Saat mendengar merk Fujifilm mungkin yang langsung terbersit di kepala adalah brand kamera dan film foto, namun seiring berjalannya waktu dan banyak merk baru yang menawarkan kamera digital maka mau tak mau, merk yang satu ini kehilangan pasarnya. Akan tetapi, akhirnya mereka berpikir dengan cepat agar usahanya tak bangkrut begitu saja. Pilihannya adalah membuat usaha baru yang tetap sejalan dengan bisnis film mereka selama ini dan terputuskan untuk membuat produk kecantikan.
Mungkin lantas kamu bertanya-tanya bagaimana bisa kok dari film ke kecantikan dan dibilang sejalan? Jadi, perusahaan yang satu ini tternyata menggunakan teknologi film fotografi ke dalam produk kecantikannya. Simak yuk cerita selengkapnya cara bisnis ini terus bertahan!
ADVERTISEMENTS
Kisah Kesuksesan Fujifilm dimulai sejak tahun 1934 di mana perusahaan ini mampu meraup keuntungan besar setelahnya
Dilansir dari Kompas, perusahaan ini berdiri dari tahun 1934 dengan nama Fuji Photo Film Co., Ltd. yang fokus dengan ranah manufaktur lensa dan perlengkapan optis. Setelah 4 tahun berlalu akhirnya perusahaan ini bisa ekspansi ke luar Jepang tepatnya ke Brazil pada tahun 1958 dan ke Inggris serta Amerika pada 1962. Salah satu orang yang berjasa terhadap perkembangan Fuji Film adalah Minoru Ohnishi yang memimpin pada tahun 1980.
Saat itu, ia memiliki strategi sendiri untuk membuat bisnisnya berkembang yaitu para salesman yang didorong untuk menghabiskan waktu dan menjaga hubungan baik dengan para distributor. Selain itu, ada pula bagian penjualan yang diinvestasikan untuk melakukan penelitian sehingga produknya semakin memuaskan. Setelahnya perusahaan ini terus berekspansi termasuk ke Indonesia.
ADVERTISEMENTS
Walau sempat berada di puncak namun bisnis yang satu ini juga sempat terseok-seok karena adanya invasi digital
Memasuki tahun 2000, fotografi analog dan bisnis divisi image ternyata tak lagi digemari. Pada tahun ini pula perusahaan Fuji Film mengalami keterpurukan hingga akhirnya ada beberapa kebijakan untuk efisiensi yang harus diambil demi menyelamatkan perusahaan. Efisiensi itu antara lain dengan memangkas biaya produksi hingga $500 juta, menghentikan operasi beberapa pabrik, hingga memberhentikan sebanyak 5.000 karyawan. Akan tetapi, ternyata kebijakan ini tetap tak banyak membantu.
ADVERTISEMENTS
Mereka akhirnya melakukan diversifikasi produk demi bisa bertahan, uniknya yang dipilih adalah produk kecantikan
Sebenarnya Fuji Film sempat membuat produk selain film bahkan di ranah elektronik hingga medis. Yang mungkin juga tak asing dan sering ditemui adalah bisnis fotokopi. Nah, setelah tahun 2000 Fujifilm juga merambah ke produk skincare. Dilansir dari laman resmi Fujifilm, ide ini muncul karena film fotografi dan produk perawatan kulit ternyata memiliki kemiripan seperti kolagen yang merupakan zat penting di fotografi ternyata juga penting bagi kulit untuk menjaga kekenyalan.
Mereka terus meneliti beberapa zat yang biasanya digunakan dalam dunia fotografi yang ternyata juga akan bermanfaat diterapkan pada kulit. Mereka berupaya untuk mencari nilai yang tidak diberikan oleh pesaingnya ke dalam produk skincare. Akhirnya mereka memperkenalkan sebuah produk kecantikan dengan nama Astalift yang menggunakan bahan utama astaxanthin.
ADVERTISEMENTS
Awalnya, membawa label perusahaan fotografi terasa sulit untuk perusahaan ini namun justru dengan strateginya mereka bisa berhasil lo!
Alih-alih membuat brand baru, mereka tetap menggunakan embel-embel Fujifilm. Orang akan penasaran dengan produk yang jauh berbeda ini dan saat itulah Fujifilm bisa menunjukkan perbedaan produknya. Selain kandungan yang original dan inovatif, mereka juga menawarkan kemasan berwarna merah menyala untuk memberikan kesan yang dalam, sesuai dengan warna natural zat yang digunakan yaitu astaxanthin dan meningkatkan kepekaan terhadap merk Fujifilm itu sendiri. Akhirnya produk ini mampu menembus pasar global dan bersaing dengan produk lainnya.
Mungkin benar kata beberapa orang bahwa dalam keadaan terdesak kita cenderung akan berpikiran out of the box hingga tercipta inovasi-inovasi canggih. Akan tetapi, perlu diingat bahwa agar berhasil maka diperlukan pula riset yang mendalam dan peluang apa yang paling mungkin diambil. Nggak asal-asalan~