Menjadi sebuah kesempatan emas untuk sebagian besar orang untuk bisa menghabiskan waktu untuk belajar di negeri orang. Simple-nya adalah kuliah di luar negeri. Biasanya, cita-cita-mu pun akan ter-upgrade dan berharap bisa berkecimpung di dunia kerja luar negeri juga. Yah, walaupun nggak semuanya berpikiran seperti ini.
Tapi, hal ini cukup berbeda dengan yang sedang dijalani oleh Damas Nawanda, seorang kreator yang berkecimpung di dua dunia yang berbeda. Yaitu IT dan seni visual. Lulusan Masters of Creative Technology di University of Bristol yang kekeuh untuk mengaplikasikan ilmunya ke Indonesia ini sedang menjadi mentor, concept artist dan art director di Raden Umar Said Animation Studio yang ada di SMK Raden Umar Said di Kudus, Jawa Tengah.
Passion dan semangat untuk berkarya ini secara tidak langsung menyebarkan kebaikan yang bisa menginspirasi anak muda lainnya yang masih banyak ngeluh daripada usahanya. Damas dan ceritanya ini akan membuatmu tersadar bahwa #BaikItuNyata adanya memang. Simak, yuk! Semoga bisa menjadi cambuk semangatmu untuk berbuat baik, ya! 🙂
ADVERTISEMENTS
Kertas dan spidol adalah teman paling setianya sejak kecil dan membuatnya jatuh cinta dengan seni visual
Kesukaannya di dunia visual art sudah terlihat sejak Damas duduk di sekolah dasar. Berawal dari iseng membuat komik untuk menghibur teman sekelasnya, coba-cobanya ini ternyata membuatnya makin jatuh cinta dengan dunia ini.
Spidol dan kertas adalah temannya yang paling setia menemaninya saat dia harus beberapa kali merasakan pengalaman pindah sekolah. Damas ikut Ayahnya yang saat itu sedang menyelesaikan studi S3 di Melborne, Australia. Dia sempat 3 kali pindah sekolah saat itu, yaitu ke Moreland College Primary School, lalu Errol St. Primary School dan ke St. Michael’s Primary School. Tapi tetap, kesukaannya dalam menggambar tetap jadi hal yang menyenangkan untuknya.
ADVERTISEMENTS
Kuliah di bidang IT sempat bikin dia ragu sama passion-nya. Pelampiasannya ikutan klub ke yang bikin CLBK sama hobi masa kecilnya
Damas yang dulunya malu-malu, sejak saat itu berubah menjadi lebih pemberani. Banyak hal positif yang dia salurkan untuk hal-hal yang menyenangkan dan positif. Saat duduk di bangku SMA, dia mengisi waktu luangnya untuk ikut softball, melukis, dan ikut banyak organisasi. Dari sinilah dia bisa mendapat kesempatan dua kali pertukaran studi di Australia dan Korea. Wah, luar biasa!
Menyoal jurusan untuk diseriusi di jenjang kuliah, Damas memutuskan untuk fokus di jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi di Universitas Gadjah Mada. Selama 4,7 tahun dalam usahanya menyelesaikan studinya ini, sempet terbesit di pikiran bahwa kuliahnya ini berlawanan dengan passion dan dunia seni visualnya.
Dia mencari pelampiasan dengan belajar filmmaking dan motion graphic yang membuatnya bertemu beberapa teman kampusnya untuk memulai sebuah studio game development bernama Amagine Interactive di tahun 2012. Karena Damas dan teman-temannya yakin, walau game masih menjadi hal baru di industri Indonesia tapi punya potensi yang bisa dikembangkan oleh anak Indonesia.
ADVERTISEMENTS
Melanjutkan kuliah master di Bristol, berjuang untuk menyelesaikan studi untuk kembali pulang ke tanah air
Nggak berhenti di situ, cita-citanya untuk bisa melanjutkan studi ke luar negeri akhirnya bisa terwujud lagi. Keinginan untuk menggabungkan di seni visual dan ilmunya di IT, dia melanjutkan program di Masters of Creative Technology di University of Bristol, UK untuk mencoba salah satu jalan penyatunya, yaitu animasi. Keraguannya tentang dunia IT dan kesukaannya dalam dunia menggambar itu nggak bisa disatukan, dipatahkan dan makin memotivasinya untuk berinovasi di masa depan dengan anak muda yang nggak kalah semangat.
