Dalam sebuah hubungan asmara, perhatian terhadap satu sama lain sering dilakukan untuk meningkatkan kualitas hubungan. Perhatian yang tulus pun akan membuat pasangan nyaman dan merasa dicintai. Di sisi lain, setiap orang punya caranya sendiri dalam menunjukkan perhatian. Namun, ada sejumlah cara tertentu yang nggak bisa digolongkan perhatian, melainkan sudah menjurus pada perilaku posesif.
Menyadari hal itu, penyanyi Ardhito Pramono membeberkan salah satu contohnya yakni perhatian berlebihan yang bisa berujung pada toxic relationship atau hubungan yang nggak sehat dan melelahkan secara fisik dan mental. Apa alasan Ardhito Pramono berpendapat seperti itu? Yuk, simak di bawah ini!
ADVERTISEMENTS
Ardhito Pramono paham kalau banyak orang yang diam-diam berjuang bertahan di dalam hubungan toksik
Sebagai musisi dengan lagu-lagu yang banyak dinilai relate dengan kehidupan orang, Ardhito Pramono tentu banyak memperhatikan lika-liku kehidupan orang di sekitarnya termasuk hubungan asmara yang mereka jalani. Nggak heran jika dia paham kalau masalah hubungan toksik dalam hal asmara banyak dialami oleh pasangan di luar sana.
Hal itu terbukti setiap kali Ardhito manggung dan melemparkan pertanyaan kepada para penonton tentang siapa yang pernah mengalami hubungan toksik, banyak dari mereka selalu bersorak mengakuinya. Ardhito pun sebenarnya juga sempat bernasib sama dengan mereka, terjebak di dalam hubungan toksik.
“Kalau toxic relationship banyak yang gue alami, maksudnya teman-teman gue. Dan gue juga pernah berada di sana dan nggak tahu kenapa di panggung, kalau misalnya gue ngomong, ‘Ada yang terjebak toxic relationship nggak?’, wah banyak ‘Gue gue gue’,” ujar Ardhito (10/1), dilansir dari kanal YouTube TS Media.
ADVERTISEMENTS
Ardhito Pramono ingatkan salah satu bentuk hubungan toksik yang sering luput disadari orang
Bagi Ardhito, sebuah hubungan bisa dikatakan masuk dalam kategori nggak sehat atau toksik adalah ketika salah satu orang mulai punya kontrol berlebihan terhadap yang lain. Hal itu membuat orang yang dikrontrol tersebut menjadi nggak punya hak untuk menyatakan pendapatnya dalam sebuah hubungan.
“Yang salah satu dari pasangan itu nggak punya suara atau hak untuk berbicara maksudnya,” jawab Ardhito ketika ditanyai pemahamannya tentang toxic relationship.
Ia melanjutkan ada satu contoh hubungan toksik yang selama ini terlihat positif dan berguna, tapi setelah ditelisik lebih dalam bisa berujung pada toksik. Contohnya yaitu perhatian yang berlebihan.
“Bahkan, kadang-kadang satu hal yang positif bisa jadi toxic tuh. (Contohnya) ‘Kamu cerita aja sama aku, kamu apa-apa cerita sama aku, kamu sayang enggak sih sama aku?’ misalnya gitu,” jelasnya.
Menjadikan pasangan sebagai ‘human diary’ memang banyak dilakukan oleh orang-orang. Menceritakan beragam aktivitas yang dilakukan dalam satu hari sambil melepas uneg-uneg yang mengganjal di hati juga sering diyakini bisa mempererat hubungan. Namun, tujuan baik itu bisa bergeser jadi merugikan apabila ada satu pihak yang memaksa pasangannya wajib menceritakan seluruh aktivitas kepadanya setiap hari.
Bagi Ardhito, perhatian berlebihan seperti itu bukanlah contoh hubungan yang sehat. Perhatian berlebihan justru sangat mengganggu dirinya secara pribadi. Sebab bagi pelantun Daun Surgawi ini, setiap orang membutuhkan waktu dan ruang untuk dirinya sendiri. Terlebih lagi, nggak semua cerita atau masalah hidup bisa diceritakan langsung kepada pasangan. Memiliki ruang pribadi seperti itu bukan berarti membuat orang tersebut tak mempedulikan pasangannya.
“Ya gue nggak mau cerita, misalnya. Gue butuh tempat, butuh space. Itu bisa jadi toxic, banyaklah bentuk-bentuk toxic,” tandas Ardhito.
Di sisi lain banyak orang yang nggak menyadari kalau perhatian berlebihan itu termasuk toxic relationship. Sampai pada akhirnya si korban mulai merasa kalau ada yang salah dalam hubungannya. Namun, ketika si korban tersadar dan ingin mengakhiri hubungan, Ardhito berpendapat kalau seringkali pelaku justru menyerang balik keputusan si korban untuk berpisah. Pelaku, kata Ardhito, kembali mengungkit-ungkit perbuatan atau ‘pengorbanan’ yang telah dilakukannya selama ini agar si korban merasa bersalah bila akhirnya nanti meninggalkannya. Sebuah lingkaran setan yang bikin banyak orang susah lepas dari hubungan toksik.