Pengeluaran penggemar K-Pop | Credit: Hipwee via www.hipwee.com
Penggemar K-Pop beberapa tahun terakhir semakin bertambah. Apalagi, dengan fenomena drama hingga karya musik dari Negeri Gingseng yang sukses di pasar global. Kalau ngomongin soal besarnya industri hiburan Korea Selatan, maka nggak bisa dimungkiri jika ada andil penggemar yang mendukung sang idola hingga namanya semakin tenar.
Menariknya, penggemar K-Pop ini nggak segan untuk merogoh kocek dalam-dalam demi memenuhi keinginan atau berbagi kebahagiaan dengan idola. Bahkan, ada yang berjuang menabung hingga jutaan rupiah supaya bisa mendatangi konser atau minimal mampu melengkapi pernak-pernik untuk dikoleksi.
Jumlahnya sudah bukan satu dua orang lagi, melainkan bisa mencapai ratusan ribu hanya dari Indonesia. Lihat saja saat konser BLACKPINK In Your Area di Jakarta pada 2019 silam, tercatat berhasil menggaet 15 ribu penggemar. Padahal, harga tiket kala itu dipatok mulai dari Rp1,1 juta hingga Rp2,5 juta.
Lantas, kenapa ya, para fan K-Pop ini bisa dibilang jor-joran untuk idolanya? Ada makna khusus nggak sih yang dirasakan mereka? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, Hipwee Premium berkesempatan untuk menghubungi para fangirl yang aktif di dunia fandom ini.
ADVERTISEMENTS
Sebelumnya, sebuah studi yang dilakukan agregator e-commerce, iPrice, mengumpulkan data dari distributor seluruh Asia Tenggara dan HongKong mengenai tren ini
Industri hiburan Korea Selatan | Credit: Flickr
Sebuah gagasan yang dikembangkan oleh iPrice membandingkan berapa banyak yang dihabiskan fan BTS, BLACKPINK, dan TWICE untuk penjualan merchandise, album, EP, dan tiket konser. Mereka berasumsi bahwa setiap penggemar membeli setidaknya satu item barang dagangan (light stick atau photo card), album sang idola, dan tiket konser.
Penggemar BTS menempati posisi teratas dengan pengeluaran rata-rata sebesar US$1.442 dalam setahun atau senilai hampir Rp21 juta dengan kurs rupiah Rp14.340. Kedengarannya mungkin terlalu berlebihan, tapi ini sejalan dengan kebiasaan penggemar yang bahkan bisa mengumpulkan 15 album.
Sementara itu, penggemar TWICE mampu menghabiskan sekitar US$842 untuk kepentingan serupa. Fan BLACKPINK atau akrab disapa BLINK berada di posisi di bawahnya dan setidaknya telah menggelontorkan dana hingga US$665. Hasil ini lebih rendah dari dua lainnya, dengan alasan mereka tergolong lebih baru.
ADVERTISEMENTS
Salah satu fan K-Pop menuturkan bahwa ia menaksir telah mengeluarkan lebih dari Rp100 juta untuk mendukung keperluan fangirling-nya
Salah satu penggemar membagikan kisahnya kepada Hipwee Premium, bagaimana ia memutuskan menambah smartphone iPhone sebagai cara untuk mempermudah merekam proses video call dengan Jung Jae-hyun, NCT 127. Perempuan yang hanya ingin disebut S itu mengatakan bahwa pengin mengabadikan momen yang dianggapnya langka, mengingat sudah 3 kali pengajuan untuk melakukan video call berakhir gagal. Padahal, sudah mengeluarkan materi yang cukup besar.
“Sebenarnya butuh HP untuk nge-record suaranya, soalnya kalau record dari Kakao Talk langsung nggak ada suara. Dan kemarin pas VC sama Jae-hyun kan aku nyanyiin lagu buat dia. Nah, buat muter instrumennya butuh HP juga. Jadi, akhirnya H-1 aku beli iPhone lagi. Soalnya sempat 3 kali kalah semua pas apply (video call), padahal beli album sudah dua kali lipat dari event sebelumnya,” terang S menceritakan.
Pengalaman menyisihkan uang untuk idola juga bukan kali pertama. Dikatakan S, bahwa ia aktif membeli printilan sebagai koleksi di rumah. Pembelian yang dilakukan nggak sekaligus banyak atau lebih tepatnya bertahap, justru jadi merasa nggak terlalu mengeluarkan dana yang besar. Namun, ya tetap saja jika ditotal bisa habis di atas rata-rata.
“Gak berani hitung sudah habis berapa duit untuk beli-beli, tapi kalau dikira-kira sudah habis lebih dari Rp100 juta sih. Terus aku juga punya prinsip lebih baik menyesal membeli daripada menyesal karena tidak beli. Soalnya barang-barang official store gitu kalau sudah rilis jarang untuk restock. Jadi, kalau belinya nanti-nanti, justru makin mahal karena jadi barang rare,” pungkasnya.
