Jargon atau kosakata khusus memang sengaja dibuat sebagai salah satu identitas atau kekhasan supaya mudah diingat khalayak. Nggak cuma bisnis atau produk aja loh, yang punya jargon. Aktor senior Jaja Miharja juga punya jargon yang sangat ikonik. Bintang Get Merried ini dikenal dengan jargon “apaan tuh” dengan nada khasnya.
Jaja Miharja dengan jargon “apaan tuh” itu memang sudah sangat melekat sejak awal kariernya, puluhan tahun lalu. Nggak heran bila jargon itu juga membawa persona seorang Jaja Miharja dengan gaya khas betawinya. Bahkan, Jaja Miharja juga sudah mematenkan jargon “apaan tuh”, loh.
ADVERTISEMENTS
Jargon “apaan tuh” sudah dipatenkan tapi tetap boleh dipakai di luar kepentingan komersial
Ide dari sebuah kreativitas seringkali memiliki hak paten sebagai kekayaan intelektual. Seperti jargon “apaan tuh” yang ikonik dengan sosok Jaja Miharja itu. Melansir dari Suara, aktor 74 tahun itu diketahui telah mematenkan jargon “apaan tuh”, sehingga punya serifikat hak paten atas jargon tersebut.
“Kita punya sertifikat hak patennya untuk jargon itu,” kata Jaja Miharja pada media, dinukil dari Suara.
Berhubung sudah ada hak paten, penggunakaan jargon “apaan tuh” kini nggak boleh sembarangan. Tentunya ada perizinan tertentu supaya nggak melanggar hak cipta. Terkait hal itu, Jaja Miharja menekankan bahwa jargon “apaan tuh” tetap boleh dipakai oleh siapa saja tanpa izin. Namun, bila untuk kepentingan komersil tetap harus ada prosedur perizinannya.
“Iya (harus ada izin) kalau enggak juga enggak apa-apa, asal bukan untuk iklan,” kata Jaja Miharja.
ADVERTISEMENTS
Jargon “apaan tuh” berawal dari seleksi pembawa acara kuis dangdut di tahun 90-an
Jaja Miharja dan jargon “apaan tuh” sudah dikenal sekitar 30 tahun yang lalu. Cerita awal mula tercetusnya jargon itu diungkam Jaja Miharja di kanal YouTube Akri Patrio TV baru-baru ini. Bintang Benyamin Biang Kerok 2 itu ngungkap bahwa jargon “apaan tuh” bermula ketika ia ikut seleksi pembawa acara kuis dangdut.
Saat itu, Jaja Miharja memang sudah membawa jargon “apaan tuh”, tapi saat seleksi ia terpilih bukan karena jargon tersebut, melainkan karena logat betawinya yang khas dalam pengucapan jargon itu. Sayangnya, saat acara sudah berlangsung, jargon itu justru ditolak oleh sang produser acara.
“Begitu dapet (lolos seleksi), kan konsep acaranya ada selingan iklan tuh, begitu kita tes, kita dikirim video dengan jargon itu. Tapi yang punya acara bilang, ‘jangan itu, malu bisa jatuh ini kuis dangdut, ganti deh jangan yang itu’ bilang gitu dia,” tutur Jaja Miharja.
Meski ditolak, pemilik nama asli Ja’un S. Miharja itu tetap ingin mempertahankan jargo itu. Bahkan ia rela mengorbankan pekerjaannya, bila jargon “apaan tuh” nggak boleh dipakai, maka ia rela keluar dari program acara itu.
Setelah berhasil tayang di beberapa episode awal, ternyata konsep Jaja Miharja dengan jargon “apaan tuh” disukai penonton. Rating acara kuis dangdut itu pun semakin melejit dan populer di tahun 90-an. Bahkan, Jaja Miharja berhasil membawakan kuis itu selama 14 tahun.
Dari sanalah jargon “apaan tuh” dikenal masyarakat sampai sekarang. Nggak hanya di acara-acara kuis saja, jargon “apaan tuh” juga ikut dimainkan diberbagai film yang Jaja bintangi. Nggak heran bila akhirnya Jaja Miharja memutuskan mematenkan hak cipta jargon tersebut, karena telah menemani kariernya di industri hiburan.
Selain Jaja Miharja, beberapa selebritas juga punya jargon yang dikenal lewat program acara yang mereka bawakan, seperti komedian Komeng dengan jargon “spontan uhuy”, komika Pandji Pragiwaksono dengan jargon “kena deh”, Tukul Arwana dengan jargon “kembali ke laptop”, Bondan Winarno dengan jargon “maknyus”.
Jargon-jargon itu nggak hanya jadi ikonik bagi program acara yang dibawakan, tapi juga jadi ikonik bagi si pemiliknya. Ketika jargon itu dilontarkan, maka sosok si aktor atau si pemilik langsung terbayangkan oleh si pendengan, sehingga bisa jadi sebuah cara untuk personal branding, aatu product branding. Gimana, kamu terarik juga untuk bikin jargon, SoHip?