusahaanmu — rangkaian tes yang melelahkan itu. Meskipun sekian tahap tes tersebut sangat menguras fisik dan pikiran, aku senang hati melakoninya. Maklum saja. Perusahaanmu adalah idaman banyak orang, tak terkecuali aku. Aku bahkan telah lama mengincar salah satu posisi disitu untuk masa depanku kelak.
Kalau boleh bercerita, sebenarnya sudah beberapa malam ini tidurku tak nyenyak. Aku senantiasa memikirkan apakah aku akan lolos tes ke tahap selanjutnya? Apakah aku layak diangkat sebagai karyawan di sana? Akan sedih sekali jika ternyata aku tak diterima, terlebih sudah banyak tahapan tes yang kulalui dengan susah payah.
Aku tak sabar menunggu pengumuman. Sebenarnya berat rasanya melewati hari-hari tanpa ketidakpastian. Untuk itu, aku menuliskan surat ini sebagai penghapus perasaan beratku melewatkan hari sembari menunggu kepastian akan masa depanku.
ADVERTISEMENTS
Sedari masih menjadi mahasiswa, aku sudah paham apa yang kumau untuk masa depan. Menjadi salah satu bagian dari perusahaanmu adalah salah satu impianku
Ada banyak yang membuatku tertarik bekerja di tempatmu. Dari hal yang sederhana, seperti melihat karyawan-karyawanmu berseragam gagah dan rapi, hingga kemampuan berbicara, menguasai lapangan, dan melobi banyak orang yang membuat mereka menarik. Siapa yang tidak ingin ada di antara mereka?
Di luar itu, bekerja pada perusahaanmu menjanjikan karir yang tinggi. Bila aku terpilih sebagai salah satu karyawanmu, aku pun dapat melanglang buana ke seluruh sudut bumi. Kesejahteraan bukanlah hal yang diragukan lagi jika sudah jadi bagian dalam perusahaan ini.
Banyak pula lulusan-lulusan perusahaanmu yang sukses dan dikenal oleh orang-orang di seantero negeri. Mereka menjadi bibit pemimpin bangsa selepas meninggalkan posisinya atau pensiun dari perusahaanmu. Ini tidak mengherankan. Sebab ketika perusahaanmu memberikan presentasi pada bursa lowongan kerja, mereka memang menerapkan kedisiplinan yang tinggi. Pelatihan, seminar, hingga outbond tidak sedikit dikorbankan demi kemajuan dan perkembangan tiap karyawannya. Untuk meningkatkan kinerja menjadi maksimal, perusahaanmu juga tidak pelit memberi insentif apabila memang pekerjaan yang diharapkan sudah tuntas atau sesuai target.
ADVERTISEMENTS
Intuisiku berkata, inilah saatnya! Kewajibanku sebagai mahasiswa telah usai, untuk apa berlama-lama menyimpan aplikasi yang seharusnya ditujukan pada perusahaanmu?
Soal menjaga impian, kau bisa sebut aku juaranya! Nyatanya, impianku untuk dapat bekerja di perusahaanmu senantiasa terpelihara hingga hari aku diwisuda. Malahan, impian itu masih tertanam kuat pada detik ini juga saat kau membacanya. Segera setelah hari wisudaku berakhir, kucari segala informasi tentang perusahaanmu. Benar saja! Perusahaanmu akan segera membuka lowongan kerja besar-besaran. Sayangnya aku harus benar-benar sabar menunggu beberapa bulan hingga lowongan itu dibuka secara resmi pada sebuah bursa lowongan kerja. Dalam hati, aku selalu berdoa agar posisi yang tengah kunanti adalah posisi yang terbuka lebar pada bursa lowongan kerja tersebut.
Segala persyaratan yang pada umumnya dipersiapkan oleh pelamar fresh graduates sepertiku, kusiapkan secepat kilat. Pas foto kuperbanyak dalam beragam ukuran. Uang yang terbatas kurelakan untuk mengurus legalisir ijazah dan transkrip nilai. Contoh-contoh daftar riwayat hidup mulai kucari dari dunia maya. Kucontek mereka agar daftar riwayat hidup milikku menjadi menarik. Tak ketinggalan pula, kutengok buku pelajaran Bahasa Indonesia SMA di gudang. Gunanya demi membuatku ingat bagaimana caranya membuat surat lamaran pekerjaan yang baik dan rapi.
ADVERTISEMENTS
Keinginanku tak bertepuk sebelah tangan. Ketika kulamar posisi dambaan pada perusahaanmu, panggilan tes pun tiba.
Tuhan seperti mendengarkan doa-doa dan kegelisahanku setiap malam. Posisi yang kuincar tersedia pada hari-H penyelenggaraan bursa lowongan kerja. Bahagiaku tak terkira meskipun harus ikut berdesakan dengan pelamar lainnya. Aplikasi yang telah kurancang sedemikian rupa jauh-jauh hari, kuserahkan pada dirimu yang memang saat itu tengah bertugas di booth perusahaanmu. Mungkin ini berlebihan, tapi sebelumnya kuciumi aplikasiku agar tak luput satupun syaratnya dan mampu menghantarkanku pada tahap selanjutnya. Maka cukup menunggu beberapa hari saja, engkau meneleponku.
Selamat! Anda dinyatakan lolos tahap CV screening. Anda diharapkan datang pada tes interview hari Kamis, pukul 10.00 WIB dengan membawa kelengkapan berkas.
