Menabung identik dengan yang namanya menyimpan uang di bank. Nggak heran sih, dari kecil kita sudah didoktrin untuk rajin menabung karena merupakan pangkal kekayaan. Orangtua juga sering menasehati agar uang jajan kita disisihkan sebagian untuk ditabung, kalau sudah banyak bisa buat beli sepeda atau mainan.
Nggak ada yang salah, tapi zaman semakin berkembang dan tren juga berubah. Sekarang ini, banyak orang tak lagi menabung dalam bentuk uang, tapi beralih ke emas sebagai bentuk investasi. Bukan emas perhiasan lho, tapi emas batangan. Jangan bayangkan emas yang dimaksud adalah yang ukurannya besar seperti di film-film. Menabung emas bisa dimulai dari yang paling kecil seukuran 0.01 gram dan mulai dari harga di sekitaran Rp. 5.000 saja! Wah, menggiurkan bukan?
Nah, kali ini Hipwee Sukses memberikanmu 4 alasan yang jadi bukti kuat bahwa menabung emas memang lebih menguntungkan daripada uang. Yuk, kita pelajari sama-sama!
ADVERTISEMENTS
1. Menabung uang memang mendapatkan bunga. Tapi bunganya ternyata sangatlah kecil
Menabung uang di bank memang dijanjikan mendapatkan bunga tiap bulannya. Tapi tahukah kamu bahwa bunga yang didapatkan ternyata sangatlah kecil. Menurut data terbaru di tahun 2017 ini saja, salah satu bank BUMN Indonesia memberikan bunga hanya sebesar 4,25Â % pada tabungan deposito 1 juta s/d 50 juta rupiah. Tidak berbeda jauh dengan beberapa bank swasta dengan jumlah bunga yang sama. Kalau kamu tetap menganggap itu besar, bagaimana dengan nilainya pada 2 sampai 5 tahun mendatang? Apa nilai sebesar itu akan tetap sama besarnya dengan yang sedang terjadi saat ini?
ADVERTISEMENTS
2. Jawabannya tentu tidak, karena adanya efek inflasi rupiah yang tiap tahun justru semakin naik
Inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinyu, dibarengi dengan proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Gampangnya begini, harga sebungkus mie instan tahun ini tidak akan sama dengan harga mie instan tahun depan. Begitu juga dengan harga makanan pokok lain seperti beras, tepung dan lain sebagainya. Belum lagi jasa cukur rambut atau ojek online yang juga bisa dipastikan akan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Contoh faktanya, kalau kamu punya niatan untuk membeli rumah atau beribadah haji dan menabung uang di bank, rasa-rasanya akan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terkumpul sampai pada budget yang diinginkan karena akan berpengaruh terhadap inflasi. Mengapa? Karena harga rumah dan ONH selalu naik setiap tahun sementara deposito kita justru terus berkurang karena inflasi jauh lebih besar dari bunga deposito.
ADVERTISEMENTS
3. Jadi, bisa dibilang nilai rupiah tak ada apa-apanya dibanding harga emas yang cenderung naik dan tidak terpengaruh oleh inflasi
Sebagai ilustrasi, jika pada tahun 1999 harga sebuah mobil sekitar Rp. 229 juta rupiah dan setara dengan 2,7 kg emas yang saat itu bernilai Rp. 85.000 per gram, bayangkan apa yang terjadi pada 10 tahun kemudian. Yap, di tahun 2009, harga emas adalah sebesar Rp. 350.000 per gram. Kalikan saja dengan 2,7 kg emas yang dipunyai. Hasilnya menjadi sekitar Rp. 945 juta atau hampir 1 milyar! Itu berarti kita bisa membeli 2 mobil meski harga mobil tersebut sudah naik menjadi Rp 390 juta.
Sebagai catatan, sejak 2001 harga emas naik pada kisaran 20-37% dan tidak terpengaruh oleh inflasi. Makin mantap ‘kan untuk menabung emas?
ADVERTISEMENTS
4. Investasi memang banyak bentuknya, tapi emas bisa dibilang paling menguntungkan karena bebas pajak dan mudah dicairkan
Tidak seperti tanah atau bangunan yang sudah pasti dikenakan pajak, emas batangan ternyata bebas dari pajak, lho. Bukan berarti kemudian tidak ada untungnya untuk investasi dalam bentuk lain. Karena tanah ataupun properti lain juga menjadi bentuk investasi yang tak kalah menjanjikan. Tapi, tetap saja dari segi likuiditas (mudah dicairkan), emas jelas lebih oke dibanding bentuk investasi lainnya. Kalau memang sedang ada kebutuhan mendesak, kamu bisa mencairkan emas sebanyak yang dibutuhkan. Membelinya pun bisa dicicil dari ukuran emas paling kecil.
Nah, jika kamu juga berniat membeli tanah, ruko, apartemen atau bentuk properti lainnya, tabung dulu uangnya dalam bentuk emas. Sudah tahu ‘kan kalau nilainya tak akan turun. Jika nilai emas sedang naik, bisa kemudian ditukar dengan uang untuk dibelikan tanah. Lebih tepat guna, ‘kan?
Keputusan akhir tetap ada di tanganmu. Namun, investasi ditujukan bukan untuk kebutuhan jangka pendek, melainkan menjadi simpanan untuk jangka panjang. Maka dari itu, perhitungkan baik-baik untung ruginya. Kalau ada emas yang ternyata memang dirasa lebih menjanjikan, mulai sekarang kamu bisa berinvestasi emas. Beberapa bank swasta maupun BUMN sudah menerima layanan menabung atau kredit emas. Tentunya ini sangat membantu untukmu yang memiliki gaji dengan nominal yang belum begitu besar. Selamat mencoba ya!