Screen time terlalu lama dan bahayanya | Credit by Hipwee via www.hipwee.com
Sejak pandemi, banyak kegiatan yang dulu dilakukan secara tatap muka langsung harus beralih lewat teknologi dan layar gawai elektronik. Hal ini membuat intensitas menatap layar atau screen time meningkat, seringkali tanpa bisa dihindari. Jika dulu screen time hanya sebagai kebutuhan hiburan dan sebagian untuk bekerja atau belajar, maka saat ini hampir semua kebutuhan interaksi dilakukan dengan bertatap muka di depan layar. Mulai dari semua urusan pekerjaan, belajar, pertemuan keluarga bahkan ada yang melakukan kencan pun lewat tatap muka di depan layar.
Kira-kira, berapa lama biasanya kamu melakukan screen time per hari sejak pandemi?
Biasanya orang dewasa membatasi waktu screen time anak-anak karena lebih memperhatikan akibat buruknya yang bisa menyebabkan kemalasan, kecanduan, dan kelelahan fisik. Tapi mungkin kita lupa bahwa akibat tersebut juga mengancam orang dewasa dengan intensitas screen time yang tinggi. Melansir dari Active Health, rata-rata orang Amerika mengabiskan waktu selama lebih dari 11 jam per hari untuk screen time. Hal ini ternyata membuat orang dewasa lebih berisiko mengalami bahaya screen time yang selama ini hanya dikhawatirkan pada anak.
Screen time pada anak dan dewasa | Credit by pch.vektor on Freepik
Bahkan, studi terbaru mengungkap bahwa risiko screen time lebih berbahaya pada orang dewasa, sebab bisa menyebabkan kelelahan fisik dan mental lebih parah yang bisa menurunkan produktivitas.
Bagaimana pun tekanan yang dialami orang dewasa dan anak jauh berbeda. Ketika tuntutan pekerjaan begitu berat, ditambah intensitas screen time yang tinggi dan dukungan sosial yang rendah membuat seorang lebih renta mengalami stres akibat kelelahan fisik dan mental. Nah, seperti apa kelelahan fisik dan mental yang perlu diwaspadai saat intensitas screen time terlalu tinggi? Dan bagaimana cara menyiasati screen time supaya tetap sehat?
ADVERTISEMENTS
Masalah fisik yang kerap mendera saat terlalu banyak screen time bikin produktivitas jadi terganggu
Apa yang kamu rasakan ketika berjam-jam menatap layar monitor saat kegiatan daring?
Banyak orang mungkin setuju jika kegiatan daring lebih praktis karena bisa dilakukan di mana pun di berbagai situasi. Namun, aktivitas screen time semacam itu justru bisa menimbulkan kelelahan fisik berkali-lipat, lo. Hal yang paling umum terjadi adalah Computer Vision Syndrome (CVS) yang umumnya menyerang mata, leher, bahu dan kepala. Biasanya, setelah seharian melakukan screen time gejala utama yang muncul
seperti mata menjadi merah, pegal, buram dan berair. Sebab, biasanya mata bekedip sebanyak 15 kali per menit, tapi saat menatap layar, hanya 5-7 kali saja per menit.
Computer Vision Syndrome bikin mata sakit karena terlalu lama screen time | Credit by Gpoinstudio on Freepik
Melansir dari WebMD, sebuah survei global mengungkap bahwa 50-90% orang yang bekerja berhadapan dengan layar mengalami CVS dengan gejala yang lebih beragam, misalnya diikuti rasa kaku pada leher, bahu dan sakit kepala. Hal ini karena dipengaruhi oleh ketegangan otot dan posisi duduk yang tidak baik ketika berhadapan dengan layar. Untuk itu usahakan duduk tegak dengan posisi tubuh dan lutut 90 derajat, atau berdiri tegak 180 derajat, sementara mata menatap lurus ke arah layar.
Selain itu, screen time selama 2 jam tanpa jeda bisa mengurangi kualitas tidur. Apalagi jika dilakukan di malam hari, karena cahaya dari layar membuat otak tetap terjaga sehingga mengusir rasa kantuk. Melansir dari Reid Health, kebiasaan screen time lebih dari 8 jam sehari di jam kerja mengurangi aktivitas fisik yang biasanya digunakan untuk berjalan menjadi duduk dalam waktu yang lama. Hal ini bisa meningkatkan risiko obesitas dan masalah fisik lainnya, seperti nyeri sendi, kram otot dan sering kesemutan.
Jangan abai pada masalah fisik yang timbul akibat screen time ini ya! Sebab, alih-alih bisa bekerja dengan baik di depan komputer, kamu justru gampang lelah dan mengakibatkan penurunan produktivitas.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Nggak cuma fisik, masalah mental juga menjadi ancaman serius yang sulit dihindari dari risiko screen time yang lama
Capek fisik dan mental | Credit by Yanalya on Freepik
Salah satu masalah mental yang paling umum dari risiko screen time adalah kecanduan. Bukan hanya mengintai anak-anak saja, pasalnya orang dewasa justru lebih berisiko karena intensitasnya yang lebih tinggi. Screen time untuk berbagai alasan entah itu pekerjaan, belajar maupun hiburan tetap memiliki risiko yang sama. Baru-baru ini banyak muncul istilah yang menggambarkan masalah mental terkait kegiatan daring, seperti Zoom Fatigue dan Zoom Dysmorphia.