Menurutnya hal tersebut ia lakukan karena murni menggemari seseorang yang mampu menginspirasi. Apalagi, kalau sudah suka mau bagaimana pun alasan lebih sulit dijelaskan dengan kata-kata.
ADVERTISEMENTS
Jawaban lain datang dari salah satu fan K-Pop yang memiliki sudut pandang berbeda soal aktivitasnya dahulu
Alasan K-Poper rela sisihkan uang | Credit: Hipwee
Hardiana menceritakan pengalaman menjadi fan idol group di awal ketenaran industri hiburan Korea. Kisah fangirling-nya dimulai dari ketertarikan pada dunia J-Pop. Dari sana, ia lantas mengetahui bahwa ada lo, idol Korea yang menembus pasar Jepang, salah satunya TVXQ. Pada 2007, ia pun mulai menyukai idol group Super Junior, terutama tertarik dengan suara Choi Kyu-hyun. Jiwa fangirl-nya ini seolah semakin didukung terlebih setelah masuknya TV kabel seperti KBS dengan beragam acara musik.
“Menurutku ini menariknya industri K-Pop, mereka bukan hanya jualan karya. Lagu bisa sepersekian persen dari apa yang mereka bisa jual. Misal Super Junior, begitu masuk fandomnya, ada yang namanya album. Nah, kenapa aku dulu bisa sampai terdorong beli barang tersebut? Karena ada perasaan ‘harus beli dengan cepat begitu keluar’. Ini sebenarnya salah satu cara membantu idol biar bisa menang acara award, contohnya kategori penjualan album yang lebih banyak,” papar Hardiana kepada Hipwee Premium.
Pun hal ini sejalan dengan interaksi yang dibuat oleh idol group kepada penggemar. Mereka seringkali mengikutsertakan para fan dalam beragam kegiatan secara intens.
Istilahnya “Idol itu nggak bisa apa-apa tanpa fannya atau idol itu cerminan fannya dan vice versa”.
Maka dari itu, menurut Hardiana, group sekarang ketika debut langsung menentukan nama fan, warna khas, hingga barang identik untuk menggambarkan fandom mereka.
ADVERTISEMENTS
Selain aktif mengikuti karya dari idola, menghadiri konser menjadi salah satu hal yang tak luput ia lakukan
Menariknya, menonton konser bukan hanya sekadar menghabiskan uang. Melainkan, memberi kepuasan dan pengalaman baru yang seringnya bikin ketagihan. Namun, nggak dimungkiri bahwa nonton konser adalah kesempatan untuk sekaligus traveling bersama teman.
“Saat nonton konser Korea, kamu seperti dilibatkan langsung sama culture-nya, misal budaya lightstick. Untuk nonton pun harus nabung dari beberapa tahun sebelumnya. Pertama, konser Super Junior yang aku tonton di Singapore karena di Indonesia belum ada waktu itu, kemudian Jakarta, dan Vietnam. Tiket sekitar sejutaan, tapi ini juga worth it mengingat promo yang didapat saat perjalanan,” pungkasnya.
Jika dahulu ia aktif untuk mengikuti idol group tersebut, kini Hardiana lebih mengikuti satu anggotanya saja. Menurutnya, seorang fan akan ada masanya seperti gelombang. Tak selamanya akan menggebu-gebu seperti dahulu.
“Kalau beli barang atau merchandise perlu dipikirkan, 5 tahun lagi atau 10 tahun lagi nyesel nggak belinya? Ada nggak tempat nyimpannya? Pertanyaan yang sebenarnya aku sendiri pengin tanya ke aku yang dulu. Sekarang waktunya udah nggak fokus ke sana lagi ‘eh ini barang susah nih disimpannya di mana’. Kalau masih dikasih uang dari orang tua, jangan sampai nggak bisa memenuhi kebutuhan yang dasar,” tutupnya.
ADVERTISEMENTS
Mengidolakan seseorang memang membawa kebahagian tersendiri, tetapi sebagai fan juga harus mengetahui batasan dan bijak memikirkan jangka panjanganya
Perlu bijak menggunakannya | Credit: Dylan Gillis on Unsplash
Mengidolakan siapa pun murni menjadi hak setiap orang. Apalagi, kalau dalam penerapannya bisa membuat kita jadi lebih bersemangat dan terinspirasi. Terlebih, beberapa fan bisa menghasilkan hal yang positif, misalnya dengan disiplin menabung. Hal ini seperti membuktikan kalau kamu ingin sesuatu harus ada pengorbanan dan daya juang.
Namun, penggemar juga perlu memikirkan jangka panjang. Apakah materi dan waktu yang dikorbankan punya hasil yang sama besarnya. Jika iya, tentu bagus untuk memberikan experience dan memori berharga. Namun, jika dinilai berlebihan dan mempunyai dampak ke kehidupan personal, tentu perlu dipikirkan ulang, ya.