Nama Ardhito Pramono beberapa waktu terakhir memang tengah naik daun. Apalagi sejak dirinya memerankan Kale dalam film “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini”, nama penyanyi yang terbilang baru inipun semakin tenar. Sehingga wajar popularitasnya membuat publik penasaran dengan sosoknya.
Namun rasa penasaran tersebut akhirnya menyeret nama Ardhito dalam sebuah masalah. Gara-gara tweet-nya di masa lalu kembali viral, nama Ardhito pun tercoreng karena dianggap rasis dan homofobia.
ADVERTISEMENTS
Baru-baru ini, seorang warganet kembali me-retweet cuitan-cuitan lama Ardhito yang dianggap rasis dan homofobia
Seorang warganet bisa dibilang sangat niat untuk mencari tahu tentang masa lalu Ardhito. Ia mencari tweet-tweet lama Ardhito hingga sampai 10 tahun lalu. Jejak digital tersebut akhirnya menuai pro kontra. Pasalnya, cuitan yang kembali di-retweet tersebut menunjukkan Ardhito sebagai sosok yang dianggap homofobia dan juga rasis. Hal tersebut dilihat dari cuitannya pada tahun 2010 hingga 2013. Nggak sedikit yang kecewa karena cuitan lama Ardhito tersebut. Mereka nggak menyangka kalau idola mereka pernah nge-tweet hal-hal bernama rasis dan juga homofobia tersebut.
ADVERTISEMENTS
Namanya jadi trending topic, Ardhito pun akhirnya memberikan klarifikasi terkait cuitannya yang dianggap homofobia dan rasis tersebut
Gini gini… gue jelasin di video ya guys… pic.twitter.com/Sov4kHEENV
— Ardhito Pramono (@ardhitoprmn) January 30, 2020
Karena cuitan itu pulalah, nama Ardhito menjadi trending topic di Twitter. Hingga akhirnya ia pun memberikan klarifikasi melalui video. Ardhito menjelaskan kalau cuitannya tersebut ia tulis saat dirinya masih berusia 14 tahun alias masih remaja. Ia mengaku kalau hal-hal seperti “sange” yang ia tulis tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Dan di bagian “cina” yang ia tulis tersebut, Ardhito mengaku mendapat cat calling dari seorang pria keturunan Tionghoa saat berada di kereta. Karena sangat marah, Ardhito pun meluapkannya melalui Twitter. Ardhito saat itu nggak menyangka kalau cuitannya bakal menjadi sebuah masalah karena ia dulunya menganggap Twitter sebagai “tempat kosong” yang bisa ngomong atau nge-tweet apa aja.
Jejak digital emang seberbahaya itu ya. Apalagi buat figur publik. Bahkan mungkin mereka lupa pernah nge-tweet hal-hal seperti itu. Namun karena rasa penasaran warganet, hal ini malah bisa menimbulkan pro kontra seperti yang terjadi pada Ardhito Pramono.