Pada hakikatnya, semua cewek di dunia ini terlahir cantik. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, asal bisa menerima diri apa adanya dan bangga dengan itu, kecantikan akan mengikuti dengan sendirinya. Namun sayang, nggak semua cewek bisa langsung menerima kekurangan dirinya. Kekurangan-kekurangan tersebut membuat mereka merasa berbeda dari orang kebanyakan. Apalagi jika lingkungan nggak mendukung, maka kekurangan itu membuat si cewek merasa semakin terpuruk.
Hal inilah yang dirasakan oleh Ash Soto, gadis berusia 22 tahun yang menderita vitiligo. Hampir separuh hidupnya dihabiskan dengan menjadi bahan bully–an orang-orang di sekitarnya. Menganggap penyakitnya sebagai keterpurukan, gadis ini menjadi nggak pede dan mulai menutup diri. Tapi akhirnya ia sadar, jika bukan ia yang mulai menerima diri apa adanya, lalu siapa lagi?
ADVERTISEMENTS
Ash Soto mulai menyadari dirinya terkena vitiligo sejak umur 12 tahun. Salah satu penyakit yang membuat kulitnya penuh dengan bercak putih mirip luka bakar
Sejak lahir, Ash Soto sama seperti anak perempuan lainnya. Nggak ada tanda-tanda kelainan di sekujur tubuhnya. Namun, saat berumur 12 tahun, Soto mulai menyadari ada yang janggal pada kulitnya. Sebuah titik putih muncul di bagian lehernya. Soto mengabaikannya karena mengira itu adalah bekas terkena sinar matahari. Tapi kemudian titik kecil itu kembali muncul di bagian tubuhnya lainnya. Setelah diperiksa, barulah Soto tahu kalau dia terkena penyakit vitiligo, sejenis penyakit yang menyebabkan kulitnya kehilangan pigmen di beberapa tempat dan menimbulkan bercak putih. Titik-titik itupun semakin lama semakin menyebar dan mengubah kulitnya seakan berbentuk gugusan pulau-pulau. Soto yang ceria dan aktif pun mulai nggak percaya diri dengan kondisi tubuhnya.
ADVERTISEMENTS
Sejak saat itu, Soto menjadi bahan bully-an oleh lingkungan sekitarnya. Kepercayaan dirinya menurun dan ia pun mulai menutup diri
Sejak vitiligo tersebut semakin menyebar nggak merata di tubuhnya, Soto kerap kali menjadi bahan bully-an teman-temannya. Bahkan pernah suatu kali, salah seorang anak mengira bahwa Soto baru saja mandi dengan cairan pemutih sehingga kulitnya menjadi belang seperti itu. Sejak saat itu, Soto nge-down dan memutuskan untuk selalu mengenakan pakaian panjang agar tubuhnya tertutup rapat. Meskipun, ia tetap saja mendapat ejekan dari mereka yang sudah mengetahui penyakit yang dideritanya.
ADVERTISEMENTS
Hampir sepuluh tahun hidup dalam bully-an, Soto pun akhirnya memilih untuk bangkit dari keterpurukan dan menerima diri apa adanya
Hampir setiap hari Soto memotivasi diri sendiri dengan menuliskan “Aku cantik” agar kepercayaan dirinya bisa kembali. Namun, ternyata butuh waktu lama bagi Soto untuk bisa mencintai dirinya apa adanya. Setelah hampir 10 tahun, akhirnya Soto keluar dari bayang-bayang penyakit yang membuatnya minder dan mencoba menerima kondisi kulitnya yang mirip lukisan abstrak. Soto pun mulai membagikan cerita dan kisah hidupnya melalui media sosial. Lewat akun Instagramnya, Soto mulai pede untuk memperlihatkan kulitnya yang penuh belang. Sekarang, kulitnya yang kehilangan pigmen semakin banyak, sehingga menyisakan kulit aslinya seperti gugusan pulau. Tapi, karena itu pula lah ia sadar bahwa kekurangannya ini bisa ia sulap menjadi karya seni.
ADVERTISEMENTS
Perbedaan warna kulit yang dimiliki Soto disulap menjadi kanvas untuk dijadikan sebuah karya seni yang indah. Pun terlihat stylish dan artistik!
Melalui foto-foto yang ia unggah di akun Instagramnya, Soto membuat kekurangannya ini menjadi sebuah karya seni yang indah. Ia menandai batasan perbedaan kulitnya dengan spidol ataupun cat dan mengikuti bentuknya. Alhasil, tubuh Soto terlihat seperti globe yang dipenuhi dengan gugusan pulau. Setelah bermain dengan satu warna, Soto pun mulai berani menggunakan warna-warna lainnya. Nggak cuma itu, terkadang Soto juga menggambar berbagai bentuk lukisan yang pernah ada, seperti ‘Starry Night’. Berkat gebrakannya ini, Soto pun mulai dikenal publik dan hampir semuanya memuji bentuk kulitnya yang stylish dan artistik. Kini Soto menjadi seorang beauty blogger yang karyanya telah diapresiasi oleh banyak orang, lho!
Lewat sebuah proyek bernama The Marker Chronicles yang bertujuan untuk membuktikan anggapan bahwa ‘setiap kita adalah seni’, Soto ingin mengajak mereka yang selama ini merasa rendah diri karena kekurangannya untuk mulai mencintai diri sendiri. Karena nggak ada yang lebih mencintai kita selain diri kita sendiri. Menerima diri apa adanya dan mencoba berbesar hati akan membuat kita lebih mudah untuk menjalani kehidupan. Nggak ada yang perlu ditutupi. Bahkan jika kita sudah mampu menerima bagaimana pun kondisi tubuh kita, maka kita akan terlihat cantik dengan sendirinya. Setuju?