Haruskah produk perawatan pria dan wanita beda | Credit: Hipwee via www.hipwee.com
Seiring berkembangnya zaman, perawatan tubuh tak hanya dikhususkan untuk perempuan saja. Kini semakin banyak orang yang sadar tentang pentingnya merawat diri, termasuk dalam penggunaan skincare untuk laki-laki. Meski tak bisa dimungkiri bahwa ada sebagian orang yang masih sungkan membahas hal tersebut, nyatanya pria juga perlu merawat penampilan dan mendobrak stigma bahwa cowok yang melakukan perawatan itu bukan gentleman.
Meskipun begitu, ada satu isu baru yang muncul karena hal ini; terjadi klasifikasi produk dengan embel-embel “formen” atau “for women.” Kelihatannya sih perusahaan melakukan segmentasi ini supaya bisa disesuaikan dengan preferensi atau agar berbagai kandungan dalam produk bisa tepat sasaran. Akan tetapi, apakah benar demikian yang terjadi?
Apakah pengkhususan produk ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan para konsumen sesuai gender atau cuma gimmick marketing semata untuk menaikkan penjualan?
ADVERTISEMENTS
Produk untuk pria dan wanita kerap dibedakan berdasarkan kemasan, warna, tekstur, harga, hingga persuasi penjualan. Haruskah seperti itu?
Kemasan yang sering dibedakan | Credit: Jordan Nixon Unsplash
Pernah nggak sih kamu mempertanyakan, mengapa produk perempuan kebanyakan berwarna merah muda dan ungu, sedangkan laki-laki identik dengan hitam dan biru? Padahal, dengan ragamnya pilihan, klasifikasi warna berdasarkan gender rasanya terlalu membatasi diri. Boleh saja kan, seorang perempuan ingin produk yang berwarna biru atau hitam juga?
Kemasan produk pun terlihat jelas perbedaannya, di mana tampilan dibuat lebih imut dan ramping untuk perempuan. Di sisi lain produk laki-laki digambarkan dengan bentuk minimalis dan desain sederhana tanpa banyak warna. Belum lagi, copywriting penjualan yang semakin mengerucutkan bahwa perempuan dan laki-laki pokoknya harus beda! Misalnya nih, dalam kemasan produk perempuan dituliskan copy yang memberikan kesan lembut, sedangkan produk untuk pria ditekankan pada energi dan kekuatan.
ADVERTISEMENTS
Dalam kasus lain, produk dikategorikan dengan alasan tersendiri. Salah satu contohnya skincare yang dibuat berdasarkan jenis kulit
Perbedaan skincare perempuan dan laki-laki | Credit: Lumin on Unsplash
Produk skincare antara perempuan dan laki-laki yang dibedakan nyatanya juga punya alasan. Menurut penuturan dokter kulit Rita Linker MD dari Spring Street Dermatology di New York, memang ada perbedaan jenis kulit pada keduanya. Menurutnya, kulit pria cenderung lebih berminyak dan memiliki kepadatan folikel rambut yang meningkat.
“Artinya, pria membutuhkan bahan aktif dengan konsentrasi lebih tinggi dan formulasi yang mampu mengantarkan bahan tersebut ke dalam kulit berminyak. Pembersih berbasis gel lebih baik untuk pria daripada berwujud krim yang biasanya digunakan wanita,” paparnya dilansir dari pemberitaan aedit.com.
Hal serupa juga dikatakan dokter kulit Rachel Nazarian kepada The Wallstreet Journal, bahwa pria memiliki kulit cenderung lebih tebal dan berminyak, sedangkan wanita memiliki kulit yang cenderung tipis. Hormon antara pria dan wanita juga memengaruhi. Tertosteron pada pria rentan terhadap jerawat. Di lain sisi, estrogen pada wanita menyebabkan kulit kering seiring bertambahnya usia.
ADVERTISEMENTS
Lalu, bagaimana jika menyinggung parfum antara perempuan dan laki-laki yang dibedakan berdasarkan aroma?
