“Nabung buat beli rumah? Belum butuh lah, toh gue masih single dan tinggal sama orang tua. Nanti aja nabungnya kalau udah mau nikah. Hehehe.”
Di usia yang masih muda, kita mungkin akan berpikir demikian. Menganggap bahwa perkara membeli rumah bukanlah hal yang harus disegerakan, sehingga soal menyiapkan dana tabungan untuk rumah impian pun belum ada dalam pikiran. Bahkan, bisa jadi kita justru lebih tertarik menyisihkan uang untuk kebutuhan lain, misalnya traveling ke luar negeri atau membeli kendaraan pribadi.
Padahal, rumah adalah kebutuhan yang cepat atau lambat memang harus kita penuhi. Meski bukan saat ini, toh kelak kita pun akan punya keluarga sendiri. Terlebih, dalam hal kepemilikan materi, rumah juga dijadikan penanda kesuksesan atau keberhasilan seseorang.
Nah, tak perlu ragu untuk segera memiliki rumah sendiri. Jangan pula ciut mental atau mengurungkan niat setelah melihat harga-harga rumah yang terbilang tinggi. Bukan berarti tak bisa membeli, kita hanya harus mulai menabung sejak saat ini.
ADVERTISEMENTS
1. Jumlah penduduk terus bertambah dan semuanya butuh rumah. Perkara mencari tanah kosong yang bisa dibangun rumah kini semakin susah
Daratan merupakan sumber daya yang jumlahnya senantiasa sama di bumi. Tanah yang kamu pijak kini pun jumlahnya terbatas. Sementara itu, jumlah penduduk bumi dari tahun ke tahunnya akan terus bertambah. Tentunya, ini mengakibatkan munculnya masalah yang kaitannya dengan tempat hunian. Jika luas daratan atau tanah di suatu wilayah tidak bisa beranak-pinak, orang-orang akan semakin kesulitan untuk punya tempat tinggal.
Coba saja sekarang kamu cari tanah untuk dibangun rumah yang letaknya di pusat kota. Pasti susah banget ‘kan? Kalau pun ada yang cocok, tentu harganya akan sangat-sangat mahal. Kalau sekarang saja harganya sudah membumbung tinggi, bagaimana nanti saat kamu siap berumah tangga dan memiliki rumah sendiri?
ADVERTISEMENTS
2. Menabung agar bisa segera membeli rumah sendiri tak akan membuatmu merugi. Justru inilah salah satu cara berinvestasi yang layak kamu lakoni
Pilihan ini sangat tepat bagi kamu yang punya jiwa wirausaha yang tinggi. Kamu yang telah berhasil mengumpulkan uang, bisa segera membeli atau membangun rumah. Setelahnya, kamu bisa membuat uangmu itu bekerja untuk kamu.
Caranya? Tinggal pilih saja, jadikan rumahmu sebagai kos-kosan mahasiswa atau pekerja, dikontrakan, atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Tenang saja, kebutuhan manusia akan hunian tidak akan pernah ada habisnya. Terlebih dengan semakin terbatasnya jumlah tanah di perkotaan. Investasimu terhadap rumah tersebut akan menjadi hal yang cukup menjanjikan di masa depan.
ADVERTISEMENTS
3. Perusahaan atau instansi tempatmu bekerja bisa jadi memberikan fasilitas berupa rumah dinas. Tapi, masa kerjamu pasti ada akhirnya dan fasilitas yang kamu dapat kelak harus dikembalikan pada pemiliknya
Alangkah menyenangkannya apabila kamu bekerja pada suatu perusahaan atau instansi yang memberikan banyak fasilitas. Sudah gaji besar, rumah dinas pun dapat. Namun, jangan terlena dengan fasilitas rumah dinas tersebut.
Rumah dinas yang kamu dapatkan berfungsi untuk mengapresiasi sekaligus mendukung kelancaran kamu bekerja di perusahaan atau instansi tadi. Seandainya kamu sudah tidak bekerja di tempatmu kini bekerja, maka fasilitas tersebut juga akan dicabut. Mungkin kamu hanya akan mendapatkan uang pensiun atau pesangon saja dari tempatmu bekerja. Jika kamu tak mempersiapkan dana tabungan untuk membeli rumah sendiri, selanjutnya akan tinggal dimana?
ADVERTISEMENTS
4. Ketika sudah punya rumah sendiri, tak perlu kebingungan saat akan menggelar arisan atau acara kumpul dengan teman
Ibumu mungkin pernah kebingungan saat akan menggelar hajatan atau acara kumpul keluarga besar. Kamu pun kewalahan saat harus menampung teman-temanmu ketika ada acara kumpul bersama. Rumah orang tuamu bisa jadi sudah terlalu penuh barang atau lokasinya tak memungkinkan untuk dijadikan tempat berlangsungnya acara.
