Bingung harus mengirimkan surat lamaran ke mana lagi? Selalu merasa tampil percaya diri dan sempurna saat sesi interview, namun ternyata jawaban “Maaf, kami belum bisa menerima Anda” yang diterima? Barangkali kesalahan bukan pada kualifikasi yang kamu punya, melainkan pada sesi wawancara yang kamu anggap sempurna itu.
Melalui CV, HRD kantor yang kamu lamar akan menilai apakah kamu memenuhi kualifikasi yang sedang dicari. Melalui interviu, bukan hanya soal kualifikasi yang akan dinilai, melainkan pribadimu. Banyak yang gagal di sesi interview karena ternyata kamu kurang bisa menonjolkan potensi seperti yang sudah kamu lakukan dengan baik di CV. Nah, agar interviumu kali ini berbuah tawaran kerja, jangan lagi melakukan hal-hal ini ya!
1. Lebih baik datang tepat waktu saja, karena datang terlalu awal dan merepotkan perusahaan bikin pewawancara turn off di awal
Kamu pasti sudah tahu bahwa datang terlambat tanpa konfirmasi itu sudah menghancurkan angan-anganmu untuk bergabung dengan perusahaan? Yang tidak kalah gawat dari datang terlambat adalah datang terlalu cepat. Proses seleksi kerja itu sangat merepotkan bagi tim HRD sebuah perusahaan. Banyak hal yang harus disiapkan, mulai data, waktu, jadwal yang sesuai dari masing-masing pewawancara, sekaligus printilan-printilan lainnya. Karena itu, datang saja sesuai waktunya. Jangan karena takut terlambat, lalu kamu datang 2 jam sebelumnya. ‘Kan tidak mungkin juga kamu dibiarkan menunggu bengong begitu saja. Merepotkan perusahaan seperti itu juga membuat kesan buruk di pertemuan pertama.
2. Tidak bertanya “Boleh saya duduk?” dan langsung duduk saja sedikit banyak juga menunjukkan kamu kurang respek pada pewawancara
Karena dalam interviu seluruh pribadimu dinilai, kamu harus menunjukkan etika dan kesopanan yang tinggi. Meski itu bukan berarti kamu harus bersikap kaku bagaikan robot. Sebisa mungkin tunjukan kesopananmu, misalnya dengan cara mengucapkan kata ‘permisi’ ketika memasuki ruang interviu dan bertanya “bolehkah saya duduk?” sebelum kamu memulai semuanya. Jangan main nyelonong saja. Ya, meskipun semua orang tahu bahwa kamu boleh duduk di kursi yang disediakan, tidak ada salahnya ‘kan berbasa-basi dulu ala kadarnya?
3. Meski kamu sibuk luar biasa, menjawab telepon saat interview berlangsung sama saja kamu sedang bunuh diri
Sebelum memasuki ruang interviu, kamu harus memastikan bahwa ponselmu sudah dalam keadaan off atau setidaknya modus diam. Bila kamu memang lupa, dan ponselmu berdering saat proses interviu, jangan sekali-kali kamu bertanya “Bolehkah saya jawab?”. Oh ya, mereka akan mengangguk dan mempersilakan kamu menjawab telepon itu. Namun diam-diam mereka juga mencoret namamu dari daftar untuk dipertimbangkan. Selain tidak sopan dan membuang-buang waktu pewawancara, perbuatan semacam itu menunjukkan bahwa kamu tidak serius melakoni seleksi interviu ini padahal di luar sana masih banyak kandidat yang menanti.
4. Kamu tidak tahu apa-apa tentang perusahaan dan posisi yang kamu lamar? Duh, seharusnya kamu tak perlu repot-repot datang
Interviu kerja tidak jauh berbeda dengan ujian. Kamu tidak mungkin lulus tanpa persiapan yang matang. Bedanya, bila di ujian masih ada kemungkinan kamu berbuat curang dengan menyontek teman, di interviu kerja ini kamu berjuang sendirian. Datang ke tempat interviu tanpa pemahaman yang cukup pada perusahaan dan posisi kerja yang kamu lamar adalah sia-sia belaka. Sayang, kamu sudah buang-buang ongkos di jalan karena mereka juga tidak akan repot-repot mempertimbangkanmu. Bagaimana mereka bisa mempertimbangkan bila kamu bahkan tidak tahu apa yang akan kamu kerjakan? Meski kenyataannya kamu sudah putus asa, dan menyebar surat lamaran kerja ke posisi apapun yang tersedia, tetap saja setidaknya kamu harus googling dulu tentang perusahaan dan posisi itu.
5. Memang betul kamu harus berusaha menunjukkan potensimu. Tapi promosi terus-terusan tentang kelebihanmu, tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan, itu kesalahan besar!
