Dandan, sebuah aktivitas yang seringkali dianggap buang-buang waktu, tenaga bahkan uang. Dandan juga dianggap sebagai cara memalsukan diri, padahal kenyataan yang ada justru sebaliknya.
Unknown
Masih banyak sekali stigma buruk yang muncul tiap kali ada cewek yang memulaskan lipstik ke bibirnya ketika sedang di tempat umum. Meski caranya cukup sopan, tetap saja aktivitas ini dianggap kurang pantas dan berujung kepada, “dasar centil banget ih!”. Hmmm, memangnya seburuk itu ya definisi dandan di mata kalian?
ADVERTISEMENTS
Demi bisa menerima diri sendiri, berdandan merupakan hal termudah yang bisa dilakukan sebelum kami benar-benar depresi
Bibir lo item banget! Diapain kek biar enakan dikit dilihat…
Eh kok bekas jerawat lo tambah banyak? Nggak niat buat beli krim ke dokter?
Bukan cuma di dunia nyata, celetukan yang katanya ‘bercanda’ ini juga marak berseliweran di dunia maya. Dunia di mana banyak kepalsuan dan seharusnya nggak untuk diseriusi. Namun, sadar nggak kalau ‘bercandaan’ semacam ini bisa berujung ke sakit hati? Jadi, jangan salahkan jumlah lipstik dan foundation kami yang hampir memenuhi laci kamar ini, ya!
ADVERTISEMENTS
Meski gaji kami nggak seberapa, adalah sebuah kebanggan bisa membeli sendiri bedak dan lipstik saat kami membutuhkannya
Hal-hal berbau kebanggaan seperti ini rasanya kurang etis kalau terlalu sering dibagikan ke banyak orang. Tapi, sekali-kali perlu untuk ditekankan karena nggak semuanya paham bahwa perjuangan untuk mencukupi segala kebutuhan sendiri itu juga jauh dari kata gampang. Please, pahami mulai sekarang!
ADVERTISEMENTS
Hobi dandan ini memang entah muncul sejak kapan. Tapi di banding bergosip atau mengusili orang, kami rasa dandan adalah ‘pelarian’ yang elegan 🙂
Lagi, bahwa sangat sulit meyakinkan seseorang bahwa dandan adalah sarana penerimaan diri dari berbagai macam tempaan yang ada. Simpelnya, dandan yang notabene hobi mainstream inipun harus jadi ‘sasaran’ banyak orang meski impact-nya baik untuk memuaskan diri sendiri.
ADVERTISEMENTS
‘Lo cantik kalau pakai make-up’, adalah ungkapan halus dari, ‘lo jelek banget deh, ke neraka aja sono!’. Jangan berkilah hanya demi dianggap baik, ah!
Apa salahnya kalau wajah kami sedikit berubah ketika bedak, lipstik, blush on sampai pensil alis sudah on point?
Nggak semua orang termasuk kami suka dengan basa-basi. Meski mungkin bibir, hidung atau pipi kami jauh dari kata proporsional, ini bukan alasan untuk kalian menjadikannya bahan olokan. Ya, harusnya kalian berterimakasih dengan penemu lipstik yang bisa membuat warna bibir kami jadi lebih ‘manusiawi’.
Segitu saja, ya. Semoga kalian makin paham, bahwa dandan itu ejaannya bukan C.E.N.T.IL! 🙂