Apa yang kamu lakukan ketika membuka media sosial, lalu mendapati atasanmu di kantor mengirim request pertemanan? Senang? Panik? Biasa saja? Buru-buru sign out? Terima pertemanan dengan santai lalu menyapa dengan elegan?
Bos tetaplah bos. Mau di dunia nyata ataupun di dunia maya, sosok bos selalu punya pengaruh unik untuk hidupmu. Di satu sisi, berteman dengan atasan di media sosial bisa membawamu pada hubungan yang lebih dekat dengan atasan. Selanjutnya, kamu punya kesempatan untuk masuk dalam network kerja yang menguntungkan. Namun di sisi lain, ada beberapa hal ini yang mungkin membuatmu mengurungkan niat untuk berteman dengan atasan di media sosial.
ADVERTISEMENTS
1. Setelah digempur pekerjaan di dunia nyata, media sosial adalah tempatmu melarikan diri. Masa iya, kamu mau bertemu bos juga di sana?
Melewati hari kerja dengan segudang pekerjaan yang membuatmu sakit kepala, kamu butuh melarikan diri sejenak dari segal hal yang berkaitan dengan kantor. Media sosial adalah salah satu tempat yang bisa kamu pakai untuk melarikan diri. Kamu bisa melupakan soal pekerjaan dan membahas apapun yang kamu inginkan. Kamu juga akan bertemu teman lama, teman baru, maupun sahabat baik sehidup semati, terbebas dari klien yang seenaknya, rekan kerja, ataupun atasan yang menyebalkan. Berteman dengan atasan di media sosial, bukankah akan membuatmu kehilangan tempat pelarian?
ADVERTISEMENTS
2. Kalau atasan posting kehebatan perusahaan, kamu dilema. Mau nggak ‘like’ nggak enak, mau ‘like’ kamu enggan memenuhi timelinemu dengan soal perusahaan
Katakanlah kamu sudah berteman dengan atasan. Sebagai pengambil kebijakan perusahaan, atasanmu pasti pernah sekali atau dua kali (atau setiap hari), membagikan segala aktivitas perusahaan di media sosialnya. Baik momen memanggakan ataupun info-info yang tidak terlalu penting lainnya. Sebagai bawahan yang baik, kamu pasti merasa perlu me-retweet atau me-repostnya. Takutnya bila kamu cuek-cuek saja mengabaikan postingan atasan, dia akan mempertanyakan loyalitasmu pada perusahaan. Padahal kamu tidak mau teman-temanmu di media sosial merasa tengganggu dengan postingan tentang kantormu. Mereka nggak mau tahu soal itu ‘kan?
ADVERTISEMENTS
3. Berteman dengan bos, mau nggak mau kamu harus mulai menjaga sikap. Postinganmu harus difilter dengan ketat, supaya reputasimu tetap terjaga
Selain kamu merasa perlu meninggalkan ‘like’ di semua postingannya sebagai wujud penghormatan, mau tidak mau kamu juga akan kehilangan ruang gerakmu. Kalau dulu kamu bisa posting segala hal, termasuk kekonyolan-kekonyolan yang selama ini nggak kamu perlihatkan kepada teman-teman kantor, sekarang kamu harus ekstra hati-hati. Foto-foto kegilaanmu dengan teman-teman pun harus kamu sembunyikan. Kamu juga nggak bisa lagi asal bicara mengomentari suatu peristiwa. Kamu harus paham betul teknik pencitraan. Supaya apa? Tentu saja supaya reputasimu terjaga.
ADVERTISEMENTS
4. Tak masalah bila bosmu menyenangkan, bisa memisahkan soal pekerjaan dengan kehidupan personal. Kalau tidak? Salah omong sedikit bisa jadi bumerang
Karakter atasanmu sehari-hari juga bisa menjadi pertimbangan apakah kamu harus berteman dengannya di media sosial atau tidak. Bila sehari-hari atasanmu adalah sosok yang menyenangkan, tidak membuatmu tertekan secara mental, serta tahu benar bagaimana memisahkan pekerjaan dengan kehidupan personal, tidak masalah bagimu untuk menjalin pertemanan di dunia maya. Toh, dengan begitu, kamu akan semakin dekat dengannya. Tapi bila karakter atasanmu adalah sebaliknya, tentu kamu mengerti pilihan mana yang lebih bijak. Ya nggak?
ADVERTISEMENTS
5. Terkadang bosmu sengaja mengikuti akun medsosmu untuk mencari tahu kepribadianmu. Kamu mau dimata-matai begitu?
Untuk atasanmu, selain untuk mendekatkan hubungannya dengan para bawahan, berteman di media sosial juga bisa menjadi cara untuk mematai-matai kamu. Tentunya perusahaan ingin tahu dong kepribadianmu yang sesungguhnya seperti apa. Siapa tahu selama ini kamu hobi curhat tentang kekacauan kantor di media sosial. Nah, kecuali kamu ingin hidupmu dimata-matai, nggak berteman dengan atasan di media sosial tentu menjadi pilihan yang bijak.
ADVERTISEMENTS
6. Karena kamu juga manusia biasa, kadang kamu ingin mengeluh di media sosial. Keceplosan ngeluh di medsos tentang kerjaan, bisa mengundang mara bahaya
Akuilah bahwa kamu manusia biasa. Ketika kamu sedang stres, begitu banyak uneg-uneg di hatimu, tapi kamu nggak punya teman, maka ke media sosial lah kamu berlari. Meski nggak ada teman yang menghiburmu atau meyakinkanmu semua akan baik-baik saja, setidaknya kamu bisa mengeluarkan semua uneg-unegmu kepada siapapun. Bukan sekadar untuk mencurahkan isi hati, tapi bisa juga untuk mengkritisi sebuah sistem. Salah satunya mungkin soal pekerjaan. Siapa tahu, saking stresnya, kamu sampai lupa kalau kamu berteman dengan atasanmu, lalu kamu curhat soal betapa menyebalkannya atasanmu. Tebak apa yang terjadi selanjutnya?
Berteman dengan atasan di media sosial memang ada sisi negatif dan positifnya. Di satu sisi, bila kamu bisa bermain cantik, dan tahu apa yang boleh dan tidak boleh diumbar di media sosial, kamu akan mendapat manfaat dari berteman dengan atasan. Tapi kalau kamu cenderung menjadikan media sosialmu sebagai buku diary, lebih baik jangan.
Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me!