Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan. Momen ini pula dimanfaatkan seleb Marshanda untuk mengenalkan sebuah karya yang menyuarakan kesadaran akan kesehatan mental.
Diketahui Marshanda dikenal sebagai sosok selebritas yang berjuang melawan bipolar atau gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang drastis. Dalam kesempatan tersebut, Marshanda mengenalkan batik yang memiliki pola brainwave atau gelombang otak miliknya sebagai pengidap bipolar. Video tersebut pun sempat trending di Twitter, karena mendapat sambutan positif dari warganet.
ADVERTISEMENTS
Marshanda berusaha menunjukkan bahwa isi pikiran pengidap bipolar nggak semenakutkan yang orang kira
di #HariKesehatanMentalDunia ini, TikTok mengajak kamu untuk #SeeingTheUnseen dan bantu hilangkan stigma pada #KesehatanMental 💚
lihat indahnya motif unik batik dari Bipolar Disorder survivor Marshanda dan teman-teman mental health survivor lainnya 🫶
💡 https://t.co/Hs0e61Dar0 pic.twitter.com/pgPk52eamB— TikTok Indonesia (@tiktokIDN) October 10, 2022
Lewat sebuah video berdurasi satu menit, Marshanda mengenalkan sebuah batik dengan motif yang unik. Batik yang memiliki warna dasar hitam dengan corak motif berwarna toska, krim, dan merah fanta itu membentuk motif brainwave milik Marshanda.
“Cantik banget ya, batiknya. Kamu pasti belum pernah melihat motif ini sebelumnya. Karena motif ini cuma ada satu di dunia. Dan datangnya dari diri aku, dari brainwave-nya aku,” kata Marshanda.
Video tersebut kemudian menampilkan Marshanda yang menggunakan Elektro Enefalo Grafi (EEG) yang merupakan alat untuk mempelajari gambar dari rekaman aktivitas listrik di otak. Saat itulah terlihat sorot bayangan gelombang otak Marshanda yang dijadikan inspirasi motif batik tersebut. Di sini Mashanda ingin menunjukkan bahwa isi pikirannya sebagai penderita bipolar ternyata nggak menakutkan seperti stigma negatif yang ada.
“Lewat batik ini aku bisa tunjukkan, kalau isi pikiranku nggak menakutkan dan bisa jadi indah. Sangat beda dengan stigma negatif yang ada,” imbuh Marshanda.
Lewat motif batik itu pula, Marshanda menunjukkan hal yang selama ini nggak bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain, sehingga semua orang bisa melihat bagaimana seorang isi pikiran penderita bipolar dari gelombang otak mereka. Meski mendapat stigma negatif, tapi nyatanya bisa dituangkan dalam sebuah karya yang indah.
Diketahui, video yang juga diunggah oleh akun TikTok Indonesia di media sosial itu, merupakan sebuah kampanye bertajuk Seeing The Unseen dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, sekaligus mengajak warganet untuk menghilangkan stigma negatif pada kesehatan mental.
ADVERTISEMENTS
Video Marshanda mendapat sambutan positif warganet yang ikut menyadari pentingnya kesehatan mental
Sebagai penderita bipolar, Marshanda memang sering berbagi pengalaman perjuangannya hidup dengan gangguan mental itu. Banyak pula warganet yang akhirnya nggak merasa sendiri dalam berjuang dan menyadari kondisi kesehatan mental mereka.
Maka, ketika video batik yang diunggah akun Twitter TikTok Indonesia itu, mendapat perhatian dari harganet. Bahkan, hingga saat ini video itu telah disukai lebih dari 13 ribu orang dan dibagikan lebih dari 4 ribu kali. Berbagai balasan dan ungkapan kagum.
“Kesehatan mental dijadikan instirasi untuk batik, keren banget. Salut untuk Marshanda dan tim di balik video ini.” tulis seorang warganet,” cuit seorang warganet.
Banyak pula warganet yang mengambil pelajaran dari video tersebut, seperti nggak perlu takut mengakui kesehatan mental, hingga menyadari adanya potensi berharga dibalik hal yang seringkali mendapat stigma negatif, seperti kasus bipolar dan gangguan kesehatan mental lainnya.
“Dari video ini ada satu hal yang bisa di ambil, jangan malu dan takut bilang bahwa kamu salah satu dari sekian banyak orang yang terganggu kesehatan mentalnya,” tulis seorang warganet.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Data Riset Kesehatan Dasar 2021, menunjukkan bahwa 20 persen penduduk Indonesia memiliki prevalensi gangguan jiwa. Sehingga, butuh upaya untuk menghapus stigma negatif terhadap penderita masalah kesehatan mental. Sebab, kesadaran akan kesehatan mental itu sendiri tetap butuh dukungan dari orang-orang terdekat dan lingkungan masyarakat.