Stereotip produk yang kerap dibedakan | Credit: Hipwee
Sebenarnya ada beragam manfaat membuat segmentasi pasar. Pertama perusahaan jadi bisa membidik target dan memperluas basis pasarnya. Kedua, bisa meningkatkan daya saing sebab pelanggan yang puas seringkali membawa stabilitas dalam bisnis. Misalnya, jika konsumen sudah nyaman dengan produk spesifik untuk laki-laki berupa skincare, maka untuk pembelian kedua mereka akan mendatangi brand yang sama sejalan dengan kualitas yang diberikan.
Akan tetapi, yang menimbulkan banyak pertanyaan adalah produk seperti parfum yang kerap kali dibedakan aromanya untuk pria dan wanita. Dituturkan dokter Bobby Buka dermatolog dari New York kepada The Huffington Post, perbedaan utama dari perawatan pria dan wanita adalah pewangi.
“Pewangi pada produk pria dan wanita berbeda, tapi jika bicara soal kandungan bahan-bahan untuk kulit pria dan wanita sebenarnya nyaris identik,” paparnya.
Parfum pada wanita dinilai lebih feminin seperti aroma vanilla, flower-based, hingga fruit yang segar dan manis. Sedangkan, parfum pria dipandang lebih maskulin dengan aroma leather, wood, coffee, peppermint, oud hingga citrus. Padahal, jika ditelusuri, aroma yang dikatogorikan itu bisa disukai oleh semua orang, bukan?
ADVERTISEMENTS
Kategori produk perawatan pria dan wanita dinilai sebagai trik marketing belaka. Kini, justru banyak perusahaan yang menekankan pemasaran gender neutral
Pemasaran gender netral | Credit: Content Pixie on Unsplash
Produk yang kita gunakan dan iklan yang kita lihat dapat memengaruhi cara kita bertindak dan berpikir pada diri sendiri. Oleh sebab itu, sebagian orang merasa bahwa perusahaan seharusnya lebih berhati-hati dengan apa yang mereka pasarkan, sebab hal tersebut dapat memengaruhi pandangan seseorang tentang gender. Di sisi lain, ada juga perusahaan yang berpendapat bahwa produk mereka dirancang karena mengikuti keinginan pelanggan.
Trik pemasaran berdasarkan gender nyatanya sudah mulai terkikis. Stigma bahwa pria tidak boleh menggunakan produk wanita perlahan hilang. Pemasaran konten kecantikan yang netral secara gender dikampanyekan mengikuti perkembangan zaman. Menurut studi yang dikeluarkan oleh LoudCloud Health, setidaknya 92% konsumen mengaku mempercayai perusahaan atau merek perawatan tubuh yang mendukung masalah sosial dan lingkungan. Hampir 40% orang dewasa berusia 18-22 tahun telah menunjukkan minat pada produk perawatan yang netral gender.
ADVERTISEMENTS
Pada akhirnya kamu yang menentukan sendiri produk perawatan, bukan lantaran disetir oleh stigma yang beredar
Pilih perawatan sesuai kebutuhan | Credit: Kevin Laminto on Unsplash
Dengan kata lain saat membicarakan skincare, yang perlu diperhatikan bukan kemasan untuk pria dan wanitanya, tetapi apakah kandungan yang tercantum sesuai dengan permasalahan jenis kulit kamu, misalnya. Bukan hanya karena perempuan lantas harus menyukai aroma parfum yang manis.
Pun sebaliknya, bukan lantaran pada produk tertulis ‘for men’ kemudian kamu harus membeli itu dan mengesampingkan produk lain dengan kandungan yang sama. Semua kembali ke kebutuhan masing-masing orang, bukan justru dibatasi oleh stigma yang diciptakan lingkungan. Label perempuan dan laki-laki bukanlah hal yang harus dikhawatirkan.
Jadi, bagaimana pandanganmu soal produk dibedakan berdasarkan gender ini? Apakah kamu berpikir suatu brand membuat produk benar-benar mengikuti keinginan publik? Atau, justru mereka memproduksi hanya berdasarkan stereotip gender belaka?