Persaingan bisnis Amazon vs Alibaba | illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Dulu kalau mau beli barang secara online di luar negeri, prosesnya cukup ribet, biayanya mahal, dan pengirimannya pun sangat lama. Namun, beberapa tahun terakhir, belanja online dengan jangkauan internasional sudah sangat mudah dan murah. Kemajuan belanja online, pengiriman atau perpindahan barang dalam skala internasional saat ini nggak lepas dari pengaruh e-commerce raksasa dunia seperti Amazon dan Alibaba.
Kalau menurut Global Data, e-commerce terbesar di dunia diduduki Amazon di nomor pertama dan Alibaba di urutan kedua. Meski bersaing secara sengit, sebenarnya kedua raja e-commerce ini memiliki pendekatan dan model bisnis yang berbeda. Namun namanya juga bisnis, meski punya proses dan strategi yang berbeda, tujuan keduanya pun tetap sama, yakni mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Apalagi sama-sama membidangi e-commerce, otomatis keduanya pasti bersaing untuk menunjukkan kedigdayaan masing-masing.
Tapi kalau dilihat dari susut pandang kita sebagai konsumen, yang lebih hebat bukan dari keuntungan mereka. Namun, dilihat dari yang bisa kirim barang lebih cepat duluan, kan?~ Jika kamu seorang pebisnis yang memiliki saingan sengit seperti Amazon dan Alibaba, apa yang akan kamu lakukan? Yuk coba kita simak seberapa kehebatan mereka dan proses yang mereka jalani untuk mengembangkan bisnis masing-masing.
ADVERTISEMENTS
Berasal dari dua belahan dunia yang berbeda, jangkauan bisnis Amazon dan Alibaba sudah mencapai seluruh pelosok dunia
Amazon didirikan oleh Jeff Bezos pada tahun 1994 di Bellevue, Washington, Amerika Serikat dan mulai beroperasi sepenuhnya pada tahun 1995. Sejak awal berdiri, Amazon fokus pada toko ritel buku dan kaset online. Amazon berhasil mendapat penjualan tertinggi pada 1997 dengan meraup keuntungan sekitar 500 ribu dolar. Setelah itu Bezos mengembangkan Amazon sehingga terus maju pesat dengan menjual barang elektronik, perangkat lunak video game, pakaian, furtnitur, makanan, mainan, perhiasan dan sebagainya.
Sementara itu, Alibaba didirikan pada tahun 1999 oleh Jack Ma dan teman-temannya di Cina. Sejak awal berdiri, Alibaba sudah fokus untuk menjadi e-commerce global untuk membantu eksportir, pabrik dan pengusaha di Tiongkok supaya bisa menjangkau pasar internasional. Bahkan saat ini Alibaba sedang mengincar pasar di Amerika, di mana saingannya, Amazon yang sudah menjadi raja di sana. Di balik upaya tersebut, Alibaba butuh waktu 15 tahun hingga bisa sebesar dan berpengaruh di dunia e-commerce seperti saat ini.
ADVERTISEMENTS
Secara pendapatan per tahun, Alibaba memang masih jauh di bawah Amazon. Namun secara pertumbuhan bisnis, Amazon kalah jauh dengan Alibaba
Persaingan Amazon dan Alibaba| illustation by Hipwee
Melansir dari Forbes, keuntungan Amazon dan Alibaba melonjak pada kuartal ketiga tahun 2020 atau saat pandemi Covid-19 berlangsung. Amazon memiliki mendapatan 280 miliar dolar dan Alibaba 72 miliar dolar atau kurang dari sepertiga penghasilan saingannya. Namun, itu adalah angka pendapatan saja, jika dilihat dari pertumbuhan bisnisnya, Alibaba lebih unggul yakni sebanyak 37,5 persen sementara Amazon hanya 14,6 persen. Hal ini ada kemungkinan dipengaruhi oleh kantor cabang masing-masing di mana Amazon memiliki cabang atau gudang induk di 100 negara sementara Alibaba memiliki cabang di 200 negara. Kendati demikian, keduanya memang sedang bersaing dengan pendekatan dan model bisnis masing-masing untuk merajai e-commerce dunia.
Mengapa pendapatan Amazon lebih tinggi dan pertumbuhan bisnisnya lebih rendah dari Alibaba? Coba kita lihat strategi dan model bisnis yang mereka gunakan.
Jika digambarkan dalam sebuah persaingan, Amazon dan Alibaba bukan bertarung untuk menjadi siapa yang paling kuat, tapi keduanya berlomba untuk membuktikan siapa yang paling cepat mencapai target mereka. Sebab, secara pendekatan dan model bisnis keduanya berbeda, alias memiliki lintasannya masing-masing meski tetap dalam satu tujuan yakni meraih keuntungan terbesar di dunia e-commerce. Amazon merupakan penyedia barang baru dan bekas yang dikirim langsung kepada pembeli dari gudangnya. Sementara Alibaba beroperasi sebagai perantara penjual dan pembeli di ritel online mereka.