“Jadi kira-kira bagaimana strategi marketing yang akan Anda lakukan bila diterima di perusahaan ini?”
“Bapak tenang saja. Saya sudah berpengalaman di bidang ini selama 3 tahun. Saya tahu bagaimana pasar bekerja. Saya juga lulusan dari perguruan tinggi terbaik dan mendapat ilmu dari orang-orang terbaik di bidangnya.”
Personal branding itu perlu. Namun bukan berarti kamu harus melakukan hard selling untuk menunjukkan kemampuanmu. Interviu ada tahap-tahapnya. Ada saatnya kamu mempromosikan dirimu nanti (ketika kamu sudah sampai di pertanyaan “Kenapa kami harus menerima Anda?”). Di luar itu, jawab saja pertanyaan yang diajukan dengan jelas. Tidak perlu mengatakan hal-hal yang tidak perlu ataupun berbicara terlalu panjang. Yang penting, pewawancaranya paham.
6. Meskipun kamu sadar bahwa kontribusimu di kantor sebelumnya tak banyak, terlalu jujur soal itu juga akan berakibat buruk untuk masa depanmu
Kamu akan mendapat pertanyaan tentang apa yang sudah kamu lakukan di kantor lamamu. Di sini, kamu diharapkan tidak hanya menjelaskan tentang jobdesk-mu, melainkan juga prestasi apa saja yang sudah kamu capai. Nah, meskipun kamu merasa kontribusimu di kantor lama tidak banyak, jangan juga dijawab terlalu jujur. Meski sedikit, kamu pasti punya andil di pekerjaan lamamu. Di sinilah, kamu harus pandai-pandai memoles keberhasilan sederhana menjadi sesuatu yang terdengar spektakuler. Selain tentang keberhasilanmu, di sini, kamu juga jangan sampai menjelek-jelekkan kantor lamamu. Kalau kamu melakukan itu, fatal sudah.
7. “Saya ingin pekerjaan ini karena pekerjaan ini bisa memberikan saya kesempatan mengembangkan diri” adalah jawaban yang membuat pewawancara bosan. Jangan diulang lagi ya~
“Karena ini adalah passion saya.”
“Karena pekerjaan ini akan memberi saya kesempatan untuk mengembangkan passion saya dan memungkinkan saya meraih mimpi.”
“Karena saya menyukai dunia marketing sejak masih kuliah.”
List di atas adalah jawaban-jawaban yang sebaiknya tidak kamu saat mendapat pertanyaan “Kenapa kami harus menerima Anda?’. Pewawancara akan bosan mendengarnya, karena itu adalah jawaban yang standar. Selain itu, semua itu terkesan hanya mengacu pada dirimu sendiri, padahal apa yang dicari perusahaan jelas hal-hal yang menguntungkan mereka. Alih-alih mengatakan pekerjaan itu sesuai passion-mu, kamu bisa menjelaskan mengapa kamu memutuskan untuk mengejar passion-mu. Dan daripada mengatakan pekerjaan ini adalah jalan menuju cita-cita, kamu bisa mengatakan kontribusi apa yang mungkin bisa kamu berikan kepada perusahaan jika kamu diterima.
8. Interview adalah penilaian atas semangatmu juga. Kalau kamu hanya diam tanpa bertanya apa-apa, kamu benar-benar berniat tertarik kerja di sana atau tidak sebenarnya?
Seberapa besar keseriusanmu untuk bekerja di sana juga dapat dilihat dari besarnya antusiasme yang kamu tunjukkan. Bersikap pasif, artinya kamu hanya menjawab pertanyaan saja tanpa bertanya balik, menunjukkan bahwa kamu kurang antusias dan kurang tertarik dengan posisi yang kamu lamar. Untuk menunjukkan bahwa kamu benar-benar tertarik, kamu harus mengajukan pertanyaan seputar perusahaan dan posisi yang kamu lamar. Selain menunjukkan ketertarikan, juga memberimu pengetahuan baru. Siapa tahu bisa jadi bahan pertimbangan apakah kamu benar ingin berkarir di sana atau sebaiknya mundur perlahan.
Untuk menaklukkan interviu kerja memang butuh trik dan tips. Karena selain kamu harus membuktikan apa saja yang kamu tulis di CV-mu, itu saja juga tidak cukup. Kamu harus menunjukkan bahwa kamu punya etika dan attitude yang membuatmu layak diterima. Jujur adalah keharusan. Namun sebaiknya kamu tahu juga mana yang perlu dikatakan dan mana yang harusnya disimpan saja dalam hati. Sampai jumpa di sesi wawancara berikutnya!