Sebagian kamu yang bermimpi tinggi untuk bisa menetap di luar negeri, mungkin akan sibuk berburu beasiswa sebagai tiket untuk menuju ke sana. Namun ketika kamu memutuskan untuk berburu beasiswa, kamu harus menunjukkan semangat yang di rerata orang kebanyakan lantaran pesaingnya yang banyak. Sebenarnya kalau kamu mau sedikit jeli mencari peluang, kesempatan untuk menetap di luar negeri bisa kamu raih dari banyak jalan. Salah satunya dengan memberanikan diri untuk membuka bisnis di negari orang. Memang, untuk berbisnis di negeri orang dibutuhkan kegigihan. Tapi itu bukanlah sesuatu yang mustahil kok.
Seperti yang dilakoni oleh 8 orang Indonesia ini yang berani mengadu nasib ke negeri orang sebagai pengusaha kuliner. Dengan berbekal kegigihan dan kesiapan yang matang, mereka memberanikan diri untuk mencari peruntungan sekaligus menjadi duta budaya yang mengenalkan kuliner nusantara di negeri orang.
ADVERTISEMENTS
1. Budi Santoso dengan Warung Adji-nya di Amsterdam, punya konsumen tetap dari Turki dan Maroko lantaran warung Indonesia identik dengan makanan halal
Kalau sewaktu-waktu kamu berkunjung ke Belanda dan kangen masakan Indonesia, nggak perlu khawatir harus mencari ke mana. Karena di negeri Kincir Angin ini banyak bertebaran restoran dan warung makan Indonesia. Salah satunya adalah Warung Adji di Amsterdam yang menyediakan masakan Indonesia. Konsepnya Warung Adji sendiri adalah warung makan yang dalam bahasa Belanda eethuis. Menu yang disajikannya pun mirip dengan yang biasa disajikan warteg di Indonesia, dari rendang, telur balado, hingga mie goreng sebagai pelengkap. Bisa dibilang autentik Indonesia banget.
Ternyata pelanggannya nggak cuma orang Indonesia dan Belanda aja, Guys, tapi juga pelanggan dari Turki dan Maroko. Hal tersebut dikarenakan mereka mencari warung makan yang halal. Nah, kebetulan banget Warung Adji ini hanya menjual masakan halal. Kamu bisa mengikuti jejak Budi yang jeli mencari peluang di negeri orang, yakni dalam hal memanfaatkan kesempatan akan kebutuhan makanan halal di Eropa. Berbisnis nggak hanya sekadar mencari materi, tapi juga mengenalkan kuliner nusantara sekaligus ibadah lantaran hanya menjajakan masakan halal.
ADVERTISEMENTS
2. Maria Utomo, dengan Warung Isakuiki-nya – punya misi mengenalkan kuliner indonesia di Belanda! Karena kuliner Indonesia nggak cuma sate, bakmi, dan gado-gado!
Seperti halnya Warung Adji, Isakuiki juga tergolong eethuis (warung makan) di Belanda. Terletak di Den Haag, warung makan milik Maria Utomo ini menjajakan makanan Indonesia yang otentik banget, bahkan cenderung menjajakan menu yang nggak ada di warung Indonesia lainnya. Misalnya saja lontong cap gomeh, sambel goreng krecek, sambel goreng labu siem, bebotok ayam, gado-gado, karedok, hingga ketoprak.
Maria ingin agar orang Belanda yang menjadi pelanggannya, mengenal masakan Indonesia yang beragam. Bahwa masakan Indonesia itu nggak hanya sate, bakmi, atau gado-gado. Karenanya saat ada pelanggannya yang hanya menyantap gado-gado saja, ia berusaha mengenalkan juga ragam menu lain yang agak mirip, seperti karedok dan ketoprak. Biar pengetahuan pelanggannya tersebut tentang masakan Indonesia jadi lebih luas. Wah, misi dari Maria ini bisa ditiru nih, Guys!
ADVERTISEMENTS
3. Firdaus, sukses berjualan masakan padang di London dengan marketingnya yang cuma dari mulut ke mulut
Di Indonesia saja masakan Padang bisa ditemukan di mana-mana. Dari Sabang sampai Merauke, kalau lagi kangen sama rendang atau ayam pop, kamu tinggal lari ke warung makan Padang. Nah, kalau di Inggris gimana ya? Nggak usah bingung, karena di ibukotanya terdapat sebuah warung makan padang bernama Warung Padang London di Chinatown, Leicester Square yang tenar di kalangan orang Indonesia dan non-Indonesia sekalipun. Pemiliknya bernama Firdaus Bustamam, akrab dipanggil Aa.Warung Padang London ini pelanggannya nggak cuma orang Indonesia atau bahkan artis Indonesia yang tengah berkunjung ke London saja, tapi juga warga negara lain.
Kamu pasti bakal ngira kalau promosinya gede-gedean, sayangnya dugaanmu salah tuh. Aa mempromosikan warungnya justru dari mulut ke mulut. Kamu bisa mengikuti jejak Aa nih untuk mempromosikan bisnis kulinermu di luar negeri dengan cara yang konvensional. Tapi, kamu harus bisa menjaga kualitas rasanya agar tetap autentik di tengah sulitnya mencari bumbu khas nusantara di luar negeri.
ADVERTISEMENTS
4. Martin Sonny Setiantoko – menjajakan sate dan kuliner nusantara lainnya pakai food truck di Washington DC. Wah, kuliner nusantara makin naik level ya..