ADVERTISEMENTS
Model bisnis Amazon
Salah satu gudang induk Amazone | Credit by Mdien-gbr on Commons Wikimedia
Melansir dari Investopedia, sebagai e-commerce yang menyediakan barang baru dan bekas langsung dari gudangnya sendiri, Amazon juga memiliki pengecer atau mitra yang membeli barang untuk dijual kembali. Barang yang dijual kepada mitra biasanya barang yang langka dan dijual dengan harga tinggi, tapi mereka bisa membelinya dengan harga lebih miring di Amazon. Hal ini merupakan strategi supaya perputaran barang lebih cepat sehingga nggak terlalu lama di dalam gudang.
Selain itu, Amazon yang memiliki ratusan gudang induk di 100 negara membuatnya melebarkan sayap penjualan dengan mengincar pasar-pasar terdekat dari gudang mereka. Hal ini memungkinkan Amazon untuk mengirimkan barang lebih cepat kepada konsumen ke seluruh dunia. Barang yang mereka sediakan pun menyesuaikan kebutuhan penduduk di negara tempat gudang mereka berada. Sehingga upaya Amazon untuk memenuhi kebutuhan konsumen terwujud dari banyaknya gudang induk yang mereka bangun.
Jika dilihat dari model bisnisnya, Amazon lebih fokus dengan pola Business to Consumer (B2C). Hampir semua aplikasi Amazon pun secara langsung menghubungkan pelanggan kepada barang di dalam etalase dan melakukan pengiriman langsung dari gudangnya sendiri.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Model bisnis Alibaba
Salah satu kantor Alibaba di Xiong’an | Credit by N509FZ on Commons Wikimedia
Sebagai e-commerce yang bertindak sebagai perantara pembeli dan penjual secara online dan memfasilitasi penjualan barang melalui situsnya yang luas. Taobao merupakan salah satu situs terbesar yang beroperasi sebagai pasar bebas biaya. Namun, bagi penjual di Taobao bisa membayar untuk mendapatkan peringkat lebih tinggi di mesin pencarian internal situs, sehingga pendapatan Alibaba berasal dari iklan para penjual.
Selain Taobao yang ditujukan untuk pedagang kecil, Alibaba juga menyasar pedagang besar seperti Dap (GPS), Nike, Apple melalui Tmall. Meski produk Alibaba nggak sebanyak Amazon, tapi Alibaba punya cabang lebih banyak. Banyaknya cabang di berbagai negara membuat Alibaba semakin mudah menyasar pengguna dan melakukan pengiriman barang dengan lebih cepat. Bahkan, mulai tahun 2017 Alibaba sudah masuk kawasan Asia Tenggara.
Melansir dari Forbes, selain menjadi raja e-commerce, Alibaba juga mengambil kesempatan pasar fisik alias gerai ritel yang dikenal dengan Hema. Ada 150 gerai di 21 kota di Cina yang dianggap sebagai gerai offline paling berteknologi di industri ini. Bahkan tekonologi yang digunakan mengungguli Amazon Go dan disebut sebagai gerai ritel paling futuristik di dunia. Kesempatan ini diambil Alibaba karena kebiasaan belanja di gerai langsung tetap menjadi primadona bagi sebagian besar masyarakat.
Jika dilihat dari model bisnisnya, Alibaba nggak hanya fokus dengan pola Business to Business (B2B) saja. Melalui Hema, ternyata Alibaba juga mengembangkan pola B2C untuk memperluas pasarnya. Hal inilah yang membuat Alibaba memiliki pertumbuhan bisnis yang pesat daripada Amazon meski pendapatannya masih tertinggal jauh.
Pengaruh persaingan bisnis Amazon dan Alibaba di Indonesia sempat menuai protes dari pemerintah dan pecinta produk lokal
Salah satu imbas kebesaran Amazon dan Alibaba yang mengusai pasar di berbagai negara adalah masuknya barang impor ke Indonesia dan menggeser produk lokal di e-commerce. Apalagi pada tahun 2017, Alibaba sempat menyuntikkan dana miliaran rupiah pada 2 e-commerce terbesar di Indonesia. Hal tersebut sempat menimbulkan gejolak dan berujung protes setelah terungkap data bahwa hanya ada 6-10 persen produk lokal di e-commerce Indonesia pada tahun 2018. Kebanyakan barang yang dijual berasal dari luar negeri dan didominasi dari Cina. Sementara itu, di tengah krisis ekonomi karena pandemi pemerintah didukung masyarakat pendukung produk lokal mulai membuat kebijakan bahwa e-commerce harus menyediakan 60 persen produk lokal di tahun 2021.
Menarik sekali sih sebenarnya melihat persaingan dua raksasa ini, karena bisa jadi barang-barang yang kita pakai sekarang ya berasal dari produk atau jasa yang mereka sediakan. Siapa ya yang kira-kira akan lebih unggul dalam 5 atau 10 tahun mendatang? Atau akan adakah pemain baru yang jauh lebih inovatif dan bisa mengirimkan barang dengan lebih cepat ke seluruh dunia? Kita lihat aja nanti~
Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.