ADVERTISEMENTS
Aku tak pernah tahu apakah usahaku akan berjalan dengan lancar. Lebih lagi, ada banyak saingan yang semuanya terlihat “bersinar”
Ketika pertama kalinya bertemu teman-teman seperjuangan, misalnya. Mereka begitu menawan, tampan, cantik, dihiasi busana, sepatu, dan tata rambut yang bisa dibilang berkelas. Bisa dikatakan, mereka memenuhi syarat berpenampilan menarik pada pengumuman lowongan kerja. Bahkan mereka sudah mirip dengan penampakan para petinggi-petinggi dari perusahaanmu. Dari situ saja, aku mulai merasa jatuh. Tapi aku tetap menyemangati diri. Bisa jadi keberuntungan tak berpihak pada mereka yang jauh lebih menarik dariku.
Aku ingat, saat itu engkau meminta semua peserta tes mengisi formulir. Beberapa yang tak pernah bisa kulupakan adalah bagaimana karakter pribadiku, kelemahan, kelebihan, dan berapa gaji yang kuharapkan dari perusahaanmu. Aku bisa saja jujur tentang karakterku. Akan tetapi jika terlalu jujur, akankah kelemahanku itu semakin mengurangi poinku diterima bekerja? Begitu pula dengan gaji. Aku tak akan munafik bahwa gaji besar merupakan suatu yang kuharapkan. Tapi berapakah nominal yang wajar, hingga aku tak tertolak karena permintaan gaji yang terlalu tinggi? Akhirnya, aku hanya menuliskan semua apa adanya.
Psikotes yang berjam-jam lamanya, nyaris membuatku gila. Punggung, leher, dan lenganku luar biasa merasakan kekakuan. Soal menggambar adalah permulaan tes yang menyenangkan. Ketahananku lantas diuji lewat soal pilihan ganda yang menuntutku untuk mencari persamaan dua buah gambar. Otakku mulai meledak ketika tes bernama Pauli tersodor di mejaku. Aku harus menghitung sederet angka dari atas ke bawah. Sesekali engkau memberi instruksi “garis”. Melirik kiri dan kanan, luar biasanya kawan-kawan dapat mengerjakan lebih lancar dariku. Harus kuakui, aku sedikit lemah untuk bagian ini.
Di lain hari, aku membuka pintu ruang tes wawancara. Tiga orang berkarisma duduk di hadapanku dan siap memberondongiku sengan sejumlah pertanyaan. Salah satunya adalah dirimu. Kalian banyak menekankan pertanyaan seputar pengalaman berorganisasiku. Meski canggung, aku bisa sedikit merasa menjadi diri sendiri pada bagian ini. Aku cukup lancar dan lantang saat menjabarkan pengalamanku semasa kuliah. Tapi tetap saja tak dapat kutebak apa isi hati mereka. Ekspresi mereka ibarat tambang yang terpendam terlalu dalam pada kerak bumi.
Kelelahan hari itu harus terhenti. Selanjutnya, aku diharapkan menunggu pengumuman darimu. Masih ada lagi tes kesehatan. Tidak seperti tes sebelumnya yang mungkin saja kureka jawabnya, tes kesehatan tak mungkin menipu. Istirahat cukup, makan-makanan bergizi, dan tidak boleh sakit adalah daftar yang perlu kutaati. Ini sedikit sulit karena sebagai manusia, aku tak bisa memprediksi kapan akan sakit. Belum lagi potensi-potensi penyakit yang belum terdeteksi di tubuh. Ketakutanku berbuah berkali-kali lipat. Pertama, ketakutan tidak dapat menjalani proses tes ini dengan baik. Apalagi masih ada tes olahraga yang mengharuskanku berlari. Kedua, ketakutan apabila laboratorium mendiagnosis lahirnya penyakit tertentu dalam tubuh ini. Sungguh mengerikan!
ADVERTISEMENTS
Namun semoga engkau mempertimbangkan aku sebagai salah satu kandidat yang patut diperhitungkan. Sebab, segenap bakti telah siap aku kerahkan.
Meski terlalu sering kita bertemu pada setiap tes, sudah pasti kau tak pernah bisa menghapalkan namaku. Aku hanyalah sekian persen dari ribuan orang yang pernah kau temui dalam proses rekrutmen. Itu pun belum termasuk nama-nama di perusahaan yang kau tangani.
Namun dari lubuk hatiku terdalam, aku berharap semoga engkau tetap mempertimbangkan namaku. Persis seperti tahap-tahap tes sebelumnya, yang pernah meloloskan namaku. Meski perasaan tidak nyaman dan tidak percaya diri sering menghinggapi, aku telah berhasil melewati tahap itu hingga sejauh ini. Walaupun usiaku terbilang muda dan belum berpengalaman, tantangan-tantangan darimu sebelumnya selalu berhasil kuhadapi. Mental dan fisikku pun sudah kubuat sekeras baja dalam menghadapi tekanan dari atasanmu. Aku tak akan pernah ragu lagi menggembleng diriku dalam perusahaanmu, yang juga jadi perusahaan impianku semenjak beberapa tahun lalu. Aku siap mengerahkan seluruh baktiku demi jayanya perusahaanmu.
Doa pun senantiasa aku iringkan pada Tuhan. Semoga apa yang telah kucita-citakan dan perjuangkan tidak akan sia-sia. Agar aku yang masih muda ini bisa berprestasi dalam posisi yang nantinya akan aku pegang dalam perusahaanmu. Amin.
Dari aku,
Peserta rekrutmen yang mendambakan bekerja di perusahaanmu