Selama ini, banyak yang mencoba membakar semangat anak muda untuk menjajal dunia usaha dengan gadang-gadang bahwa profesi sebagai wirausahawan lebih nyaman dan menjanjikan dari karyawan. Kamu bisa menjadi bos sendiri alias tak akan ada yang memarahi, bisa bekerja di jam yang terserah kapan saja, tak harus pergi ke kantor karena boleh bekerja di rumah, semuanya bebas dan tergantung maumu — sementara pendapatan pun berlipat-lipat dibandingkan gajimu sekarang sebagai karyawan! Eh, tapi benarkah kenyataan yang sebenarnya seperti itu? Bukankah setiap pekerjaan ada enak dan tak enaknya? Melihat nama profesinya, masihkah kamu percaya bahwa seorang pengusaha bisa ongkang-ongkang saja tanpa pernah berusaha?
Ada banyak mitos tentang dunia usaha yang harus berhenti kamu percaya. Jika kamu terus terbuai dengan mitos-mitos di bawah ini, gawat sekali. Bisa-bisa kesuksesanmu di dunia usaha tertunda!
1. “Dengan membuka usaha sendiri kita jadi lebih bebas. Boleh kerja jam berapapun, tak harus repot bangun pagi buat ke kantor.”
Mungkin kamu pernah bersenandika seperti itu. Karena capek dan jenuh harus ngantor dari jam 8 pagi sampai larut malam, akhirnya kamu punya impian berwirausaha. Alasannya, kamu bisa memulai kerja jam berapapun. Padahal kalau itu motivasimu berwirausaha, kamu sedang menggali lubang kuburan sendiri!
Saat bekerja menjadi seorang wirausaha, justru kamu punya tantangan yang lebih besar untuk mendisiplinkan dirimu sendiri. Mungkin kamu nggak harus ngantor jam 8 pagi, tapi bangun siang dan malas-malasan bisa membuatmu kehilangan kesempatan mengembangkan usaha. Bangun pagi, dan tidur tepat waktu adalah kunci kedisiplinan yang bisa membuatmu menjadi orang sukses.
Dengan disiplin bangun pagi, kamu bisa selalu memulai aktivitasmu dengan mood yang bagus. Banyak orang yang sudah sukses di dunia usaha menyadarinya, sehingga akhirnya membiasakan diri mereka untuk bangun di pagi hari. Bahkan ada lho yang bangun di subuh hari dan tak tidur lagi.
Para pengusaha sukses ini bangun pagi-pagi sekali untuk melakukan kegiatan positif, seperti berolahraga, merancang kegiatan, mencari peluang, dan menyiapkan pekerjaan. Kamu boleh saja bangun jam 10 siang, tapi jangan menyesal jika orang lain sudah mengambil kesempatanmu!
2. “Jadi wirausahawan itu asyik karena nggak harus terikat office hours. Kita bisa kerja kapan saja, tergantung kebutuhannya.”
Sekilas, punya jam kerja yang fleksibel itu memang enak. Kamu bisa bebas melakukan pekerjaanmu kapan saja. Kamu nggak harus berangkat jam 9 dan pulang jam 5. Tapi sebenarnya, jam kerja yang fleksibel nggak selamanya menyenangkan. Cara kerja seperti ini bahkan bisa jauh lebih menantang ketimbang cara kerja karyawan.
Ingatlah ini: saat pekerja kantoran bisa pulang ke rumah di waktu yang telah ditentukan, seorang entrepreneur masih harus berhubungan dengan klien-kliennya kapan saja, termasuk saat weekend, termasuk saat liburan, termasuk dini hari dan larut malam.
Seringkali, bisa bekerja kapan saja itu berarti harus bekerja kapan saja.
Bahkan saat orang-orang bisa pergi berlibur dengan tenang di hari libur, seorang pengusaha masih harus terus mengontrol dan menangani bisnisnya. Jam kerja yang fleksibel bukan berarti kamu bisa bebas menyediakan waktu luang untuk bersenang-senang. Jam kerja yang fleksibel itu justru membuatmu harus siap bekerja kapan saja, jam berapa saja, hari apa saja, bahkan ketika liburan.
3. “Sebagai pemegang jabatan tertinggi, kita bisa menentukan sendiri mau dibawa kemana perusahaan ini. Segala kebijakan perusahaan akan tergantung pada keputusan kita.”
Memang benar, saat kamu bekerja membuka usaha sendiri, otomatis kamu adalah bosnya. Tapi satu hal yang harus kamu ingat: kamu tidak bekerja sendirian. Kamu butuh banyak orang untuk membuat usaha yang kamu jalankan itu sukses. Meskipun kamu berstatus bos, kamu masih punya pegawai, pelanggan, atau klien dan investor yang harus kamu pikirkan. Kamu harus mendengarkan aspirasi serta pendapat-pendapat mereka dan membuat mereka merasa dihargai.
Walau kamu bosnya, kamu tak akan pernah benar-benar bebas bertindak sesuka hatimu. Kesuksesanmu juga bergantung oleh mereka yang bekerja sama denganmu.