Nah, di saat inilah rumah yang kamu beli akan membawa manfaat. Kamu bisa menggunakan rumah barumu khusus untuk menggelar acara-acara yang membutuhkan tempat nan luas. Kamu pun dapat menghemat biaya karena tak perlu lagi menyewa gedung atau restoran sebagai tempat diselenggarakannya acara.
ADVERTISEMENTS
5. Rumah ibarat bekal utama bagi kamu yang ingin segera menikah dan berkeluarga
Setelah pernikahan, biasanya akan muncul pertanyaan-pertanyaan baru bagi kamu yang baru saja menikah. Misalnya,
“Nanti mau tinggal dimana? Akan tetap tinggal bersama salah satu orangtua atau memilih hidup terpisah? Jika memang tinggal bersama orang tua adalah satu-satunya pilihan, apakah ini etis? Bagaimana kalau nantinya justru jadi merepotkan orang tua?”
Yup, keputusan untuk tinggal bersama orang tua setelah menikah tentu akan banyak resikonya. Kamu dan pasanganmu harus berkompromi jika ada salah satu yang merasa tak nyaman tinggal dengan mertua. Apalagi setelah punya anak, kamu dan pasanganmu pun selayaknya menyiapkan rumah yang nyaman bagi mereka ‘kan?
ADVERTISEMENTS
6. Sah-sah saja jika kamu memilih mencari rumah kontrakan. Tapi coba hitung berapa banyak biaya yang harus kamu keluarkan setiap akhir bulan?
Baik membeli maupun menyewa rumah punya keunggulannya masing-masing. Kalau kamu ingin kenyamanan dan hak pribadi atas propertimu, membeli rumah bisa memberikan itu semua. Tapi jika kamu ingin membeli rumah namun modalmu belum ada, kamu bisa menyewa dan menikmati teduhnya rumah.
Sayangnya, menyewa rumah membuatmu terikat pada pihak pengontrak rumah. Setiap waktu tertentu, kamu harus menyetorkan sejumlah uang untuk melakukan pembayaran sewa kontrak. Coba pikir-pikir lagi, berapa banyak biaya yang harus kamu sisihkan setiap akhir bulan untuk membayar sewa rumah. Padahal, selain soal rumah, masih ada kebutuhan-kebutuhan lain yang harus terpenuhi. Seandainya saja kamu sudah punya sendiri, gaji bulananmu tentu tak akan terkuras untuk membayar sewa rumah.
7. Orang tuamu bisa jadi berbaik hati membelikan rumah atau meminjamkan modal. Namun jika kamu mantap berusaha sendiri, tentu beban mereka akan terasa lebih ringan
Meski kamu sudah dianggap mandiri dan orang lain menganggap orang tuamu sudah berhasil mengentaskanmu sebagai anak, percaya kalau orang tuamu akan masih memantau kehidupanmu. Mulai dari hal-hal sederhana seperti resep memasak, mengatasi anak yang rewel, hingga nasehat-nasehat finansial. Tak jarang juga ada orang tua yang masih mau memberikanmu biaya untuk membelikan rumah.
Diakui atau tidak, pasti akan muncul perasaan tidak enak. Bukankah seharusnya aku menjadi anak yang mandiri dan lepas dari ketergantungan orang tua, meski kenyataannya belum bisa juga? Daripada merepotkan dan menambah beban bagi mereka, bukankah lebih baik berjuang sejak sekarang? Mulai dari tindakan sederhana seperti menyisihkan sebagian uang dari gaji yang kamu dapat setiap bulan misalnya?
8. Rumah juga bisa jadi tempatmu merintis usaha yang kelak jadi tumpuan di masa tua
Saat tua nanti, ragamu akan semakin melemah. Apalagi jika kamu punya pekerjaan yang sehari-harinya berkutat di lapangan. Saat muda, kamu bisa mengabaikan rasa lelah. Namun saat usia sudah tak muda lagi, kamu akan jauh-jauh berpikir tentang kesehatan daripada perkara pekerjaan.
Karena itu pula, ada saatnya juga kamu akan pensiun dan menikmati hari-hari tuamu bersama keluarga. Untuk mengisi waktu senggang, beberapa di antaranya ada yang membuka usaha di rumah sendiri di rumah. Entah membuka toko kelontong, minimarket, katering, atau toko roti misalnya. Menyenangkan sekali ‘kan membayangkan punya usaha sendiri di rumah?
