Dunia media sosial baru-baru ini sedang ramai membahas polemik pengadaan baju dinas DPRD Kota Tangerang. Pasalnya, pakaian dinas harian (PDH) yang diajukan menggunakan merek mewah dan ternama asal Prancis, Louis Vuitton. Bahkan harganya pun dinilai cukup fantastis karena mencapai Rp 675 juta. Hal ini dinilai kurang pantas, apalagi di tengah pandemi yang membuat perekonomian masyarakat menurun.
Nggak heran jika hal tersebut mendapat sindiran masyarakat dari berbagai kalangan. Salah satunya dari kalangan selebritas, yakni Melani Subono dan Bintang Emon. Keduanya memang dikenal aktif di media sosial dan kerap menyentil berbagai fenomena yang ramai di masyarakat, termasuk kinerja pemerintahan. Maka, menanggapi polemik pengadaan PDH tersebut, Melanie dan Bintang mengunggah sindiran bernada satir di Instagram pribadi masing-masing.
ADVERTISEMENTS
Dengan nada satire, Melani mengucapkan selamat kepada rakyat Indonesia karena membelikan baju dinas mewah untuk anggota DPRD Kota Tangerang
Bukan dengan cara menghujat atau mengecam pejabat yang dinilai nggak etis karena membuat pengadaan barang yang kurang tepat di tengah pandemi, Melanie justru memberikan sindiran dengan nada satire, tapi cukup menohok. Dalam unggahan tersebut, tampak gambar tangkapan layar dari berita online yang mengungkap merek dan anggaran PDH DPRD Kota Tangerang.
“Makasih rakyat udah traktir ini! Waaaah bangga.. Sangat suportif pada produk-produk lokal dan sangat hemat loh ini cuma segitu,” tulis Melani dalam keterangan unggahannya.
Kalimat tersebut tentu bukan pujian yang sebenarnya, melainkan kritik pedas yang Melani layangkan untuk para pejabat. Selain itu, ia juga menyindiri keputusan pengadaan tersebut karena dinilai nggak empati dengan kondisi masyarakat yang terdampak pandemi. “Padahal ini LV!! Louis Voitton!! Wowwww terharu banget, pasti empati sama rakyat susah sampai memilih yang diskon,” imbuh Melani.
ADVERTISEMENTS
Bintang Emon pun turut memberikan sindiran dengan menyoroti ketimpangan pakaian partai yang dibagikan ke masyarakat saat pemilu dengan PDH dari merek mewah
View this post on Instagram
Komika 25 tahun ini, memang bukan sekali dua kali menyampaikan pendapatnya dengan satire. Beberapa fenomena di masyarakat dan kelakuan pejabat sering menjadi topik seru di konten-kontennya. Kali ini, Bintang mengunggah video di reel Instagram pribadinya @bintangemon untuk membahas polemik PDH DPRD Kota Tangerang. Kocaknya, Bintang punya sisi pembahasan yang unik dengan mengungkit kebiasaan pejabat saat pemilu.
“Euh, baju dinas dari Louis Vuitton? Inget pas pemilu, anda-anda memang ngasih baju, Tapi kan bajunya baju partai, baju partai ya bukan Louis Vuitton. Baju partai yang bahannya kayak saringan tahu!” ujar Bintang.
Menurutnya, keinginan para pejabat untuk mengenakan PDH dari Louis Vuitton nggak sebanding dengan modal yang mereka keluarkan saat pemilu. Seperti yang diketahui masyarakat umum, bahwa baju partai yang biasanya dibagikan saat pemilu berbahan nilon yang tipis dan nggak menyerap keringat. Apalagi jika melihat anggaran yang diajukan tembus setengah miliar, tentu sangat timpang. Kocaknya, Bintang juga menyindiri bahwa pakaian tersebut nggak layak karena terlalu mahal dan terlalu mewah sebagai “baju tidur”.
“Yah kocak bener, modal baju partai main dapet Louis Vitton sekarang. Investasi lu kebagusan! Louis Voitton itu terlalu mahal, terlalu mewah, terlalu bagus untuk sekadar baju tidur, eh gimana…” Ujar Bintang.
ADVERTISEMENTS
Berkat banyaknya sindiran, kritik dan masukan dari masyarakat dan berbagai pihak lainnya, akhirnya pengadaan PDH DPRD Kota Tangerang dibatalkan
Selain ungkapan satire dari Melani dan Bintang di media sosial, warganet pun turut mengecam fenomena PDH dari merek mewah tersebut. Ramainya kecaman dan aspirasi masyarakat, akhirnya pihak DPRD Kota Tangerang mengabarkan bahwa pengadaan tersebut sudah dicabut. Melansir dari Tempo, Ketua DPRD Kota Tangerang, Gatot Wibowo menyatakan bahwa pengadaan tersebut telah dibatalkan melalui rapat pada Selasa, 10 Agustus 2021. “Kami sepakat pengadaan bahan pakaian dewan 2021 dibatalkan. Dengan pertimbangan masukan masyarakat, ulama, dan kritik media di tengah situasi pandemi Covid-19, ini bagian sense of crisis,” kata Gatot.