Secara harfiah, hanbok berarti pakaian dinasti Han. Dinasti Han di sini mengacu pada kata ‘Hanguk’ yang artinya Korea Selatan. Jadi, hanbok maksudnya adalah pakaian orang Korea Selatan.
Hanbok sendiri banyak sekali ragamnya menurut penggunaan maupun perkembangannya. Mulai dari yang tradisional hingga hanbok yang sudah dimodifikasi menjadi lebih modern. Biar tahu lebih jauh lagi, yuk jalan-jalan bareng Hipwee Style menelusuri ragam hanbok dari masa ke masa!
ADVERTISEMENTS
1. Mula-mula, pada masa dinasti Silla, hanbok masih menyerupai hanfu atau pakaian tradisional China. Belum terlihat seperti tampilan hanbok pada umumnya
Seperti yang diceritakan dalam serial drama The Great Queen of Silla: Queen SeonDeok, gambaran hanbok semi hanfu pada masa pemerintahan Dinasti Silla jelas tampak di sana. Pakaian wanita yang penuh dengan corak, motif, dan warna merupakan pakaian bangsawan. Sedangkan pakaian yang terlihat biasa saja atau tanpa motif merupakan pakaian kelas di bawah bangsawan.
ADVERTISEMENTS
2. Saat Raja Goryeo menikahi ratu Mongol pada masa kekuasaannya, hanbok beralih tampilan mengikuti gaya Mongol
Setelah dinasti Silla, muncul masa pemerintahan dinasti Goryeo yang pada saat itu menandatangani perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol hingga harus menikahi ratunya. Perubahan bentuk hanbok pun mulai kembali terjadi, seperti chima (rok) yang jadi sedikit lebih pendek, jeogori (baju untuk tubuh bagian atas) diikat ke bagian dada dengan pita lebar, sedangkan lengan bajunya didesain agak ramping.
Nikmati konten menarik seputar Korea Selatan:Â Seramnya Sponsor Culture dalam Industri Hiburan Korea Selatan. Siapa Mereka?
ADVERTISEMENTS
3. Model hanbok yang berlaku sampai sekarang mulai ada sejak masa dinasti Joseon, yakni gabungan chima yang agak menggelembung dan jeogori yang ditutup dengan pita di satu sisi
Hanbok pada masa Joseon digunakan sebagai pakaian sehari-hari, pun untuk acara pernikahan. Waktu itu para gadis mengenakan chima merah dan jeogori kuning. Warna-warna yang semarak memang menonjolkan keunikan dan dimaksudkan untuk menghalangi roh jahat. Setelan hanbok pada masa itu tampak nyaman karena lebar dan leluasa serta menampilkan keindahan bentuk leher dan lengkung bahu wanita Korea.
ADVERTISEMENTS
4. Pada akhir masa dinasti Joseon, jeogori secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek, beberapa pelengkap hanbok pun mulai populer
Jeogori terus mengalami perkembangan, sejalan dengan diperkenalkannya Magoja alias jaket bergaya Manchu oleh Daewon-gun pada akhir abad ke-19. Chima pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi lebih pendek dan ketat. Heoritti atau heorimari yang terbuat dari kain linen difungsikan sebagai korset untuk menutupi bagian perut karena begitu pendeknya jeogori.
ADVERTISEMENTS
5. Durumagi, tampak serupa jeogori yang bentuknya sangat panjang hingga kaki. Pakaian ini biasa dikenakan saat musim dingin
Durumagi biasanya difungsikan sebagai jaket penghangat karena umumnya terbuat dari bahan yang tebal.
ADVERTISEMENTS
6. Rompi khas Joseon yang biasanya dipakai merangkapi jeogori biasa disebut baeja
Durumagi juga memiliki jenis baeja sendiri dengan model yang lebih panjang.
7. Kalau hanboknya para bangsawan Joseon dinamakan Dang-ui. Biasanya digunakan dalam upacara nggak resmi atau terkadang juga dipakai dalam kehidupan sehari-hari
Dang-ui ini bentuknya seperti jeogori namun lebih panjang. Pakaian ini juga memiliki corak dan warna yang khas. Ada yang polos, corak full yang motifnya mengisi seluruh bidang, dan corak dengan satu motif utama di bagian tengah. Biasanya untuk dang-ui ratu, terdapat corak utama lingkaran di bagian tengah dengan isian motif yang mengandung filosofis tersendiri.