Kedua masalah mental ini sama-sama disebabkan oleh kebiasaan screen time, terutama pertemuan daring melalui berbagai platform.Zoom Fatigue biasanya menimbulkan gejala berupa rasa lelah, khawatir dan jenuh karena terlalu banyak mengikuti pertemuan daring. Sebab, meski dinilai praktis, tapi pertemuan daring kadang lebih membutuhkan konsentrasi berkali lipat karena mungkin banyak distraksi dari lingkungan dan masalah jaringan. Akirnya kita mengeluarkan energi lebih ekstra daripada pertemuan tatap muka langsung.
Masalah lainnya seperti Zoom Dysmorphia palah memiliki risiko yang lebih buruk karena membuat seseorang fokus pada kekurangan diri sendiri di layar pertemuan daring dan mengalami kecemasan berlebih akan penampilannya ketika akan bertemu orang di tatap muka langsung. Melansir dari Healthline, interaksi di depan layar monitor selama 6 jam tanpa jeda dapat meningkatkan risiko ketidakpuasan kerja karena penurunan kognitif, kecemasan dan depresi. Apalagi jika apa yang dilihat pada layar dapat memengaruhi emosi buruk dan hal-hal yang tidak dikehendaki.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Sebenarnya, berapa lama screen time yang aman untuk orang dewasa supaya tetap bisa produktif dengan baik?
Usahakan istirahan sebentar, jangan sampai 2 jam menatap layar tanpajeda | Credit by Freepik on Freepik
Mungkin kamu sudah sering menjumpai aturan screen time yang aman untuk anak-anak dan remaja, tapi sedikit sekali yang membahasnya untuk orang dewasa. Hal ini karena orang dewasa dianggap sudah bisa mengendalikan diri untuk mencegah risikonya. Namun, pandemi membuat kita tidak bisa menghindari screen time yang berlarut-larut bahkan tanpa jeda tiap hari.
Melansir dari Reid Health, aturan screen time pada orang dewasa sebenarnya tidak ada aturan khususnya, tapi banyak sekali penelitian yang ngungkap bahwa screen time selama 6 jam tanpa jeda mampu meningkatkan risiko depresi. Berdasarkan bahasan di atas, 8 jam screen time tanpa jeda juga bisa menyebabkan masalah fisik, dan paling sebentar 2 jam tanpa jeda menyebabkan CVS terutama gejala pada mata.
Maka bisa kita pahami jika screen time yang aman adalah tidak lebih dari 2 jam tanpa jeda. Kalau pun total waktu per hari akan lebih dari 2 jam, maka aturannya sebelum 2 jam harus mengambil jeba untuk istirahat.
Biar screen time tetap sehat, coba lakukan beberapa hal berikut supaya tidak mudah lelah dan tetap produktif
Screen time sehat | Credit by Hipwee
Meski screen time di masa pandemi tidak bisa dihindari, tapi kita bisa kok menyiasatinya dengan beberapa trik. Setidaknya fisik, pikiran, dan mental tetap bisa terjaga dan sejahtera, meski begitu banyak kegiatan menuntut kita untuk hadir secara daring, baik itu sekadar chat, membaca email, dan mengikuti rapat daring. Menukil dari Memory, berikut beberapa trik supaya screen time tetap sehat untuk fisik dan mental.
Pahami tujuan screen time, buat kerjaan, tugas atau hiburan
Kita butuh yang namanya prioritas screen time harian untuk mengendalikan kontak layar harian. Pahami dulu tiap tujuan screen time harian. Jika di hari kerja, utamakan screen time untuk urusan pekerjaan atau tugas sekolah, sementara di hari libur, fokuskan screen time untuk tujuan hiburan.
Buat jadwal untuk mengatur jatah screen time harian
Setelah paham tujuan screen time, coba susun jadwal harian misalnya jam berapa mulai membuka laptop, tentukan waktu jeda setiap 45 menit sekali dengan cara menjauhi layar untuk mengistirahatkan mata selama 5 menit. Selain itu tentukan juga jam berapa harus menutup laptop. Usahakan 2 jam sebelum tidur kamu sudah bebas dari screen time ya, supaya tidur malammu tetap berkualitas.
Gunakan waktu istirahat bebas screen time
Kebiasaan yang sudah membudaya adalah istirahat makan siang dengan bermain media sosial atau menonton film. Kebiasaan ini harus dihilangkan dengan memanfaatkan waktu istirahat tanpa layar. Misalnya mengganti hiburan dari media sosial dengan mendengarkan podcast, radio atau musik.
Buat trik untuk membatasi screen time
Hal ini cukup penting untuk mengendalikan diri melakukan screen time untuk tujuan yang tidak penting atau melebihi jatah harian. Caranya, buat mode senyap pada semua notifikasi baik itu e-mail, chat maupun media sosial. Terutama saat istirahat dan malam hari. Bila perlu, buat pesan cadangan untuk orang yang menghubungimu saat berada di waktu bebas layar.
Perbanyak kegiatan bebas screen time untuk detoks
Semakin banyak kegiatan yang menuntut screen time, maka sebaiknya kamu juga harus memperbanyak kegiatan yang bebas screen time. Misalnya membaca buku fisik, olahraga, bermain dengan hewan peliharaan, merawat tanaman dan memancing ikan. Kegiatan semacam ini bisa menjadi detoks atau penawar kejenuhan kelelahan fisik dan mental akibat screen time yang berlebihan.
Mulai sekarang coba yuk kendalikan waktu buat screen time dan lebih peka kalau keadaan fisik dan pikiran sudah merasa kelelahan di depan layar, berarti harus segera berhenti untuk istirahat. Memaksakan diri untuk screen time meski dengan tujuan pekerjaan atau sekolah justru membuat produktivitas terganggu, lo. Jadi, supaya urusan kerjaan beres, fisik dan pikiran tetap sehat serta mental sejahtera, jangan abaikan soal screen time yang berlebihan, ya!
Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.