4. “Bayangkan betapa enaknya kalau bisa nggak kerja di kantor. Rumah sendiri memang selalu lebih nyaman.”
Kerja di rumah sendiri adalah keuntungan yang akan kamu dapatkan saat memutuskan untuk berwirausaha. Dengan bekerja di rumah, kamu bisa lebih bebas mengatur pola kerja, spot kerja, hingga cara berpakaianmu.
Tapi kerja di rumah nggak menjamin kamu bisa terbebas dari distraksi lho! Justru sebaliknya, kenyamanan yang ditawarkan oleh rumahmu justru bisa menjadi bumerang buatmu.
Ada banyak gangguan yang bisa menyerangmu ketika bekerja di rumah. Suara televisi yang gaduh, mertua yang tiba-tiba minta bantuan saat kamu sedang bekerja, bahkan hal sesederhana bantal dan tempat tidur. Gangguan-gangguan kecil itu bisa benar-benar membuat pola kerjamu berantakan, mengancam fokus dan mood bekerjamu.
5. “Kalau gagal, kamu tetap bisa banting setir buka usaha di bidang lain. Cari bidang yang lebih menguntungkan.”
Secara teori, kamu memang bisa banting setir. Pada nyatanya mengubah haluan bisnis itu nggak segampang membalikkan telapak tangan. Mengubah produk usaha yang kamu jual butuh perhitungan dan kejelian yang baik. Saat kamu mengubah haluan bisnismu, kamu harus memulai dari nol lagi, menarik modal baru dan mengembangkan basis pelanggan. Siapa bilang ini gampang?
Jangan mudah untuk tiba-tiba pindah mencari peruntungan lain jika usahamu mandek di jalan. Pengusaha yang sukses justru bisa berhasil karena ulet dan telaten. Fokus cari dimana kesalahanmu, lalu perbaikilah kesalahan itu. Ya, jika usahamu mandek, bisa jadi kesalahannya ada di strategi bisnismu sendiri — bukan karena bidangnya kurang menguntungkan atau kurang menjual.
6. “Usahaku akan sukses karena idenya yang baru. Belum ada yang kepikiran membuat usaha seperti ini sama sekali!”
Ide itu penting, tapi cuma modal ide aja nggak akan cukup membuatmu sukses! Sebagus apapun idemu, seunggul apapun produkmu dari pesaing-pesaingmu, kalau kamu nggak punya strategi marketing yang baik, semua itu bakal melempem nggak bersuara.
Sebagai seorang entrepreneur, kamu nggak cuma dituntut untuk bisa menciptakan ide dan produk yang baik saja, tapi kamu juga harus belajar tentang bagaimana cara memasarkannya. Kamu harus bisa membayangkan bagaimana cara supaya orang-orang bisa tahu, mengenal, kemudian menyukai produkmu. Saat kamu sudah mengambil keputusan mantap untuk jadi pengusaha, kamu harus mau belajar banyak hal. Jangan cuma fokus dengan ide produkmu aja.
7. “Kalau harga produk jualanku lebih murah, produkku pasti bakal laris manis!”
Asumsi ini nggak selalu benar. Pelanggan memang selalu lebih tertarik dengan harga yang lebih terjangkau. Tapi untuk merealisasikan harga yang lebih terjangkau ini, ada beberapa hal yang mesti kamu korbankan. Mungkin produkmu jadi nggak seenak atau seawet produk pesain. Mungkin pembeli atau pelanggan harus puas dengan jumlah produk yang lebih sedikit. Mungkin mereka harus menunggu lebih lama sebelum produk itu sampai ke tangan mereka, karena kamu nggak sanggup membayar biaya pengiriman premium. Seringkali pelanggan akan berkenan, lho, membayar lebih mahal demi mendapat kenyamanan-kenyamanan tertentu.
Jangan lupa juga: jika kamu menjual produk dengan harga miring tanpa mendapat laba yang signifikan, strategi ini sama saja bunuh diri. Kamu nggak ada untung untuk menghidupi diri sendiri, juga nggak punya biaya untuk produksi lagi
Kamu bisa saja menjual produk dengan harga yang murah, tapi jangan sampai menurunkan kualitas produk-produk jualanmu. Mungkin orang akan tertarik dengan harga yang murah, tapi lama-lama orang akan meninggalkanmu karena mereka akan mencari produk yang lebih berkualitas.
Jika kamu tetap ingin menjual produk yang murah tapi nggak murahan, cari dan eksplor bagaimana cara agar kamu bisa mendapatkannya. Yang terpenting kamu masih bisa mendapatkan keuntungan dari hasil jualanmu, dan nggak pakai nipu pelanggan-pelangganmu!
Itulah tadi beberapa kesalahan yang selama ini sering kita percaya tentang menjadi seorang wirausahawan. Setiap pekerjaan pasti punya tantangan dan risiko yang harus dihadapi. Menjadi wirasusahawan itu enak, tapi kamu juga butuh usaha yang keras. Setelah membaca artikel ini, apakah keyakinanmu terjun ke dunia usaha sudah semakin bulat? 🙂