8. Sedangkan wonsam, merupakan semacam durumagi atau jas panjang mirip gaun. Tapi nggak selalu dipakai saat musim dingin saja, dipakai saat seremonial resmi juga bisa
Wonsam ini diperuntukkan bagi wanita yang sudah menikah pada dinasti Joseon. Bisa juga dikenakan oleh bangsawan, wanita keluarga istana, dan wanita yang mulia dan setiap golongan masyarakat. Wonsam memiliki motif dan warna yang berbeda di setiap peruntukannya.
9. Meskipun orang biasa, hanbok untuk ‘dayang’ atau pegawai istana dispesialkan. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan mereka dengan kasta bawah
Korea adalah negara yang masih melestarikan sistem kasta, sehingga hanbok atau pakaian tradisional-lah yang menjadi identitas mereka. Nggak terkecuali seorang ‘dayang’ atau pegawai istana wanita. Biarpun pekerjaannya melayani, setidaknya dayang-dayang ini tinggal di lingkungan kerajaan dan akan mudah dikenali lewat pakaiannya.
10. Berbeda dengan Gungnyeo, hanbok untuk dayang khusus upacara atau seremonial. Terkadang bentuknya mirip dang-ui atau wonsam namun polos tanpa corak
11. Untuk gaun pengantin, wanita bangsawan era Goryeo hingga Joseon mengenakan Hwal-ot. Sekilas mirip wonsam, namun dengan chima yang lebih panjang hingga menyapu lantai serta motifnya yang lebih meriah
Pola Hwal-ot biasanya bersulam teratai, phoenix, kupu-kupu, dan sepuluh simbol tradisional umur panjang seperti matahari, gunung, air, awan, batu, pohon pinus, jamur keabadian, kura-kura, bangau putih, dan rusa. Hwal-ot juga khas dengan aksen biru, merah, dan kuning garis-garis berwarna di setiap lengannya. Setelah mengenakan jeogori dan chima, barulah Hwal-ot ini dikenakan.
12. Pakaian kebesaran sang ratu disebut jeokui, biasanya dipakai saat seremonial resmi tertentu
Jeokui berasal dari kata ‘jeok’ yang berarti burung, karenanya jeokui menggunakan pola burung. Warna jeokui berbeda-beda tergantung dari status dalam keluarga kerajaan. Permaisuri menggunakan jeokui berwarna ungu–merah, ratu menggunakan jeokui berwarna merah muda, dan putri mahkota menggunakan jeokui berwarna biru.Â
13. Ada juga penutup kepala seperti hijab khas Korea yang dikenakan di kepala wanita, lho!
Dalam beberapa adegan di sageuk drama, kamu bisa melihat peran wanita menutupi kepalanya ketika sedang berjalan-jalan. Hal itu dilakukan karena pada masa itu wanita nggak boleh memperlihatkan wajahnya kepada orang asing. Maka dipakailah kain untuk menutupi kepala mereka.
Jang-ot, hijab khas Korea berupa pakaian sekaligus kerudung yang bisa dipakai semua kasta. Hampir mirip dengan jeogori dan durumagi, tetapi bentuknya lebih panjang dan berkerah
Jang-ot digunakan di atas kepala untuk menutupi kepala, badan, dan wajah. Biasanya dipakai saat wanita hendak keluar rumah. Uniknya, kerudung ini memiliki lengan seperti jilbab modern masa kini.
Sseugae chima, adalah kain yang dibuat meyerupai chima dan digunakan untuk menutup wajah bagi wanita
Sseugae chima merupakan kerudung yang biasanya dipakai oleh wanita kasta menengah dan atas ketika bepergian di musim panas, gunanya melindungi dari sengatan sinar matahari. Satu lagi, cheonae, merupakan kebalikan dari sseugae chima, dipakai saat musim dingin dan bisa digunakan untuk menghangatkan bagian kepala.
14. Selain hanbok tradisional, ada pula hanbok modern yang mengimprovisasi tren fashion zaman sekarang dengan tanpa menghilangkan unsur tradisi hanbok itu sendiri
Hanbok bergaya modern ini biasanya digunakan untuk acara yang sifatnya resmi namun santai, acara ulang tahun maupun upacara pernikahan masa kini. Ide-ide yang segar dan terbilang inovatif dengan balutan warni-warni yang cerah tampak pada hanbok modern, tentunya tanpa meninggalkan kesan nasionalismenya.
Wah, ternyata banyak juga ya, ragam hanbok dari masa ke masa. Setelah membaca artikel ini, semoga pemahamanmu tentang hanbok nggak hanya terbatas di situ-situ saja, ya. Bukannya nggak sayang sama tradisi negeri sendiri, tapi juga nggak ada salahnya kan, belajar tradisi negeri lain?