ADVERTISEMENTS
Berbeda dengan anak muda lainnya yang berambisi bekerja di luar negeri, Damas lebih memilih untuk pulang dan jadi mentor untuk mendampingi anak SMK di Kudus yang antusias dengan animasi
Setelah selesai menyelesaikan studi masternya, Damas memutuskan untuk kembali pulang dan mengaplikasikan ilmunya di kota yang ditinggalinya sekarang, Kudus. Hal ini cukup kontras dengan anak-anak lainnya yang sudah menyelesaikan studi di luar negeri dan lebih memilih untuk mencari penghidupan yang lebih baik di negara orang. Atau paling tidak, berbondong-bondong ke ibukota untuk mengejar karier.
Ingat sebuah film animasi 3D berjudul Pasoa dan Sang Pemberani yang tayang di salah satu stasiun TV swasta 4 Maret 2017 lalu? Itu adalah salah satu karya yang dipersembahkan oleh siswa SMK Raden Umar Said Kudus yang dimentori oleh Damas. Sangat membanggakan pastinya! 🙂
Tentang ilmu, ego, dan passion–ini kata Damas…
Prestige dan pride yang didapat dari kesempatan menuntut ilmu di negara orang pasti ada. Tapi, hal itu hanya membuat kepala saya besar dan tidak menguntungkan orang lain. Namun saat ini saya perlu mencari nilai apa yang benar-benar bermakna yang dapat membuat saya bahagia dan layak dikejar di hidup ini. Apakah prestis? Kebanggaan? Gaji besar? Aktualisasi? Atau memberi dampak bagi orang lain?
Ini adalah quotes yang disuka oleh Damas yang semoga bisa memotivasimu juga ya!
If you have a chance to accomplish something that will make things better for people coming behind you, and you don’t do that, you are wasting your time on this earth.
– Roberto Clemente
ADVERTISEMENTS
Saat orang menganggap hal ini biasa saja, Damas menunjukkan bahwa berbagi ilmu dan menyumbang karya adalah kebaikan yang perlu disebarluaskan
Alasan terbesarnya adalah ingin memulai mengejar karir yang sesuai dengan passion dan berbagi ilmu yang dia dapat dari studi masternya. Ditambah lagi dengan dukungan Djarum Foundation sebagai partner RUS Animation yang sempat mendatangkan orang besar dunia animasi, seperti Woody Woodman alumni Disney salah satunya.
Saya merasa jauh lebih tenang dan bahagia karena pekerjaan di sini menciptakan dampak yang positif bagi orang lain. Hal ini penting bagi saya karena sebenarnya saya sempat merasa tidak adil apabila keberuntungan saya yang saya alami, seperti kuliah diluar negeri ini tidak dapat dirasakan oleh orang lain, khususnya yang telah mendukung saya. Saya berkesempatan kuliah di luar negeri berkat dukungan beasiswa LPDP yang bila ditelusuri, salah satu sumber dana APBN yang berasal dari pajak yang dibayar oleh jerih payah rakyat. Karena itu saya merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan manfaat kembali kepada orang lain.
Berada di tengah-tengah anak muda dengan semangat dan ambisius di RUS Animation sangat menyenangkan menurutnya. Dalam membimbing murid dan guru tentang animasi tertentu memang menjadi sebuah pekerjaan yang menantang. Untuk bisa dekar dengan muridnya, dia pun mencoba masuk ke dunia mereka pelan-pelan. Dengan mengajak bercanda selayaknya teman dekat dan tidak menutut respect yang berlebihan adalah cara yang menurutnya cukup pas dan saat ini sedang dilakukan olehnya.
Berkarya itu tidak mengenal gelar dan usia. Asalkan ada salah orang yang punya cukup pengalaman  dan adanya keinginan untuk berkembang bersama-sama, hal sesederhana ini bisa menjadi sebuah kebaikan yang layak untuk disebarluaskan. Karena kebaikan tak melulu diwujudkan dengan uang yang disumbangkan, tapi tentang bagaimana kita bisa menajdi berguna untuk orang lain.
Dari pengalaman Damas yang bisa kita petik ada banyak hal. Mengesampingkan ego dan tidak termakan oleh prestige gelar sekolah di luar negeri bisa diwujudkankepada hal yang lebih positif. Karena #BaikItuNyata memang benar adanya, dan kamu pun yang punya kebaikan lainnya bisa menyebarluaskan dan mengajak oranglain untuk ambil bagian di sana.
Bersama Minute Maid Pulpy Orange, yuk sebarkan kebaikan menurut versimu yang ingin sebarkan dan bagikan ke orang lain. Dari hal sesederhana mengajak orang untuk lebih peduli dengan memungut sampah yang berserakan di sekitarmu misalnya. Atau hal-hal baik dan besar lainnya. Tentang ajakan membuat karya sebanyak-banyaknya bersama anak-anak SMK Raden Umar Said dan terus belajar dan mengembangkan diri adalah kebaikan dari Damas. So, let’s create and create! Yuk create hal baik lainnya!