9. Sekalipun punya gaji yang tinggi, membeli rumah pribadi secara mendadak justru akan mengacaukan alur keuanganmu
Kamu yakin gajimu yang besar itu bisa langsung bisa dimanfaatkan untuk beli rumah? Kalau iya, bagaimana dengan aneka kebutuhanmu yang lain-lain? Biaya makan, transportasi, hiburan, belanja bulanan, dan sebagainya?
Yup, meski punya gaji yang tinggi, membeli rumah secara mendadak hampir pasti akan mengacaukan alur keuanganmu sendiri. Pasalnya, setiap bulan tentu kamu sudah punya beragam pengeluaran rutin yang harus dipenuhi. Mustahil jika seluruh gajimu harus dialokasikan untuk urusan membeli rumah sedangkan kebutuhanmu yang lain menjadi terabaikan.
10. Program KPR bisa jadi solusi bagi kamu yang ingin punya rumah sendiri. Tapi, siapkah kamu dengan segala persyaratan KPR yang rumit?
Untuk mengatasi kebutuhan manusia dalam memiliki hunian yang layak, beberapa bank kini telah membuka layanan Kredit Pemilikan Rumah atau KPR. Rumah impianmu dapat dibeli dengan biaya dari bank. Lantas kamu akan berusaha melunasi pembiayaan bank tersebut dengan mencicilnya setiap waktu tertentu. Kesannya, mengikuti KPR begitu menyenangkan dan mudah. Apalagi kamu tidak perlu membayar rumah impianmu secara cash dan langsung lunas.
Tapi tunggu dulu! Program KPR dari bank juga punya segenap persyaratan yang bisa dibilang ribet. Bila kamu punya kredit pada bank, maka catatan pembayaran atas kreditmu itu haruslah lancar. Waktu pembayarannya pun dipertimbangkan, apakah tepat waktu atau terlambat. Ada pula beberapa profesi yang pada bank tertentu tidak dapat diterima oleh bank penyedia program KPR. Selain itu, persyaratan administrasi juga mutlak untuk kamu penuhi.
11. Bagi kamu yang masih single, tinggal di kos akan terasa cukup nyaman. Ketika sudah punya pendamping hidup, kalian pasti memimpikan rumah idaman
Suatu saat nanti, kamu pasti bermimpi punya keluarga yang sehat dan bahagia. Siapa sih yang tidak mau seperti itu? Lalu, apakah kamu mau seumur hidup tinggal di kos terus? Bukannya kos itu untuk mahasiswa dan masih lajang saja, ya? Sebaliknya jika kamu ingin berumahtangga, kamu juga perlu ruang yang lebih besar lagi untuk kegiatan berumahtangga. Misalnya untuk tidur kamu dan pasanganmu, kamar mandi, memasak dan mencuci, ruang tamu, dan sebagainya. Bisakah itu kamu penuhi hanya dari kamar kosmu?
Dengan memiliki rumah, kamu juga akan tahu kalau kamu benar-benar dewasa. Kamu mulai harus bertanggungjawab untuk menjaga rumah dan perabot-perabot yang kamu miliki. Dengan adanya dapur pribadi, kamu juga dituntut belanja bulanan dan bisa memasak sendiri. Hal ini tak akan mungkin kamu dapatkan kalau masih tinggal di ruangan kos yang minim.
12. Sukses punya rumah sendiri jelas bukan harga mati. Tapi ketika ‘istana’ itu berhasil kamu miliki, ada dua orang yang akan meremang bangga dalam hati
“Wah, putranya habis nikah udah pindah ke rumah barunya ya, Bu?”
“Alhamdulialah, Bu. Sudah bisa bangun ‘gubug’ sendiri.”
Saat kamu berhasil memiliki rumah pribadi, bukan hanya kamu yang berbahagia. Ada ayah dan ibumu yang pasti akan meremang bangga. Meski menyebutkan kata ‘gubug’ di depan tetangga, hal itu semata-mata dilakukan agar tak tampak jumawa.
Ya, orang tuamu juga layak berbangga atas segala pencapaianmu. Karena dari pengorbanan mereka, kamu bisa tumbuh besar dan kemudian mencapai kesuksesan. Kamu bisa menikmati bangku pendidikan tinggi, bekerja di perusahaan ternama, hingga mampu membeli rumah sendiri. Dalam hati mereka lega, bahwa segala pengorbanan yang mereka lakukan jelas tidak jadi sia-sia.
Nah, gimana? Setelah membaca artikel di atas, sudahkah kamu memantapkan hati untuk membeli rumah sendiri? Dan siapkan kamu menyisihkan sebagian pendapatanmu mulai hari ini demi mewujudkan mimpi punya rumah pribadi?