Belum lama ini Zaskia Adya Mecca menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Semua berawal dari komplainnya mengenai warga sekitar rumah yang membangunkan orang sahur dengan pengeras suara masjid alias toa. Menurut Zaskia, seharusnya membangunkan sahur lewat masjid bisa disampaikan dengan baik tidak teriak-teriak.
Polemik tersebut ia ungkap melalui unggahan di Instagram yang langsung mendapat tanggapan dari warganet. Di sana ia bertanya-tanya soal cara membangunkan sahur seperti itu apa memang tengah menjadi hit alias tren. Pasalnya setelah 11 tahun tinggal di daerah rumahnya, baru kali ini perempuan yang akrab disapa Bia tersebut mendengar penunjuk sahur dengan bahasa yang bercanda dan berteriak lewat toa.
Pendapat Zaskia bahkan menjadi trending topic dengan beragam pro dan kontra di media sosial. Menanggapi hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya memberikan keterangan.
ADVERTISEMENTS
Menurut MUI membangunkan sahur memang memiliki maksud yang baik, akan tetapi dari kasus yang beredar pelaksanaannya kurang tepat untuk dilakukan
Sebelumnya dalam video yang dibagikan Zaskia, terdengar suara dari seseorang yang membangunkan sahur dengan teriak dan sedikit candaan. Mula-mula orang tersebut mengajak warga sekitar untuk segera sahur. Ada kata “sahurrrya” diucapkan dengan nada yang tinggi.
“Yang menjalankan ibadah puasa, waktunya sahurrrrya, sahurrrya, sahurrrrrya! Sahur, sahur, sahur, sahur, sahur! Sahur, sahur, sahur, sahur, sahur, sahur! Bangun, bangun, bangun,bangun! Lontong sayur,” demikian potongan bunyi dalam video Zaskia Adya Mecca, Jumat(23/4/2021).
Tak berselang lama, Wakil Ketua MUI Anwar Abbas pun memberikan komentar. Menyebut jika tindakan tersebut kurang bijak. Seharusnya pelaksanaannya bisa lebih baik, jangan sampai menggangu hak orang lain. Harus perhatikan dari sisi ada orang yang tengah sakit, punya bayi atau anak kecil hingga mereka yang non muslim.
“Menurut saya sebuah maksud yang baik itu kalau dilaksanakan juga harus dengan cara yang baik. Pengurus masjid perlu membuat standarisasinya. Menyangkut kata-kata atau kalimatnya, volume loud speakernya, waktu peyampaiannya dan lainnya agar masyarakat senang dan tidak terganggu,” ujar Anwar Abbas dikutip dari Kompas.com, Minggu (25/4).
Direktur Jenderal Bina Masyarakat Islam Kemenag juga memberikan tanggapan terkait penggunaan toa masjid. Menurut penuturan, pengeras suara dapat digunakan untuk membaca lantunan ayat suci Al-Quran 15 menit sebelum waktu subuh, tetapi tak dipakai untuk membangunkan sahur. Ia pun mengimbau masyarakat untuk menggunakan cara yang tidak menggangu orang lain.
ADVERTISEMENTS
Zaskia pun bertemu dengan pria yang bangunkan sahur di masjid untuk mengetahui alasan. Ia bahkan sempat membagikan video warga yang menyindir saat melintasi rumahnya
Tak ingin publik salah paham kritikannya dikaitkan dengan hubungan yang tidak harmonis. Istri Hanung Bramantyo ini lantas mengundang Ramadan, pria yang bangunkan sahur di masjid gunakan pengeras suara. Menurut penuturan Rama, dirinya terinspirasi dari YouTube untuk melakukan hal tersebut, ia mengaku sebagai sukarelawan yang ingin membantu masyarakat supaya tak telat sahur. Dalam kesempatan yang sama, dikatakan jika Zaskia meminta dirinya untuk mengganti kalimat sahur dengan nada yang lebih santun dan tak perlu berteriak.
Di sisi lain, sehari usai protes yang diampaikan. Zaskia kembali membagikan aktivitas terbaru membangunkan sahur di lingkungannya. Bukan lagi dengan pengeras suara masjid, melainkan sekelompok pemuda yang berkeliling dengan alat musik pukul seperti kebanyakan tradisi saat Ramadan. Uniknya, pemuda tersebut menyisipkan lirik sindiran saat melintasi rumah Zaskia Adya Mecca.
“Bangunin sahur diomelin. Enggak dibangunin kesiangan,” bunyi lirik yang mereka nyanyikan. Kejadian tersebut justru ditanggapi santai oleh Zaskia. Karena selama ini yang ia permasalahkan pengeras suara di masjid yang tak digunakan sebagaimana mestinya.
“Saya ga bahas anak2 yang bangunin keliling kampung, karena yaa sudah terbiasa ada dan menjadi tradisi juga semangat tersendiri buat si anak2 tersebut menjalankan “ritual” keliling kampung bangunin sahurnya,” pungkas Zaskia.
Ibu lima anak ini lantas mengingatkan berbeda pendapat bukan berarti bermusuhan, hanya saja ia sadar bahwa tinggal di tengah pluralisme yang kental di Indonesia. Jadi, butuh untuk saling menghargai dan mencoba memahami maksud satu sama lain. Mumpung hal yang kurang bijak belum menjadi sebuah budaya dan tradisi yang sulit untuk diubah.