Apa yang dilakoni oleh Martin Sonny ciamik banget untuk ditiru. Idenya terbilang brilian lantaran menjajakan sate dengan food truck di Washington DC, Amerika Serikat. Wah, kalau biasanya di Indonesia sate dijajakan dengan gerobak keliling atau warung tenda kaki lima, di ibukota negeri Paman Sam tersebut, sate dijajakan dengan food truck. Bukti bahwa popularitas sate mulai naik level dan mendunia.
Adapun menu yang dijajakan oleh Martin di food trucknya tak hanya sate, tapi juga ada mie ayam, nasi, campur, dan rendang. Kesemua menu itu disukai oleh pelanggannya yang nggak hanya orang Indonesia, tapi juga orang-orang bule. Wah, bangga deh, sate jadi mendunia.
ADVERTISEMENTS
5. Edy Ongkowijaya, memulai bisnis ayam penyet dari Negeri Singa. Usaha ayam penyetnya berkembang hingga 52 outlet di 5 negara!
Buat kamu yang bingung ingin membuka bisnis apa di luar negeri, mungkin bisa meniru jejaknya Edy Ongkowijaya yang berhasil memasuki pasar kuliner 5 negara dengan outlet ayam penyetnya – D’ Penyetz. Yup, dengan menjajakan menu berbahan utama ayam, karena ayam disukai oleh banyak orang.
Terinspirasi dari kesuksesan KFC di berbagai negara, Edy pun optimis bisnis ayam penyetnya bisa mendunia. FYI nih, Guys, Edy memulai bisnis ayam penyetnya bukan di Indonesia, melainkan di Singapura pada tahun 2008 dengan nama awal Dapur Penyet. Saat ini, D’Penyetz sudah memiliki 52 outlet di 5 negara, yakni di Singapura, Indonesia sendiri, Malaysia, Brunei, dan Myanmar.
ADVERTISEMENTS
6. Muzayyin, kuliah sembari berbisnis kuliner di negeri Kanguru. Misinya ingin mengenalkan kuliner Makassar di Australia!
Kesempatan melanjutkan studi di negeri orang tak hanya dimanfaatkan oleh Muzayyin untuk menelan teori perkuliahan semata. Muzayyin memanfaatkan waktunya selama menetap di negeri Kanguru juga dengan berbisnis kuliner. Yakni kuliner asal tanah kelahirannya, Bugis – Makassar. Warung makannya khusus menajajakan kuliner Makassar tersebut diberi nama Lontara Coto Makassar & Culinary.
Tak hanya sekadar berbisnis kuliner, Muzayyin juga punya misi untuk mengenalkan budaya Bugis – Makassar ke dunia internasional. Adapun menu yang dijajakan tak hanya coto Makassar, tapi juga ada Pallubutung, Pallubasa, dan Sop Saudara. Berani mengikuti jejak Muzayyin untuk menimba ilmu sembari berbisnis di negeri orang?
7. Yannie Kim, orang Indonesia yang pernah satu frame drama dengan Kim Tae Hee ini sekarang buka warteg di Busan – Korea Selatan lho!
Sempat bikin heboh pencinta drama Korea di Indonesia karena bisa satu frame dengan Kim Tae Hee dan Joo Won, Yannie Kim – perempuan Indonesia yang sudah menetap 16 tahun di Korea Selatan tersebut sekarang membuka warteg di Busan. Perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Mrs Korea World Best Talent pada tahun 2012 lalu ini, menamai wartegnya dengan Warteg Gembul.
Yannie bertekad untuk mempopulerkan kuliner Indonesia di Korea Selatan, jadi tak hanya kimchi atau bibimbap saja yang terkenal di tanah air. Sebaliknya, Yannie ingin rendang dan nasi goreng tenar di Korea Selatan. Wah, salut deh buat Yannie yang bertekad untuk mengenalkan kuliner nusantara di negeri Ginseng! Annyoeng!
8. Rustono, berhasil jadi juragan tempe di Jepang setelah belajar bikin tempe selama 3 bulan dari 60 pengrajin tempe di Indonesia! Bukti bahwa keberhasilan tak bisa diraih dengan cara yang instan!
Satu lagi nih orang Indonesia yang sukses berbisnis makanan di luar negeri. Adalah Rustono pria asal Grobogan – Jawa Tengah yang berhasil berbisnis tempe di Jepang. Ia yang melabeli usahanya dengan nama Rusto’s Tempeh tersebut mampu memasarkan tempenya ke seluruh pelosok Jepang, dari swalayan hingga rumah sakit. Setidaknya setiap lima hari, Rusto bisa memproduksi 16 ribu bungkus tempe.
Berkat keberhasilan bisnisnya, kini Rusto mampu membeli tanah seluas 4000 meter persegi yang rencananya akan dijadikan sebagai pabrik guna memproduksi tempenya. Selama ini ia memproduksi tempe di rumahnya. Kesuksesan yang kini diraih Rusto tak serta merta didapatnya dengan instan, sebelum memulai bisnisnya, setidaknya ia lebih dulu mendalami ilmu membuat tempe selama 3 bulan dari 60 pengrajin tempe di Indonesia. Pelajaran yang bisa kita petik dari Rusto: riset dan persiapkan dengan matang lebih dulu bisnismu sebelum memulainya.
Semoga 8 orang di atas, menginspirasimu untuk berani membuka bisnis di negeri orang. Karena mimpi untuk menetap di luar negeri tak melulu hanya bisa dicapai dengan beasiswa, tapi juga dengan jalan membuka usaha. Usaha apa nih yang tertarik untuk kamu lakoni?