*Disclaimer: Ini adalah hasil wawancara penulis dengan narasumber, ditulis dengan sudut pandang orang pertama. Semua datanya riil, tapi demi kenyamanan beberapa data yang bersifat privat tidak akan kami publikasikan.*
Hai, SoHip! Kenalin ada Icas Karitas di sini yang sekarang lagi kerja di dunia radio. Kebayang nggak bagaimana cara ngomongnya? Hehe. Kalau dengar kata radio apa sih yang pertama kali muncul dalam pikiranmu selain lagu Sheila On 7? Mungkin identik dengan kesan 90-an yang ketinggalan zaman ya? Padahal radio jauh sekali dari kesan tersebut lo. Kalau sekarang sudah jarang dengerin, coba deh sesekali nyalain radionya. Kalau nggak punya, bisa kok streaming juga. Dijamin kamu bakalan dapat informasi A1 dari apapun yang sedang hits saat ini, bahkan kadang infonya lebih cepat dari televisi!
Kalau nggak percaya, sebagai seorang reporter di radio ibu kota aku punya cerita menarik tentang pengalaman di dunia liputan untuk radio ini. Tapi sebelum sampai sana, simak dulu yuk cerita selengkapnya!
ADVERTISEMENTS
Dari kecil aku sudah akrab dengan dunia radio, apalagi papaku sempat menjadi seorang radio star juga pada zamannya
Katanya sih buah jatuh nggak jauh dari pohonnya, dan kurasa peribahasa ini ada benarnya juga. Soalnya dulu papaku adalah seorang bintang radio, jadi dari kecil sudah terbiasa dengan dunia yang satu ini. Sampai akhirnya pas sudah lulus kuliah aku mencoba peruntungan di bidang ini. Dulu sih awalnya ada lowongan jadi penyiar di sebuah radio nomor 1 di Solo tahun 2018 tapi pas sudah ikut seleksi malah lolosnya jadi produser. Ya sudah, harus rela menyimpan suaraku deh haha. Tapi menjadi seorang produser juga sering on air kok saat ada liputan. Aku mengambil peran tersebut selama 1 tahun 7 bulan sebelum pindah ke sebuah radio di ibukota seperti sekarang.
ADVERTISEMENTS
Menjadi seorang produser dan reporter tentu berbeda, bekerja di daerah dan ibu kota juga tak sama
Menjadi seorang produser artinya harus menyusun rundown dan konten yang akan dibacakan oleh penyiar selama satu kali program, sedangkan menjadi reporter ya menyiapkan berita yang seringnya turun langsung ke lapangan. Perbedaan yang terlihat salah satunya adalah gaji, alasannya peminat radio di ibukota lebih banyak, pun tanggung jawab yang diemban kali ini juga lebih besar. Pekerjaan pun rasanya lebih ‘tertata’ dari sebelumnya. Tapi jadi reporter tentunya juga harus lebih garcep dan siap sedia setiap saat karena kita nggak tahu berita penting itu kapan datangnya, misalnya saat ada gempa, kebakaran, atau berita urgen lainnya.
ADVERTISEMENTS
Layaknya pekerjaan yang lain, walaupun penuh dengan tantangan namun ada juga suka dan duka ketika menjalani pekerjaan ini
Mungkin yang orang lihat dari luar sana bahwa pekerjaan seorang reporter penuh dengan tantangan, ya nggak salah juga hehe. Akan tetapi, ada juga sukanya seperti jadi banyak koneksi, pengalaman, dan juga lebih paham dengan dunia. Aih sedap. Tapi, tetap, dengan adanya berita ‘luar biasa’ yang sudah disebutkan sebelumnya maka kita juga harus siap-siap untuk berangkat mencari berita kapan saja yang kadang membuat waktu istirahat jadi nggak pasti juga. Alasannya, pendengar radio juga banyak yang mendengarkan dari dalam mobilnya. Jadi, mereka tetap bisa up–to-date walau sambil menyetir.
Ada juga pengalaman yang paling berkesan selama aku liputan yaitu saat meliput kebakaran kejaksaan. Bayangkan, aku menjadi orang yang pertama kali meliput berita kebakaran ini di Indonesia! Hampir saja aku juga kena puing-puing bangunan. Seru!
Jangan dikira kalau radio saat ini sudah sekarat, malah menurut survey Nielsen bulan September, di Jakarta sendiri pendengar radio meningkat lo karena banyak yang takut naik kendaraan umum dan jadi naik mobil pribadi plus mendengarkan radio saat menyetir. Jadi, selama ada macet, selama itu pula radio tetap laku! Bahkan gajiku sekarang juga di atas UMR kok, cukuplah buat kebutuhan sehari-hari.
Nah, kalau kamu mau terjun juga ke dunia radio kuncinya ada dua, passion kamu harus tinggi dan kamu harus keren!